Senin, 07 Oktober 2019

14.Kisah Nabi Musa As




14.Kisah Nabi Musa As.
A. Mukaddimah
Musa (bahasa Ibrani: ה􀀀 מֹשֶ ׁ , Standar Mošé Tiberias Mōšeh; bahasa Arab: ,موسى
Mūsā; bahasa Ge’ez: Musse) (lahir ~1527 SM, meninggal ~1408 SM) adalah
seorang Nabi yang menyampaikan Hukum Taurat dan menuliskannya dalam Pentateveh/Pentateukh (Lima Kitab Taurat ) dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen.
Musa adalah anak Amram bin Kehat dari suku Lewi, anak Yakub bin Ishak.
Ia di angkat menjadi Nabi sekitar tahun 1450 SM.
Ia di tugaskan untuk membawa Bani Isro’il (Israel) keluar dari Mesir.
Namanya di sebutkan sebanyak 873 kali dalam 803 ayat dalam 31 buku di Alkitab Terjemahan Baru [10] dan 136 kali di dalam Al-Qur’an.
Ia memiliki 2 orang anak (Gersom dan Eliezer) dan wafat di Tanah Tih (Gunung Nebo).

B. Kisah Nabi Musa;
Nabi Musa A.S. adalah seorang bayi yang di lahirkan di kalangan Bani Isro’il yang pada ketika itu di kuasai oleh Raja Fir’aun yang bersikap kejam dan zalim.
Nabi Musa AS bin Imron bin Qohat bin Lawi bin Ya’qub adalah beribukan Yukabad,setelah meningkat dewasa Nabi Musa telah beristerikan dengan puteri Nabi Syu’aib AS yaitu Shafura.
Dalam perjalanan hidup Nabi Musa AS untuk menegakkan Islaam dalam penyebaran risalah yang telah di utuskan oleh Allooh kepadanya ia telah di ketemukan beberapa orang Nabi di antaranya ialah bapa mertuanya Nabi Syu’aib AS, Nabi Harun AS dan Nabi Khidhir AS.
Di sini juga di ceritakan tentang perlibatan beberapa orang Nabi yang lain di antaranya Nabi Somu’il serta Nabi Daud AS.
Catatan :
Para ahli tafsir berselisih pendapat tentang Syu’aib AS, mertua Nabi Musa AS,sebagian besar berpendapat bahwa ia adalah Nabi Syu’aib A.S. yang di utuskan sebagai Rosul kepada kaum Madyan, sedang yang lain berpendapat bahwa ia adalah orang lain yaitu yang di anggap adalah satu kebetulan namanya Syu’aib juga.

Nabi Musa Menurut Pandangan Yahudi dan Kristen;
Musa adalah seseorang yang di utus oleh Allooh untuk pergi membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir, dan menuntun mereka pada tanah perjanjian yang di janjikan Allooh kepada Abraham, yaitu tanah Kan’aan.
Musa harus melewati berbagai macam rintangan sebelum akhirnya benarbenar menerima mandat sebagai orang yang di utus oleh Allooh untuk membebaskan bangsa Israel, misalnya: hampir di bunuh ketika ia masih bayi,di kejar-kejar oleh Firaun, sampai harus menjalani hidup sebagai gembala di tanah Midian selama 40 tahun, Itu semua di ijinkan Tuhan untuk membentuk karakternya, sampai akhirnya Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya dalam peristiwa semak duri yang menyala, tetapi tidak di makan api.
Ketika Musa sudah menerima mandat untuk membebaskan bangsa Israel,kuasa Tuhan mulai menyertai Musa, di tandai dengan adanya mu’jizat –mu’jizat yang di adakan oleh Tuhan melalui Musa, baik ketika masa pembebasan Israel dengan tulah-tulah, maupun ketika masa perjalanan bangsa Israel ke Kan’aan.
Pada akhirnya, Musa tidak sampai memimpin bangsa Israel masuk ke tanah Kan’aan, oleh karena kesalahan perkata’an Musa di Mara yang di sebabkan oleh betapa pahit hati Musa menghadapi orang Israel.
Musa hanya mengantarkan orang Israel sampai ke tepi sungai Yordan, sebelum menyeberang ke tanah Kan’aan, tanah yang di janjikan tersebut .
Musa akhirnya di gantikan oleh abdinya yang setia yaitu Yosua bin Nun, yang akhirnya berhasil memimpin bangsa Israel masuk dan menduduki tanah Kan’aan.
Garis waqtu kehidupan Musa adalah sebagai berikut :
Musa di lahirkan setelah Yusuf meninggal, di dalam pemerintahan Firaun.
Musa berasal dari suku Lewi.

Kelahiran Musa Dan Pengasuhnya;
Raja Fir’aun yang memerintah Mesir sekitar kelahirannya Nabi Musa, adalah seorang raja yang zdolim, kejam dan tidak berperi kemanusia’an,ia memerintah negaranya dengan kekerasan, penindasan dan melakukan sesuatu dengan sewenang-wenangnya.
Rakyatnya hidup dalam ketakutan dan rasa tidak aman tentang jiwa dan harta benda mereka, terutama Bani Isro’il yang menjadi hamba kekejaman, kezdoliman dan bertindak sewenang-wenangnya dari raja dan orang-orangnya,mereka merasa tidak tenteram dan selalu dalam ke ada’an gelisah, walaupun berada dalam rumah mereka sendiri,mereka tidak berani mengangkat kepala bila berhadapan dengan seorang hamba raja dan berdebar hati mereka karena ketakutan bila kedengaran suara pegawai_pegawai keraja’an lalu di sekitar rumah mereka, apalagi bunyi kasut mereka sudah terdengar di depan pintu.
Raja Fir’aun yang sedang mabuk kuasa yang tidak terbatas itu, bergelimpangan dalam kenikmatan dan kesenangan duniawi yang tiada taranya, bahkan mengumumkan dirinya sebagai tuhan yang harus di sembah oleh rakyatnya.
Pada suatu hari beliau telah terkejut oleh ramalan oleh seorang ahli nujum keraja’an yang dengan tiba-tiba datang menghadap raja dan memberitahu bahwa menurut firasatnya falaknya, seorang bayi lelaki akan di lahirkan dari kalangan Bani Isro’il yang kelak akan menjadi musuh keraja’an dan bahkan akan membinasakannya.
Raja Fir’aun segera mengeluarkan perintah agar semua bayi lelaki yang di lahirkan di dalam lingkungan keraja’an Mesir di bunuh dan agar di adakan pengusutan yang teliti sehingga tiada seorang pun dari bayi lelaki, tanpa terkecuali, terhindar dari tindakan itu,maka di laksanakanlah perintah raja oleh para pengawal dan tenteranya,setiap rumah di masuki dan di selidiki dan setiap perempuan hamil menjadi perhatian mereka pada sa’at melahirkan bayinya.
Raja Fir’aun menjadi tenang kembali dan merasa aman tentang kekebalan Keraja’annya setelah mendengar para anggota keraja’annya, bahwa wilayah Keraja’annya telah menjadi bersih dan tidak seorang pun dari bayi laki-laki yang masih hidup,ia tidak mengetahui bahwa kehendak Allooh tidak dapat di bending dan bahwa taqdirnya bila sudah di firman “Kun” pasti akan wujud dan menjadi kenyata’an “Fayakun”.
Tidak sesuatu kekuasa’an bagaimana pun besarnya dan kekuatan bagaimana hebatnya dapat menghalangi atau mengagalkannya.
Raja Fir’aun sesekali tidak terlintas dalam fikirannya yang kejam dan zdolim itu
bahwa keraja’annya yang megah, menurut apa yang telah tersirat dalam Lauhul Mahf udz, akan di tumbangkan oleh seorang bayi yang justeru di asuh dan di besarkan di dalam istananya sendiri akan di warisi kelak oleh umat Bani Isro’il yang di musuhi, di hina, di tindas dan di sekat kebebasannya,bayi asuhnya itu ialah laksana bunga mawar yang tumbuh di antara duri-duri yang tajam atau laksana fajar yang timbul menyingsing dari tengah kegelapan yang mencekam.
Yukabad, isteri Imron bin Qohat bin Lawi bin Ya’qub sedang duduk seorang diri di salah satu sudut rumahnya menanti datagnya seorang bidan yang akan memberi pertolongan kepadanya melahirkan bayi dari dalam kandungannya itu,bidan datang dan lahirlah bayi yang telah di kandungnya selama sembilan bulan dalam ke ada’an selamat , segar dan sehat wal_afiat dengan lahirnya bayi itu, maka hilanglah rasa sakit yang luar biasa di rasai oleh setiap perempuan yang melahirkan namun setelah di ketahui oleh Yukabad bahwa bayinya adalah lelaki maka ia merasa takut kembali,ia merasa sedih dan khuatir bahwa bayinya yang sangat di sayangi itu akan di bunuh oleh orang-orang Fir’aun,ia mengharapkan agar bidan itu merahasiakan kelahiran bayi itu dari sesiapa pun,bidan yang merasa simpati terhadap bayi yang lucu dan bagus itu serta merasa betapa sedih hati seorang ibu yang akan kehilangan bayi yang baru di lahirkan memberi kesanggupan dan berjanji akan merahsiakan kelahiran bayi itu.
Setelah bayi mencapai tiga bulan, Yukabad tidak merasa tenang dan selalu berada dalam ke ada’an cemas dan khuatir terhadap keselamatan bayinya.
Allooh memberi ilham kepadanya agar menyembunyikan bayinya di dalam sebuah peti yang tertutup rapat , kemudian membiarkan peti yang berisi bayinya itu terapung di atas sungai Nil.
Yukabad tidak boleh bersedih dan cemas atas keselamatan bayinya karena Allooh menjamin akan mengembalikan bayi itu kepadanya bahkan akan mengutuskannya sebagai salah seorang Rosul.
Dengan bertawakkal kepada Allooh dan kepercaya’an penuh terhadap jaminan Illahi, maka di lepaskannya peti bayi oleh Yukabad, setelah di tutup rapat dan di cat dengan warna hitam, terapung di permuka’an air sungai Nil. Kakak Musa di perintahkan oleh ibunya untuk mengawasi dan mengikuti peti rahsia itu agar di perintahkan oleh ibunya untuk mengawasi dan mengikuti peti rahasia itu agar di ketahui di mana ia berlabuh dan di tangan siapa akan jatuh peti yang mengandungi arti yang sangat besar bagi perjalanan sejarah Umat Manusia.
Alangkah cemasnya hati kakak Musa, ketika melihat dari jauh bahwa peti yang di awasi itu, di jumpai oleh puteri raja yang kebetulan berada di tepi sungai Nil bersantai bersama beberapa dayangnya dan di bawanya masuk ke dalam istana dan di serahkan kepada ibunya, isteri Fir’aun.
Yukabad yang segera di beritahu oleh anak perempuannya tentang nasib peti itu, menjadi kosonglah hatinya karena sedih dan cepat serta hampir saja membuka rahasia peti itu,andai kata Allooh tidak meneguhkan hatinya dan menguatkan hanya kepada jaminan Allooh yang telah di berikan kepadanya.
Raja Fir’aun ketika di beritahu oleh Aisah, isterinya, tentang bayi laki-laki yang di temui di dalam peti yang terapung di atas permuka’an sungai Nil, segera memerintahkan membunuh bayi itu seraya berkata kepada isterinya:
“Aku khuatir bahwa inilah bayi yang di ramalkan, yang akan menjadi musuh dan penyebab kesedihan kami dan akan membinasakan keraja’an kami yang besar ini.
Akan tetapi isteri Fir’aun yang sudah terlanjur menaruh simpati dan sayang terhadap bayi yang lucu dan manis itu, berkata kepada suaminya:
“Janganlah bayi yang tidak berdosa ini di bunuh.
“Aku sayang kepadanya dan lebih baik kami ambil dia sebagai anak, kalau-kalau kelak ia akan berguna dan bermanfa’at bagi kami.
“Hatiku sangat tertarik kepadanya dan ia akan menjadi kesayanganku dan kesayangmu.
Demikianlah jika Allooh Yang Maha Kuasa menghendaki sesuatu maka di lincinkanlah jalan bagi terlaksananya taqdir itu dan selamatlah nyawa putera Yukabad yang telah di taqdirkan oleh Allooh untuk menjadi Rosul-Nya, menyampaikan amanat Wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang sudah sesat .
Nama Musa yang telah di berikan kepada bayi itu oleh keluarga Fir’aun, berarti air dan pohon {Mu=air , Sa=pohon} sesuai dengan tempat di temukannya peti bayi itu,di datangkanlah kemudian ke istana beberapa inang untuk menjadi ibu susuan Musa,akan tetapi setiap inang yang mencoba dan memberi air susunya di tolak oleh bayi yang enggan menyedut dari setiap tetek yang di letakkan ke bibirnya, dalam ke ada’an isteri Fir’aun lagi bingung memikirkan bayi pungutnya yang enggan menetek dari sekian banyak inang yang di datangkan ke istana, datanglah kakak Musa menawarkan seorang inang lain yang mungkin di terima oleh bayi itu.
Atas pertanya’an keluarga Fir’aun, kalau-kalau ia mengenal keluarga bayi itu,berkatalah kakak Musa:
“Aku tidak mengenal siapakah keluarga dan ibu bayi ini.
“Hanya aku ingin menunjukkan satu keluarga yang baik dan selalu rajin mengasuh anak, kalau-kalau bayi itu dapat menerima air susu ibu keluarga itu.
Anjuran kakak Musa di terima oleh isteri Fir’aun dan seketika itu jugalah di jemput ibu kandung Musa sebagai inang bayaran.
Maka begitu bibir sang bayi menyentuh tetek ibunya, di sedutlah air susu ibu kandungnya itu dengan sangat lahapnya.
Kemudian di serahkan Musa kepada Yukabad ibunya, untuk di asuh selama masa menetek dengan imbalan upah yang besar,maka dengan demikian terlaksanalah janji Allooh kepada Yukabad bahwa ia akan menerima kembali puteranya itu.
Setelah selesai masa meneteknya, di kembalikan Musa oleh ibunya ke istana,di mana ia di asuh, di besar dan di didik sebagaimana anak-anak raja yang lain.
Ia mengenderai kendera’an Fir’aun dan berpakaian sesuai dengan cara-cara Fir’aun berpakaian sehingga ia di kenal orang sebagai Musa bin Fir’aun.

Bacalah tentang isi cerita di atas di dalam Al-Qur’an dari ayat 4 – 13
dalam surah “Al-Qoshosh” sebagai berikut :
~“4.~ Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak lelaki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka.
Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.
5.~ Dan Kami hendak memberi kurnia kepada orang-orang yang tertindas di bumi {Mesir} itu dan hendak menjadi mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi {bumi}.
6.~ Dan Kami akan teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir’aun dan Haman berserta tentaranya apa yang selalu mereka khuatirkan dari mereka itu.
7.~ Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa;
”Susukanlah dia, dan apabila kamu khuatir terhadapnya, maka jatuhkan dia ke dalam sungai {Nil}.
“Dan janganlah kamu khuatir dan janganlah pula bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu,dan menjadikannya {salah seorang} dari para Rosul.
8.~ Maka pungutlah ia oleh keluarga Fir’aun yang akibatnya ia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka,sesungguhnya Fir’aun dan Haman berserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah.
9.~Dan berkatalah isteri Fir’aun:
“Ia {Musa} biji mata bagiku dan bagimu.
“Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfa’at kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak,edang mereka tiada menyadari.
10.~ Dan menjadi kekosongan hati ibu Musa, seandainya Kami tidak teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya {kepada janji Allooh}.
11.~ Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan:
“Ikutilah dia”.
Maka kelihatan olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya.
12.~ Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan_perempuan yang tahu menyusukannya sebelum itu, maka berkatalah saudara Musa:
“Maukah kamu aku tunjukkan kepada kamu ahlul-bait yang akan memeliharakannya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?
13.~ Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allooh itu adalah benar,tetapi Manusia kebanyakan tidak mengetahuinya.
{ Al-Qoshosh : 4 ~ 13 }

Nabi Musa keluar dari Mesir;
Sejak ia di kembali ke istana oleh ibunya setelah di susui,Musa hidup sebagai salah seorang daripada keluarga keraja’an hingga mencapai usia dewasanya, di mana ia memperolehi asuhan dan pendidikan sesuai dengan tradisi istana, Allooh mengurniakannya hikmah dan pengetahuan sebagai persiapan tugas keNabian dan risalah yang di Wahyukan kepadanya di samping kesempurna’an dan kekuatan Rohani, ia di kurniai oleh Allooh kesempurna’an tubuh dan kekuatan Jasmani.
Musa mengetahui dan sadar bahwa ia hanya seorang anak pungut di istana dan tidak setitik darah Fir’aun pun mengalir di dalam tubuhnya dan bahwa ia adalah keturunan Bani Isro’il yang di tindas dan di perlakukan sewenang_wenangnya oleh kaum Fir’aun.
Karenanya ia berjanji kepada dirinya akan menjadi pembela kepada kamunya yang tertindas dan menjadi pelindung bagi golongan yang lemah yang menjadi sasaran ke zdoliman dan keganasan para penguasa.
Demikianlah maka terdorong oleh rasa setia kawannya kepada orang-orang yang madhlum dan teraniaya, terjadilah suatu peristiwa yang
menyebabkan ia terpaksa meninggalkan istana dan keluar dari Mesir.
Peristiwa itu terjadi ketika Musa sedang berjalan-jalan di sebuah lorong di waktu tengah hari di mana ke ada’an kota sunyi sepi ketika penduduknya sedang tidur siang, ia melihat kedua berkelahi seorang dari golongan Bani Isro’il bernama Samiri dan seorang lagi dari kaum Fir’aun bernama Fa’t un, Musa yang mendengar teriakan Samiri mengharapkan akan pertolongannya terhadap musuhnya yang lebih kuat dan lebih besar itu, segera melontarkan
pukulan dan tumbukannya kepada Fatun yang seketika itu jatuh rebahan menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Musa terkejut melihat Fatun, orang Fir’aun itu mat i karena tumbukannya yang tidak di sengajakan dan tidak akan mengharapkan membunuhnya,ia merasa berdosa dan beristighfar kepada Allooh memohon ampun atas perbuatannya yang tidak sengaja, telah melayang nyawa salah seorang daripada hamba-hamba-Nya.
Peristiwa matinya Fatun menjadi perbualan ramai dan menarik para penguasa keraja’an yang menduga bahwa pasti orang-orang Isro’illah yang melakukan perbunuhan itu,mereka menuntut agar pelakunya di beri hukuman yang berat ,bila ia tertangkap.
Anggota dan pasukan ke amanan negara di hantarkan ke seluruh pelosok kota mencari jejak orang yang telah membunuh Fatun, yang sebenarnya hanya di ketahui oleh Samiri dan Musa saja, akan tetapi, walaupun tidak orang ketiga yang menyaksikan peristiwa itu, Musa merasa cemas dan takut dan berada dalam ke ada’an bersedia menghadapi akibat perbuatannya itu bila sampai tercium oleh pihak penguasa.
Alangkah malangnya nasib Musa yang sudah cukup berhati-hati menghindari kemungkinan terbongkarnya rahasia pembunuhan yang ia lakukan tatkala ia terjebak lagi tanpa di sengajakan dalam suatu perbuatan yang menyebabkan namanya di sebut -sebut sebagai pembunuh yang di cari.
Musa bertemu lagi dengan Samiri yang telah di tolongnya melawan Fatun, juga dalam ke ada’an berkelahi untuk kali keduanya dengan salah seorang dari kaum Fir’aun,melihat Musa berteriaklah Samiri meminta pertolongannya. Musa menghampiri mereka yang sedang berkelahi seraya berkata menegur Samiri:
”Sesungguhnya engkau adalah seorang yang telah sesat .
Samiri menyangkal bahwa Musa akan membunuhnya ketika ia mendekatinya,lalu berteriaklah Samiri sambil berkata:
“Apakah engkau hendak membunuhku sebagaimana engkau telah membunuh seorang kemarin?
Rupanya engkau hendak menjadi seorang yang sewenang-wenang di negeri ini dan bukan orang yang mengadilkan kedamaian”.
Kata-kata Samiri itu segera tertangkap orang-orang Fir’aun, yang dengan cepat memberitahukannya kepada para penguasa yang memang sedang mencari jejaknya,maka berundinglah para pembesar dan penguasa Mesir,
yang akhirnya memutuskan untuk menangkap Musa dan membunuhnya
sebagai balasan terhadap matinya seorang dari kalangan kaum Fir’aun.
Selagi orang-orang Fir’aun mengatur rancangan penangkapan Musa, seorang
lelaki salah satu daripada sahabatnya datang dari hujung kota memberi tahukan kepadanya dan menasehatkan agar segera meninggalkan Mesir, karena para penguasa Mesir telah memutuskan untuk membunuhnya apabila ia di tangkap,lalu keluarlah Musa terburu-buru meninggalkan Mesir,sebelum anggota polisi sempat menutup serta menyekat pintu-pintu gerbangnya.

Tentang isi cerita ini, terdapat dalam al-Qur’an yang dapat di baca di dalam surah “Al-Qoshshos” ayat 14 – 21 sebagaimana berikut :
~“14.~ Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan hikmah dan pengetahuan dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
15.~ Dan Musa masuk ke kota {Memphis} ketika penduduknya sedang tidur, maka di dapatinya di dalam kota itu dua orang lelaki sedang bergaduh, yang seorangnya dari golongannya {Bani Isro’il} dan seorang lagi dari musuhnya {Kaum Fir’aun}.
Maka orang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya untuk mengalahkan orang dari musuhnya,lalu Musa menumbuknya dan matilah musuhnya itu.
Musa berkta;
“Ini adalah perbuatan Syaithon, sesungguhnya Syaithon itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata {permusuhannya}.
16.~ Musa berdo’a:
“Ya Tuhanku,sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, karena itu ampunilah aku”.
Maka Allooh mengampuninya, sesungguhnya Allooh Dialah Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
17.~ Musa berkata :
“Ya Tuhanku demi nikmat Engkau anugerahkan kepadaku, aku sesekali tiada akan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa”.
18.~ Karena itu jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu dengan khuatir {akibat perbuat annya} maka tiba_tiba orang yang meminta pertolongannya kemarin berteriak meminta pertolongan kepadanya.
Musa berkat a kepadanya:
“Sesungguhnya kamu benar-benar orang yang sesat , yang nyata {kesesat annya}.
19.~ Maka tatkala Musa hendak memegang dengan kuat orang yang menjadi musuh keduanya,berkata {seorang daripada mereka}:
“Hai Musa apakah engkau bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang Manusia?
“Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri {ini}, dan tiadalah kamu bermaksud menjadi salah seorang dari orang yang mengadakan perdamaian”.
20.~ Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas, seraya berkata:
“Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentangmu,untuk membunuhmu oleh karena itu keluarlah {dari kota ini}.
“Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu.
21.~ Maka keluarlah Musa dari kota ini dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khuatir.
Dia berdo’a:
““Ya Tuhanku selamatkanlah dari orang-orang yang zalim i u.
{ Al-Qshosh : 14 ~ 21 }

Nabi Musa bertemu Jodoh di kota Madyan;
Dengan berdo’a kepada Allooh:
“Ya Tuhanku selamatkanlah aku dari segala tipu daya orang-orang yang zalim…
Keluarlah Nabi Musa dari kota Mesir seorang diri,tiada pembantu selain inayahnya Allooh tiada kawan selain cahaya Allooh dan tiada bekal kecuali bekal Iimaan dan taqwa kepada Allooh.
Penghibur satu_satunya bagi hatinya yang sedih karena meninggalkan tanah airnya ialah bahwa ia telah di selamatkan oleh Allooh dari buruan kaum fir’aun yang ganas dan kejam itu.
Setelah menjalani perjalanan selama lapan hari delapan malam dengan berkaki ayam {tidak beralas kaki } sampai terkelupas kedua kulit tapak kakinya, tibalah Musa di kota Madyan yaitu kota Nabi Syu’aib yang terletak di timur jazirah Sinai dan teluk Aqobah di selatan Palestin.
Nabi Musa beristirahat di bawah sebuah pohon yang rindang untuk menghilangkan rasa letihnya karena perjalanan yang jauh, berdiam seorang diri karena nasibnya sebagai salah seorang bekas anggota istana keraja’an yang menjadi seorang pelarian dan buruan,ia tidak tahu ke mana ia harus pergi dan kepada siapa ia harus bertamu, di tempat di mana ia tidak mengenal dan di kenal orang, tiada sahabat dan saudara.
Dalam ke ada’an demikian terlihatlah olehnya sekumpulan penggembala berdesak-desakan mengelilingi sebuah sumber air sedang memberi minum ternakannya masing-masing, sedangkan tidak jauh dari tempat sumber air itu berdiri dua orang gadis yang menantikan giliran untuk memberi minuman kepada ternakannya, jika para penggembala lelaki itu sudah selesai dengan tugasnya.
Musa merasa kasihan melihat kepada dua orang gadis itu yang sedang menanti lalu di hampirinya dan di tanya :
“Gerangan apakah yang kamu tunggu di sini?”
Kedua gadis itu menjawab:
 “Kami hendak mengambil air dan memberi minum ternakan kami namun kami tidak dapat berdesak dengan lelaki yang masih berada di situ.
“Kami menunggu sehingga mereka selesai memberi minum ternakan mereka.
“Kami harus melakukan pekerjaan ini sendiri ,karena ayah kami sudah lanjut usianya dan tidak dapat berdiri, jangankan lagi datang ke mari”.
Lalu tanpa mengucapkan sepatah kata dua pun di ambilkan nyalah timba kedua gadis itu oleh Musa dan sejurus kemudian di kembalikannya kepada mereka setelah terisi air penuh sedang sekeliling sumber air itu masih padat di keliling para pengembala.
Setibanya kedua gadis itu di rumah berceritalah keduanya kepada ayah mereka tentang pengalamannya dengan Nabi Musa yang karena pertolongannya yang tidak di minta itu mereka dapat lebih cepat kembali ke rumah daripada biasanya.
Ayah kedua gadis yang bernama Syu’aib itu tertarik dengan cerita kedua puterinya,ia ingin berkenalan dengan orang yang baik hati itu yang telah memberi pertolongan tanpa di minta kepada kedua puterinya dan sekaligus menyatakan terimakasih kepadanya,ia menyuruh salah seorang dari puterinya itu pergi memanggilkan Musa dan mengundangnya datang ke rumah,dengan malu-malu pergilah puteri Syu’aib menemui Musa yang masih berada di bawah pohon yang masih melamun.
Dalam ke adaan letih dan lapar Musa berdo’a:
“Ya Tuhanku aku sangat memerlukan belas kasihmu dan memerlukan kebaikan sedikit barang makanan yang Engkau turunkan kepadaku.
Berkatalah gadis itu kepada Musa memotong lamunannya:
“Ayahku mengharapkan kedatanganmu ke rumah untuk berkenalan dengan engkau serta memberi engkau sekedar upah atas jasamu menolong kami mendapatkan air bagi kami dan ternakan kami.
Musa sebagai perantau yang masih asing di negeri itu, tiada mengenal dan di kenali orang tanpa berfikir panjang menerima undangan gadis itu dengan senang hati,ia lalu mengikuti gadis itu dari belakang menuju ke rumah ayahnya yang bersedia menerimanya dengan penuh ramah-tamah, hormat dan mengucapkan terima kasihnya.
Dalam berbincang-bincang dan berbincang-bincang dengan Syu’aib ayah kedua gadis yang sudah lanjut usianya itu Musa mengisahkan kepadanya peristiwa yang terjadi pada dirinya di Mesir sehingga terpaksa ia melarikan diri dan keluar meninggalkan tanah airnya sebagai mengelakkan hukuman penyembelihan yang telah di rencanakan oleh kaum Fir’aun terhadap dirinya.
Berkata Syu’aib setelah mendengar kisah tamunya:
“Engkau telah lepas dari pengejaran dari orang-orang yang zalim dan ganas itu adalah berkat Rahmat Tuhan dan pertolongan-Nya.
“Dan engkau sudah berada di sebuah tempat yang aman di rumah kami ini, di mana engkau akan tinggallah dengan tenang dan tentram selama engkau suka.
Dalam pergaulan sehari-hari selama ia tinggal di rumah Syu’aib sebagai tamu yang di hormati dan di segani Musa telah dapat menawan hati keluarga tuan rumah yang merasa kagum akan keberaniannya, kecerdasannya, kekuatan
jasmaninya, perilakunya yang lemah lembut , budi perkertinya yang halus serta akhlaqnya yang luhur.
Hal mana telah menimbulkan idea di dalam hati salah seorang dari kedua puteri Syu’aib untuk mempekerjakan Musa sebagai pembantu mereka.
Berkatalah gadis itu kepada ayahnya:
“Wahai ayah!
“Ajaklah Musa sebagai pembantu kami menguruskan urusan rumah tangga dan penternakan kami.
“Ia adalah seorang yang kuat badannya, luhur budi perkertinya, baik hatinya dan boleh di percayai.
Saranan gadis itu di sepakati dan di terima baik oleh ayahnya yang memang sudah menjadi pemikirannya sejak Musa tinggal bersamanya di rumah,menunjukkan sikap bergaul yang manis perilaku yang hormat dan sopan serta ringan tangan suka bekerja, suka menolong tanpa di minta.
Di ajaklah Musa berunding oleh Syu’aib dan berkatalah kepadanya:
“Wahai Musa!
“Aku tertarik oleh sikapmu yang manis dan cara pergaulanmu yang sopan serta akhlaq dan budi perkertimu yang luhur, selama engkau berada di rumah ini kami dan mengingat akan usiaku yang makin hari makin lanjut , maka aku ingin sekali mengambilmu sebagai menantu, mengawinkan engkau dengan
salah seorang dari kedua gadisku ini.
“Jika engkau dengan senang hati menerima tawaranku ini, maka sebagai maskahwinnya, aku minta engkau bekerja sebagai pembantu kami selama delapan tahun menguruskan penternakan kami dan soal-soal rumah tangga yang memerlukan tenagamu.
“Dan aku sangat berterima kasih kepadamu bila engkau secara suka rela mau menambah dua tahun di atas delapan tahun yang menjadi syarat mutlak itu.
Nabi Musa sebagai buruan yang lari dari tanah tumpah darahnya dan berada di negeri orang sebagai perantau, tiada sanak saudara, tiada sahabat telah
menerima tawaran Syu’aib itu sebagai kurnia dari Tuhan yang akan mengisi kekosongan hidupnya selaku seorang bujang yang memerlukan teman hidup untuk menyekutunya menanggung beban penghidupan dengan segala duka dan dukanya,ia segera tanpa berfikir panjang berkata kepada Syu’aib:
“Aku merasa sangat bahagia, bahwa bapak berkenan menerimaku sebagai menantu, semoga aku tidak menghampakan harapan bapak yang telah berjasa kepada diriku sebagai tamu yang di terima dengan penuh hormat dan ramah tamah,kemudian di jadikannya sebagai menantu, suami kepada anak puterinya.
“Syarat kerja yang bapak kemukakan sebagai maskawin, aku setujui dengan penuh tanggung jawab dan dengan senang hati.
Setelah masa delapan tahun bekerja sebagai pembantu Syu’aib di tambah dengan suka rela di lampaui oleh Musa, di kawinkanlah ia dengan puterinya yang bernama Shafura.
Dan sebagai hadiah perkawinan di berinyalah pasangan pengantin baru itu oleh Syu’aib beberapa ekor kambing untuk di jadikan modal pertama bagi hidupnya yang baru sebagai suami-isteri.
Pemberian beberpa ekor kambing itu juga merupakan tanda terimaksih Syu’aib kepada Musa yang selama ini di bawah pengurusannya, peternakan Syu’aib menjadi berkembang biak dengan cepat nya dan memberi hasil serta ke untungan yang berlipat ganda.

Bacalah tentang isi cerita yang terurai ini di dalam ayat 22 sampai ayat 28, surah “Al-Qoshosh” juz 20 yang berbunyi sebagai berikut :
~22.~ “Dan tat kala ia menghadap ke negeri Madyan, ia berdo’a {lagi}:
“Mudah_mudahan Tuhanku melimpahiku ke jalan yang benar.
23.~ Dan tatkala ia sampai di sumber air di negeri Madyan, ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang memberi minum {ternakannya} dan ia menjumpai di belakang orang ramai itu, dua orang wanita yang sedang menghambat ternakannya.
Musa berkata:
“Apakah maksudmu {dengan berbuat begitu}?”
Kedua wanita itu menjawab:
“Kami tidak dapat meminumkan {ternakan kami} sebelum
pengembala-pengembala itu memulangkan {ternakkannya} sedang bapa kami orang tua yang telah lanjut umurnya.
24.~ Maka Musa memberi minum ternakan itu {untuk menolong} keduanya, kemudian kembali ke tempat yang teduh, lalu berdo’a:
” Ya Tuhanku!
“Sesungguhnya aku memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.
25.~ Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari pada kedua wanita itu dengan malu-malu ia berkata:
“Sesungguhnya bapaku memanggilmu agar ia memberi pembalasan {kebaikanmu} memberi minum {ternakan} kami.
Maka tatkala Musa mendatangi bapanya {Syu’aib} dan menceritakan kepadanya cerita {mengenai dirinya}.
Syu’aib berkata:
“Janganlah kamu takut , kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu.
26.~ Salah seorang dari kedua wanita itu berkata:
“Ya bapaku, ambil ia sebagai orang yang bekerja {dengan kita}. Karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja {dengan kita} ialah orang yang kuat lagi dapat di percayai.
27.~ Berkatalah dia {Syu’aib}:
“Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun itu adalah dari kemauanmu, maka aku tidak mau memberati kamu.
“Dan kamu insya-Allooh kelak akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik.
28.~ Dia berkata:
“Itulah {perjanjian} antara aku dan kamu, mana saja dari kedua waktu yang di tentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku {lagi}.
“Dan Allooh adalah saksi atas apa yang kita ucapkan.
{ Al-Qoshosh : 22 ~ 28 }
Musa A.S. pulang ke Mesir dan menerima Wahyu;
Sepuluh tahun lebih Musa meninggalkan Mesir tanah airnya, sejak ia melarikan diri dari buruan kaum Fir’aun,suatu waktu yang cukup lama bagi seseorang dapat bertahan menyimpan rasa rindunya kepada tanah air, tempat tumpah darahnya , walaupun ia tidak pernah merasakan kebahagia’an hidup di dalam tanah airnya sendiri.
Apa lagi seorang seperti Musa yang mempunyai kenang_kenangan hidup yang seronok dan indah selama ia berada di tanah airnya sendiri selaku seorang dari keluarga keraja’an yang megah dan mewah, maka
wajarlah bila ia merindukan Mesir tanah tumpah darahnya dan ingin pulang kembali setelah ia beristerikan Shafura, puteri Syu’aib.
Bergegas-gegaslah Musa berserta isterinya mengemaskan barang dan menyediakan kendera’an lalu meminta diri dari orang tuanya dan bertolaklah menuju ke selatan menghindari jalan umum supaya tidak di ketahui oleh orang_orang Fir’aun yang masih mencarinya.
Setibanya di “Thur Sina” tersesatlah Musa kehilangan pedoman dan bingung manakah yang harus ia tempuh,dalam ke ada’an demikian terlihatlah oleh dia sinar api yang nyala-nyala di atas lereng sebuah bukit,ia berhenti lalu lari ke jurusan api itu seraya berkata kepada isterinya:
“Tinggallah kamu di sini menantiku.
“Aku akan pergi melihat api yang menyala di atas bukit itu dan aku akan kembali.
“Mudah-mudahan aku dapat membawa satu berita kepadamu dari tempat api itu atau setidak-tidaknya membawa sesuluh api untuk
menghangatkan badanmu yang sedang menggigil kesejukan.
Tatkala Musa sampai ke tempat api itu terdengar oleh dia suara seruan kepadanya datang dari sebatang pohon kayu di pinggir lembah yang sebelah kanannya pada tempat yang di berkahi Allooh,suara seruan yang di dengar oleh Musa itu ialah:
“Wahai Musa!
“Aku ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu. “Sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci Thuwa.
“Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan di Wahyukan kepadamu.
“Sesungguhnya aku ini adalah Allooh tiada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat akan Aku.”
Itulah Wahyu yang pertama yang di terima langsung oleh Nabi Musa sebagai
tanda keNabiannya, di mana ia telah di nyatakan oleh Allooh sebagai Rosul dan Nabi-Nya yang di pilih Nabi Musa dalam kesempatan bercakap langsung dengan Allooh di atas bukit  Thur Sina itu telah di beri bekal oleh Allooh yang Maha Kuasa dua jenis mu’jizat sebagai persiapan untuk menghadap kaum Fir’aun yang sombong dan zalim itu.
Bertanyalah Allooh kepada Musa:
“Apakah itu yang engkau pegang dengan tangan kananmu hai Musa!”
“Suatu pertanya’an yang mengadungi arti yang lebih dalam dari apa yang sepintas lalu dapat di tangkap oleh Nabi Musa dengan jawabannya yang sederhana.
“Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya dan aku pukul daun dengannya untuk makanan kambingku.
“Selain itu aku dapat pula menggunakan tongkatku untuk keperluan-keperluan lain yang penting bagiku.”
Maksud dan arti dari pertanya’an Allooh yang nampak sederhana itu baru di megertikan dan di selami oleh Musa setelah Allooh memerintahkan kepadanya agar meletakkan tongkat itu di atas tanah, lalu menjelmalah menjadi se’ekor ular besar yang merayap dengan cepat sehingga menjadikan Musa lari ketakutan.
Allooh berseru kepadanya:
“Peganglah ular itu dan jangan takut .
“Kami akan mengembalikannya kepada ke ada’an asal.”
Maka begitu ular yang sedang merayap itu di tangkap dan di pegang oleh Musa, ia segera kembali menjadi tongkat yang ia terima dari Syu’aib,mertuanya ketika ia bertolak dari Madyan.
Sebagai mu’jizat yang ke dua, Allooh memerintahkan kepada Musa agar mengepitkan tangannya ke ketiaknya yang nyata setelah di lakukannya perintah itu, tangannya menjadi putih cemerlang tanpa cacat atau penyakit .

Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah “T hoohaa” ayat 9
sehingga 23 juz 16 sebagai berikut :
~“9.~ Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa?
10.~ Ketika itu melihat api,lalu berkatalah ia kepada keluarganya:
 “Tinggallah kamu {di sini} sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit dari padanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu.”
11.~ Maka ketika ia datang ke tempat api itu, ia di panggil:
“Hai Musa,
12.~ “Sesungguhnya Aku ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu,sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci Thuwa.
13.~ Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan di Wahyukan {kepadamu}.
14.~ Sesungguhnya Aku ini adalah Allooh, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingati Aku.
15.~ Sesungguhnya hari qiamat itu akan datang.
“Aku merahasiakan {waqtunya} agar supaya tiap_tiap diri itu di balas dengan apa yang di usahakannya.
16.~ Maka sesekali jangnlah kamu di palingkan dari padanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu menjadi binasa.
17.~ Apakah itu yang di tangan kananmu,hai Musa?
18.~ Berkata Musa:
“Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya dan aku memukul {daun} dengannya untuk kambingku dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya.
19.~ Allooh berfirman:
“Lemparkanlah ia, hai Musa!”
20.~ Lalu di lemparkanlah tongkat itu, maka tiba-t iba ia menjadi se’ekor ular yang merayap dengan cepat .
21.~ Allooh berfirman:
“Peganglah ia dan jangan takut .
“Kami akan mengembalikannya kepada ke ada’an asalnya.
22.~Dan kepitkanlah tanganmu di ketiakmu, niscaya ia keluar menjadi putih cemerlang tanpa cacat , sebagai mu’jizat yang lain {pula}.
23.~ untuk Kami perlihatkan kepadamu sebagian dari tanda-tanda kekuasa’an Kami yang sangat besar.
{T hoohaa : 9 ~ 23 }

Musa di perintahkan berda’wah kepada Fir’aun;
Raja Fir’aun yang telah berkuasa di Mesir telah lama menjalankan pemerintahan yang zdolim, kejam dan ganas,Rakyatnya yang terdiri dari
bangsa Egypt yang merupakan penduduk peribumi dan bangsa Isro’il yang merupakan golongan pendatang, hidup dalam suasana penindasan, tidak merasa aman bagi nyawa dan harta bendanya.
Tindakan sewenang-wenang dan pihak penguasa pemerintahan terut amanya di tujukan kepada Bani Isro’il yang tidak di berinya kesempatan hidup tenang dan tentram,mereka di kenakan kerja paksa dan di haruskan membayar berbagai pungutan yang tidak di kenakan terhadap penduduk bangsa Egypt ,bangsa Fir’aun sendiri.
Selain kezaliman, kekejaman, penindasan dan pemerasan yang di timpakan oleh Fir’aun atas rakyatnya, terutama kaum Bani Isro’il, ia menyatakan dirinya sebagai tuhan yang harus di sembah dan di puja dan dengan demikian ia makin jauh membawa rakyatnya ke jalan yang sesat tanpa pendoman Tauhid dan Iiman, sehingga makin dalamlah mereka terjerumus ke lembah kemaksiatan dan kerusakan moral dan akhlak.
Maka dalam kesempatan bercakap-cakap langsung di bukit Thur Sina itu di perintahkanlah Musa oleh Allooh untuk pergi ke Fir’aun sebagai Rosul-Nya,mengajakkan beriman kepada Allooh, menyedarkan dirinya bahwa ia adalah makhluk Allooh sebagaimana lain-lain rakyatnya, yang tidak sepatutnya
menuntut orang menyembahnya sebagi tuhan dan bahwa Tuhan yang wajib di sembah olehnya dan oleh semua manusia adalah Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan alam semesta ini.
Nabi Musa dalam perjalanannya menuju kota Mesir setelah meninggalkan Madyan, selalu di bayang_bayangi oleh ketakut an kalau-kalua peristiwa pembunuhan yang telah di lakukan sepuluh tahun yang lalu itu, belum terlupakan dan masih belum hilang dari ingatan para pembesar keraja’an Fir’aun,ia tidak mengabaikan kemungkinan bahwa mereka akan melakukan pembalasan terhadap perbuatan yang ia tidak sengaja itu dengan hukuman pembunuhan atas dirinya bila ia sudah berada di tengah-tengah mereka,ia hanya terdorong rasa rindunya yang sangat kepada tanah tumpah darahnya dengan memberanikan diri kembali ke Mesir tanpa memperdulikan akibat yang mungkin akan di hadapi.
Jika pada waktu bertolak dari Madyan dan selama perjalannya ke Thur Sina.
Nabi Musa di bayangi dengan rasa takut akan pembalasan Fir’aun, Maka dengan perintah Allooh yang berf irman maksudnya :
~“Pergilah engkau ke Fir’aun, sesungguhnya ia telah melampaui batas, segala bayangan itu di lempar jauh-jauh dari fikirannya dan bertekad akan melaksanakan perintah Allooh menghadapi Fir’aun apa pun akan terjadi pada
dirinya.
Hanya untuk menenterankan hatinya berucaplah Musa kepada Allooh:
“Aku telah membunuh seorang daripada mereka , maka aku khuatir mereka akan membalas membunuhku, berikanlah seorang pembantu dari keluargaku sendiri,yaitu saudaraku Harun untuk menyertaiku dalam melakukan tugasku meneguhkan hatiku dan menguatkan tekadku menghadapi orang-orang kafir itu apalagi Harun saudaraku itu lebih petah {lancar} lidahnya dan lebih cakap
dari pada diriku untuk berdebat dan bermujadalah.”
Allooh berkenan mengabulkan permohonan Musa, maka di gerakkanlah hati Harun yang ketika itu masih berada di Mesir untuk pergi menemui Musa mendampinginya dan bersama-sama pergilah mereka ke istana Fir’aun
dengan di iringi firman Allooh:
“Janganlah kamu berdua takut dan khuatir akan di siksa oleh Fir’aun.
“Aku menyertai kamu berdua dan Aku mendengar serta melihat dan mengetaui apa yang akan terjadi antara kamu dan Fir’aun.
Berda’wahlah kamu kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut sadarkanlah ia dengan kesesatannya dan ajaklah ia beriman dan berTauhid,meninggalkan kezalimannya dan kecongkakannya kalau-kalau dengan sikap
yang lemah lembut dari pada kamu berdua ia akan ingat pada kesesatan dirinya dan takut akan akibat kesombongan dan kebongkakannya.”

Bacalah tentang isi cerita di atas di dalam ayat 33 sehingga ayat 35 surah “Al-Qoshosh” dan ayat 42 sehingga ayat 47 surah “Thoha” sebagai berikut :
~“33.~ Musa berkata:
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah membunuh seseorang manusia dari golongan mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku,
34.~ dan saudaraku Harun dia lebih petah lidahnya dari padaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantu untuk membenarkan {perkata’an} ku sesungguhnya aku khuatir mereka akan mendustakan aku.
35.~ Allooh berf irman:
“Kami akan membantumu dengan saudaramu dan Kami berikan kepadamu kekuasa’an yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu
{berangkat kami berdua} dengan membawa mu’jizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang.”
{ Al-Qoshosh : 33 ~ 35 }
“42.~ Pergilah kamu berserta saudara kamu dengan membawa ayat -ayat –Ku dan janganlah kamu berdua lalai dalam memngingat -Ku.
 43.~ Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melewati batas.
44.~ maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut ,mudah-mudahan ia akan ingat atau takut ”
45.~ Berkatalah mereka berdua:
“Ya Tuhan kami sesungguhnya kami khuatir bahwa ia segera menyeksa kami atau akan bertambah melewati batas
46.~ Allooh berfirman:
“Janganlah kamu berdua khuatir, sesungguhnya Aku berserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat.
47.~ Maka datanglah kamu berdua kepadanya {Fir’aun} dan katakanlah:
“Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka lepaskanlah Bani Isro’il bersama kami dan janganlah kamu menyiksa mereka.
“Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukt i {atas keRosulan kami} dari Tuhanmu dan keselamatan itu di limpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk.”
 { T hoha : 42 ~ 47 }

Mujadalah (dialog) antara Musa dengan Fir’aun;
Di perolehi kesempatan oleh Musa dan Harun, menemui raja Fir’aun yang menyatakan dirinya sebagai tuhan itu, setelah menempuh beberapa rintangan yang lazim di lampaui oleh orang yang ingin bertemu dengan raja pada waktu itu.
Pertemuan Musa dan Harun dengan Fir’aun di hadiri pula oleh beberapa anggota pemerintahan dan para penasehatnya.
Bertanya Fir’aun kepada mereka berdua:
“Siapakah kamu berdua ini?”
Musa menjawab:
“Kami, Musa dan Harun adalah pesuruh Allooh kepadamu agar engkau membebaskan Bani Isro’il dari perhamba’an dan penindasanmu dan
menyerahkan meeka kepada kami agar menyebah kepada Allooh dengan leluasa dan menghindari siksa’anmu.
Fir’aun yang segera mengenal Musa berkata kepadanya:
“Bukankah engkau adalah Musa yang telah kami mengasuhmu sejak masa bayimu dan tinggal bersama kami dalam istana sampai mencapai usia remajamu, mendapat pendidikan dan pengajaran yang menjadikan engkau pandai?
“Dan bukankah engkau yang melakukan pembunuhan terhadap diri seorang daripada golongan kami?
“Sudahkah engkau lupa itu semuanya dan tidak ingat akan kebaikan dan jasa kami kepada kamu?”
Musa menjawab:
“Bahwasanya engkau telah memeliharakan aku sejak masa bayiku, itu bukanlah suatu jasa yang dapat engkau banggakan,karena jatuhnya aku ke dalam tanganmu adalah akibat kekejaman dan kezdolimanmu tatkala engkau memerintah agar orang-orangmu menyembelih setiap bayi_bayi laki yang lahir, sehingga ibu terpaksa membiarkan aku terapung di permuka’an sungai Nil di dalam sebuah peti yang kemudian di pungut oleh isterimu dan selamatlah aku dari penyembelihan yang engkau perintahkan.
Sedang mengenai pembunuhan yang telah aku lakukan itu adalah akibat
Goda’an Syaithon yang menyesatkan, namun peristiwa itu akhirnya merupakan suatu Rahmat dan Barokah yang terselubung bagiku.
“Sebab dalam perantauanku setelah aku melarikan diri dari negerimu, Allooh mengurniakan aku dengan hikmah dan ilmu serta mengutuskan aku sebagai Rosul dan pesuruh-Nya.
“Maka dalam rangka tugasku sebagai Rosul datanglah aku kepadamu atas perintah Allooh untuk mengajak engkau dan kaummu menyembah Allooh dan meninggalkan kezdoliman dan penindasanmu terhadap Bani Isro’il.”
Fir’aun bertanya:
“Siapakah Tuhan yang engkau sebut -sebut itu, hai Musa?
Adakah Tuhan di atas bumi ini selain aku yang patut di sembah dan di puja?”
Musa menjawab:
“Ya, yaitu Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu serta Tuhan seru sekalian alam.”
Tanya Fir’aun:
“Siapakah Tuhan seru sekali alam itu?”
Musa menjawab:
“Ialah Tuhan langit dan bumi dan segala apa yang ada antara langit dan bumi.”
Berkata Fir’aun kepada para penasehatnya dan pembesar-pembesar keraja’an yang berada di sekitarnya.
“Sesungguhnya Rosul yang di utuskan kepada kamu ini adalah seorang yang gila
Kemudia ia balik bertanya kepada Musa dan
Harun:
“Siapakah Tuhan kamu berdua?”
Musa menjawab:
“Tuhan kami ialah Tuhan yang telah memberikan kepada tiap-tiap makhluk sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberi petunjuk kepadanya.”
Fir’aun bertanya:
“Maka bagaimanakah ke ada’an Umat-Umat yang dahulu yang tidak mempercayai apa yang engkau ajarkan ini dan malahan menyembah
berhala dan patung-patung?”
Musa menjawab:
“Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku.
“Jika Dia telah menurunkan azdab dan siksanya di atas mereka maka itu adalah karena kecongkakan dan kesombongan serta ke engganan mereka kembali ke jalan yang benar.
“Jika Dia menunda azdab dan siksa mereka hingga hari qiamat ,maka itu adalah kehendak-Nya yang hikmahnya kami belum mengetahuinya.
Allooh telah meWahyukan kepada kami bahwa azdab dan siksanya adalah jalan yang benar.”
Fir ’aun yang sudah tidak berdaya menolak dalil-dalil Nabi Musa yang di ucapkan secara tegas dan berani merasa tersinggung kehormatannya sebagai raja yang telah mempertuhankan dirinya lalu menujukan amarahnya dan berkata kepada Musa secara mengancam:
“Hai Musa! jika engkau mengakui Tuhan selain aku, maka pasti engkau akan ku masukkan ke dalam penjara.”
Musa menjawab:
“Apakah engkau akan memenjarakan aku walaupun aku dapat memberikan kepadamu tanda-tanda yang membuktikan kebenaran
Da’wahku?”
Fir’aun menentang dengan berkata:
“Datanglah tanda-tanda dan bukti-bukti yang nyata yang dapat membuktikan kebenaran kata-katamu jika engkau benar-benar tidak berdusta.

Dialog {mujadalah} antara Musa dan Fir’aun sebagaimana di uraikan di atas dapat di baca dalam surah “Asy-Syu’ara” ayat 18 hingga ayat 31 juz 19 sebagimana berikut :
~“18.~ Fir’aun berkata:
“Bukankah kami telah mengasuhmu di antara {keluarga} kami di waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal di antara {keluarga}
kami beberapa tahun dari umurmu.
19.~ dan kamu telah berbuat sesuatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan orangorang yang tidak membalas jasa.
20.~ Berkata Musa:
“Aku telah melakukannya sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf .
21.~ Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepada kamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikan aku salah seorang di antara Rosul-Rosul.
22.~ Budi yang kamu limpahkan kepadaku ini adalah {di sebabkan} Perhamba’an darimu terhadap Bani Isro’il.
23.~ Fir’aun bertanya:
“Apa Tuhan semesta alam itu?”
24.~ Musa menjawab:
“Tuhan pencipta langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya {itulah Tuhanmu} jika kamu sekalian {orang_orang} mempercayainya”.
25.~ Berkata Fir’aun kepada orang-orang sekelilingnya:
“Apakah kamu tidak mendengarkan?”.
26.~ Musa berkata: “Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu”
27.~ Fir’aun berkata:
“Sesungguhnya Rosulmu yang di utuskan kepada kamu sekalian benar-benar
orang gila”.
28.~ Musa berkata:
“Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya {itulah Tuhanmu} jika kamu mempergunakan akal”.
29.~ Fir’aun berkata:
“Sungguh jika kamu menyenbah Tuhan selain aku benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang di penjarakan”.
30.~ Musa berkata:
“Dan apakah kamu {akan melakukan itu} walaupun aku tunjukkan kepadamu sesuatu {keterangan} yang nyata jika kamu adalah termasuk orang-orang yang benar.
{ Asy-Syuro : 18 ~ 31 }

Musa memperlihatkan dua mu’jizat kepada Fir’aun;
Menjawab tantangan Fir’aun yang menuntut bukti atas kebenarannya Musa dengan serta-merta meletakkan tongkat mu’jizatnya di atas yang segera menjelma menjadi se’ekor ular besar yang melata menghadap ke Fir’aun. karena ketakutan melompat lari dari singgahsananya melarikan diri seraya berseru kepada Musa:
”Hai Musa demi asuhanku kepadamu selama delapan belas tahun panggillah kembali ularmu itu.”
Kemudian di peganglah ular itu oleh Musa dan kembali menjadi tongkat biasa.
Berkata Fir’aun kepada Musa setelah hilang dari rasa heran dan takutnya:
“Adakah bukti yang dapat engkau tunjukkan kepadaku?”
“Ya, lihatlah.”
Musa menjawab serta memasukkan tangannya ke dalam saku Bajunya,kemudian tatkala tangannya di keluarkan dari sakunya, bersinarlah tangan Musa itu menyilaukan mata Fir’aun itu dan orang-orang yang sedang
berada di sekelilingnya.
Fir’aun sebagai raja yang menyatakan dirinya sebagai tuhan tentu tidak akan mudah begitu saja menyerah kepada Musa bekas anak pungutnya walaupun kepadanya telah di perlihatkan dun mu’jizat ,ia bahkan berkata kepada kaumnya yang ia khuatir akan terpengaruh oleh kedua mu’jizat Musa itu bahwa itu semuanya adalah perbuatan sihir dan bahwa Musa dan Harun adalah ahli sihir yang mahir yang datang dengan maksud menguasai Mesir dan para penduduknya akan kekuatan dengan sihirnya itu.
Fir’aun di anjurkan oleh penasehatnya yang di kepalai oleh Haman agar mematahkan sihir Musa dan Harun itu dengan mengumpulkan ahli-ahli sihir yang terkenal dari seluruh daerah keraja’an untuk bertanding melawan Musa
dan Harun.
Anjuran mana di setujui oleh Fir’aun yang merasa itu adalah fikiran yang tepat dan jalan yang terbaik untuk melumpuhkan kedua mu’jizat Allooh yang oleh mereka di anggapnya sebagai sihir.
Anjuran itu lalu di tawarkan kepada Musa yang seketika tanpa ragu-ragu sedikit pun menerima tantangan Fir’aun untuk beradu dan bertanding melawan ahli-ahli sihir.
Musa berkeyakinan penuh bahwa dengan perlindung Allooh ia akan keluar sebagai pemenang dalam pertarungan itu, pertandingan antara perbuat an sihir yang di ilham oleh Syaithon melawan mu’jizat yang di kurniakan oleh Allooh.
Pada suatu hari raya keraja’an telah setuju untuk mengadakan hari pertandingan sihir maka berduyun-duyunlah penduduk kota menuju ke tempat yang telah di tentukan untuk menyaksikan perlomba’an kepandaian menyihir yang buat pertama kalinya di adakan di kota Mesir,juga sudah berada di tempat ahli-ahli sihhir yang terpandai yang telah di kumpulkan dari seluruh wilayah keraja’an masing-masing membawa tongkat , tali dan lain-lain alat sihirnya,mereka cukup bersemangat dan akan berusaha sepenuh kepandaian mereka untuk memenangi pertandingan,mereka telah memperoleh janji dari Fir’aun akan di beri hadiah dan uang dalam jumlah yang besar bila berhasil mengalahkan Musa dengan mematahkan daya sihirnya.
Setelah segala sesuatu selesai di siapkan dan masing-masing pembesar negeri sudah mengambil tempatnya mengelilingi raja Fir’aun yang telah duduk di atas kursi singgahsananya maka di nyatakanlah pertandingan di mulai.
Kemudian atas persetujuan Musa di persilakan para lawannya beraksi lebih dahulu mempertujukan kepandai sihirnya.
Segeralah ahli-ahli sihir Fir’aun menujukan aksinya melemparkan tongkat dan tali-temali mereka ke tengah-tengah lapangan .
Musa merasa takut ketika terbayang kepadanya bahwa tongkat -tongkat dan tali-t ali itu seakan-akan ular-ular yang merayap cepat,namun Allooh tidak mebiarkan hamba utusan-Nya berkecil hati menghadapi tipu-daya orang-orang kafir itu.
Allooh berf irman kepada Musa di sa’at ia merasa cemas itu:
“Janganlah engkau merasa takut dan cemas hai Musa!
“Engkau adalah yang lebih unggul dan akan menang dalam pertandingan ini. “Lemparkanlah yang ada di tanganmu segera.
Para ahli-ahli sihir yang pandai dalam bidangnya itu tercengang ketika melihat
ular besar yang menjelma dari tongkat Nabi Musa dan menelan ular-ular dan segala apa yang terbayang sebagai hasil tipu sihir mereka.
Mereka segera menyerah kalah bertunduk dan bersujud {kepada Allooh} di hadapan Musa seraya berkata:
“Itu bukanlah perbuatan sihir yang kami kenal yang di ilhamkan oleh Syaithon tetapi sesuatu yang di gerakkan oleh kekuatan ghaib yang mengatakan kebenaran kata-kata Musa dan Harun maka tidak ada alasan bagi kami untuk
tidak mempercayai risalah mereka dan beriman kepada Tuhan mereka sesudah apa yang kami lihat dan saksikan dengan mata kepala kami sendiri.”
Fir’aun raja yang congkak dan sombong yang menuntut persembahan dari rakyatnya sebagai tuhan segera membelalakkan matanya tanda marah dan jengkel melihat ahli-ahli sihirnya begitu cepat menyerah kalah kepada Musa
bahkan menyatakan beriman kepada Tuhannya dan kepada keNabiannya serta menjadi pengikut-pengikutnya,tindakan mereka itu di anggapnya sebagai pelanggaran terhadap kekuasaannya, penentangan terhadap
ketuhanannya dan merupakan suatu tamparan bagi kewibawa’an serta prestasinya.
Ia berkata kepada mereka:
“Adakah kamu berani beriman kepada Musa dan menyerah kepada keputusannya sebelum aku izinkan kepada kamu?”
Bukankah ini suatu persekongkolan daripada kamu terhadapku?
Musa dapat mengalah kamu sebab ia mungkin guru dan pembesar yang telah mengajarkan seni sihir kepadamu dan kamu telah mengatur bersama-samanya tindakan yang kamu sandiwarakan di depanku hari ini.
“Aku tidak akan tinggal diam menghadapi tindakan khianatmu ini.
“Akan ku potong tangan-tangan dan kaki_kakimu serta akan ku salibkan kamu semua pada pangkal pohon kurma sebagai hukuman dan balasan bagi tindakan khianatmu ini.”
Ancaman Fir’aun itu di sambut mereka dengan sikap dingin dan acuh tak acuh,karena Allooh telah membuka mata hati mereka dengan cahaya Iiman sehingga tidak akan terpengaruh dengan kata-kata kebathilan yang menyesat kan atau ancaman Fir’aun yang menakutkan,mereka sebagai-orang-orang yang ahli dalam ilmu dan seni sihir dapat membedakan yang mana satu sihir dan yang mana bukan,maka sekali mereka di yakinkan dengan mu’jizat Nabi Musa yang membuktikan kebenaran keNabiannya tidaklah keyakinan itu akan dapat di goyahkan oleh ancaman apa pun.
Berkata mereka kepada Fir’aun menanggapi ancamannya:
“Kami telah mendapat bukti-bukti yang nyata dan kami tidak akan mengabaikan kenyata’an itu sekedar memenuhi kehendak dan ke inginanmu.
“Kami akan berjalan terus megikut jejak dan tuntutan Musa dan Harun sebagai pesuruh Allooh yang benar.
“Maka terserah kepadamu untuk memutuskan apa yang engkau hendak putuskan terhadap diri kami.
‘”Keputusan kamu hanya berlaku di dunia ini sedang kami mengharapkan pahala Allooh di akhirat yang kekal dan abadi.

Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah “Asy-Syu’aro” ayat 32
sehingga ayat 51 juz 19 sebagai berikut :
~“32~ Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat itu {menjadi ular}.
33~ Dan ia menarik tangannya {dari dalam saku bajunya} maka tiba-tiba tangan itu menjadi putih {bersinar} bagi orang-orang yang melihatnya.
34~Fir’aun berkata pembesar-pembesar yang berada di sekelilingnya:
“Sesungguhnya Musa itu benar-benar seorang ahli sihir yang pandai,
35~ Ia hendak mengusir kamu dari negeri kamu sendiri dengan sihirnya maka karena itu apakah yang kamu anjurkan?”
36~ Mereka menjawab:
“Tundalah {urusan} dia dan saudaranya dan kirimlah ke seluruh negeri orang-orang yang akan mengumpulkan {ahli sihir},
37~ Niscaya mereka akan mendatangkan semua ahli sihir yang pandai kepadamu”.
38~ Lalu di kumpulkanlah ahli-ahli sihir pada waktu yang di tetapkan di hari yang maklum,
39~ Dan di katakan kepada orang ramai:
“Berkumpullah kamu sekalian,
40~ Semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir,jika mereka adalah orang-orang yang menang”.
41~ Maka tatkala ahli-ahli sihir datang, mereka pun bertanya kepada Fir’aun:
“Apakah kami sungguh-sungguh mendapat upah yang besar jika kami adalah orang-orang yang menang?”
42~Fir’aun menjawab:
“Ya, kalu demikian, sesungguhnya kamu sekalian benar_benar akan menjadi orang yang di dekatkan {kepadaku}”.
43~ Berkatalah Musa kepada mereka:
“Jatuhkalah apa yang kamu hendak jatuhkan”.
44~ Lalu mereka menjatuhkan tali-temali dan tongkat -tongkat mereka lalu berkata:
”Demi kekuasa’an Fir’aun, sesungguhnya kami akan benar-benar akan menang”.
45~Kemudian Musa menjatuhkan tongkatnya, maka tiba-tiba ia menelan benda_benda palsu yang mereka ada-adakan itu.
46~ Maka tersungkurlah ahli-ahli sihir sambil bersujud {kepada Allooh},
47~ Mereka berkata:
 “Kami beriman kepada Tuhan semesta alam ,
48~ Yaitu Tuhan Musa dan Harun”.
49~ Fir’aun berkata:
“Apakah kamu sekalian beriman kepada Musa sebelum aku memberi izdin kepadamu?
“Sesungguhnya dia benar-benar pemimpinmu yang mengajar sihir kepadamu, maka kamu nanti pasti benar-benar akan mengetahui {akibat perbuatanmu}, sesungguhnya aku akan memotong tanganmu dan kakimu dengan bersilangan dan aku akan menyalibmu semuanya”.
50~ Mereka berkata:
“Tidak ada kemudhorotan {kepada kami}, sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami,
51~ Sesungguhnya kami amat menginginkan bahwa Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, karena kami adalah orang-orang yang pertama sekali beriman.
{Asy-Syu’aro : 32 ~ 51 }

Fir’aun tetap keras kepala dan semakin bingung;
Nabi Musa yang telah mengalahkan ahli-ahli sihir dengan kedua mu’jizatnya makin meluas pengaruhnya, sedang Fir’aun dengan kekalahan ahli sihirnya merasa kewibawa’annya merosot dan kehormatannya menurun,ia khuatir jika gerakan Musa tidak segera di patahkan akan mengancam keselamatan keraja’annya serta kekekalan mahkotanya.
Para penasehat dan pembantu_pembantu terdekatnya tidak berusaha menghilangkan rasa kecemasan dan kekhuatirannya, tetapi mereka sebaliknya makin membakar dadanya dan makin menakut-nakutinya.
Mereka berkata kepadanya:
“Apakah engkau akan terus membiarkan Musa dan kaumnya bergerak secara bebas dan meracuni rakyat dengan amcam-macam kepercaya’an dan ajaran-ajaran yang menyimpang dari apa yang telah kita warisi dari nenek-moyang kita?
Tidakkah engkau sadar bahwa rakyat kita makin lama makin terpengaruh oleh hasutan_hasutan Musa,sehingga lama-kelama’an niscaya kita dan tuhan-tuhan kita akan di tinggalkan oleh rakyat kita dan pada akhirnya akan hancur binasalah negara dan keraja’anmu yang megah ini.”
Fir’aun menjawab:
“Apa yang kamu uraikan itu sudah menjadi perhatianku sejak di kalahkannya ahli-ahli sihir kita oleh Musa dan memang kalau kita membiarkan Musa terus melebarkan sayapnya dan meluaskan pengaruhnya di kalangan pengikut -pengikutnya yang makin lama makin bertambah jumlahnya,pasti pada akhirnya akan merusakkan adab hidup masyarakat negara kita serta membawa kehancuran dan kebinasa’an bagi keraja’an kita yang megah
Ini,karenanya aku telah merancang akan bertindak terhadap Bani Isro’il dengan membunuh setiap orang lelaki dan hanya wanita saja akan ku biarkan hidup.”
Rancangan jahat fir’aun di terapkan oleh pegawai dan kaki tangan keraja’annya.
Aneka ragam gangguan dan macam-macam tindakan kejam di timpakan atas Bani Isro’il yang memang menurut anggapan masyarakat , mereka itu adalah rakyat kelas kambing dalam keraja’an Fir’aun yang zdolim itu dengan makin
meningkatnya kezdoliman dan penindasan yang mereka terima dari alat –alat keraja’an Fir’aun, datanglah Bani Isro’il kepada Nabi Musa, mengharapkan pertolongan dan perlindungannya.
Nabi Musa tidak dapat berbuat banyak pada masa itu bagi Bani Isro’il yang tertindas dan teraniaya,ia hanya menenteramkan hati mereka, bahwa akan tiba sa’atnya kelak,di mana mereka akan di bebaskan oleh Allooh dari segala penderita’an yang mereka alami,di anjurkan oleh Nabi Musa agar mereka bersabar dan bertawakkal seraya memohon kepada Allooh agar Allooh memberikan pertolongan dan perlindungan-Nya karena Allooh telah menjanjikan akan mewariskan bumi-Nya kepada hamba_hamba-Nya yang sholeh, sabar dan bertaqwa!
Fir’aun bertujuan melemahkan kedudukan Nabi Musa dengan tindakan kejamnya terhadap Bani Isro’il yang merupakan kaumnya, bahkan tulang belakang Nabi Musa,akan tetapi gerak da’wah Nabi Musa tidak sedikitpun terhambat oleh tindakan Fir’aun itu,demikian pula tidak seorang pun dari pada pengikut -pengikutnya yang terpengaruh dengan tindakan Fir’aun itu. Sehingga tidak menjadi luntur Iimaan dan keyaqinan mereka yang sudah bulat terhadap risalah Musa.
Karena sasaran yang di tuju dengan tindakan kekejaman yang tidak berperi kemanusia’an itu tidak tercapai dan tidak dapat menerima da’wah Nabi Musa dan para pengikutnya, yang di lhatnya bahkan semakin bersemangat menyiarkan ajaran Iimaan dan Tauhid, maka Fir’aun tidak mempunyai pilihan selain harus menyingkirkan orang yang menjadi pengikutnya, yaitu dengan membunuh Nabi Musa.
Fir’aun memanggil para penasehat dan pembesar-pembesar keraja’annya untuk bermusyawarah dan merancang pembunuhan Musa di antara mereka yang di undang itu terdapat seorang Mu’min dari Keluarga Fir’aun yang merahasiakan Iimannya.
Di tengah-tengah perdebatan dan perundingan yang berlangsung dalam pertemuan yang di adakan oleh Fir’aun untuk membincangkan cara pembunuhan Nabi Musa itu, bangkitlah berdiri Mu’min itu mengucapkan pembela’annya terhadap Nabi Musa dan nasehat serta tuntunan bagi mereka yang hadir.
Ia berkata:
“Apakah kamu akan membunuh seseorang lelaki yang tidak berdosa, hanya berkata bahwa Allooh adalah Tuhannya?
“Padahal ia menyatakan Iimaan dan kepercaya’annya itu kepada kamu bukan tanpa dalil dan hujjah.
“Ia telah mempertunjukkan kepada kamu bukti-bukti yang nyata untuk menyakinkan kamu akan kebenaran ajarannya.
“Jika seandainya dia seorang pendusta, maka dia sendirilah yang akan menanggung dosa akibat dustanya.
“Namun jika ia adalah benar dalam kata-katanya, maka nescaya akan menimpa kepada kamu bencana azdab yang telah di janjikan olehnya.
“Dan dalam ke ada’an yang demikian siapakah yang akan menolong kamu dari azdab Allooh yang telah di janjikan itu?”
Fir’aun memotong pidato orang Mu’min itu dengan berkata:
“Rancanganku harus terlaksana dan Musa harus di bunuh.
“Aku tidak mengemukan kepadamu melainkan apa yang aku pandang baik dan aku tidak menunjukkan kepadamu melainkan jalan yang benar, jalan yang akan menyelamatkan keraja’an dan negara.
Berucap orang Mu’min dari keluarga Fir’aun itu melanjutkan:
“Sesungguhnya aku khuatir, jika kamu tetap berkeras kepala dan enggan menempuh jalan yang benar yang di bawa oleh para Nabi-Nabi, bahwa kamu akan di timpa azdab dan siksa yang membinasakan ,sebagaimana telah di alami oleh kaum Nuh, kaum Aad, kaum Tsamud dan Umat-Umat yang datang sesudah mereka.
“Apa yang telah di alami oleh kaum-kaum itu adalah akibat kecongkakan dan kesombongan mereka karena Allooh tidak menghendaki berbuat kezdoliman terhadap hamba-hamba-Nya”.
Mu’min itu meneruskan nasehatnya:
”Wahai kaumku!
“Sesungguhnya aku khuatir kamu akan menerima siksa dan azdab Tuhan di hari qiamat kelak, di mana kamu akan berpaling ke belakang, tidak seorang pun akan dapat menyelamatkan kamu itu dari siksa Allooh.
“Hai kaum ikutilah nasehatku, aku hanya ingin kebaikan bagimu dan mengajak kamu ke jalan yang benar.
“Ketahuilah bahwa kehidupan di dunia ini hanya merupakan kesenangan sementara, sedangkan kesenangan dan kebahagia’an yang kekal adalah di akhirat kelak.”
Orang Mu’min dari keluarga Fir’aun itu tidak dapat mengubah sikap Fir’aun dan pengikut -pemgikutnya, walaupun ia telah berusaha dengan menggunakan kecakapan berpidatonya dan susunan kata-katanya yang rapi, lengkap dengan contoh-contoh dari sejarah Umat-Umat yang terdahulu yang telah di binasakan oleh Allooh karena perbuatan dan pembangkangan mereka sendiri.
Fir’aun dan pengikut -pengikutnya bahkan menganjurkan kepada orang Mu’min itu, agar meninggalkan sikapnya yang membela Musa dan menyetujui rancangan jahat mereka,ia di nasehat untuk melepaskan pendiriannya yang pro Musa dan mengabungkan diri dalam barisan mereka menentang Musa dan segala ajarannya,ia di ancam dengan di kenakan tindakan kekerasan bila ia tidak mau mengubah sikap pro kepada Musa secara suka rela.
Berkata orang Mu’min itu menanggapi anjuran Fir’aun:
“Wahai kaumku, sangat aneh sekali sikap dan pendirianmu, aku berseru kepada kamu untuk kebaikan dan keselamatanmu, kamu berseru kepadaku untuk berkufur kepada Allooh dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang aku tidak ketahui, sedang aku berseru kepadamu untuk beriman kepada Allooh, Tuhan Yang Maha Esa, Maha Perkasa, lagi Maha Pengampun,sudah pasti dan tidak dapat di ragukan lagi,bahwa apa yang kamu serukan kepadaku itu tidak akan menolongku dari murka dan siksa Allooh di dunia maupun di akhirat .
“Dan sesungguhnya kamu sekalian akan kembali kepada Allooh yang akan memberi pahala syurga bagi orang_orang yang sholeh, bertaqwa dan beriman, sedang orang-orang kafir yang telah melampaui batas akan di beri ganjaran dengan api neraka.
“Hai kaumku perhatikanlah nasehat dan peringatanku ini.
“Kamu akan menyadari kebenaran kata-kataku ini kelak bila sudah tidak berguna lagi orang menyesal atau merasa susah karena perbuatan yang telah di lakukan.
“Aku hanya menyerahkan urusanku dan nasibku kepada Allooh.
“Dialah Yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat perbuatan dan kelakuan hamba-hamba-Nya.”
Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah “Al-A’roof ” ayat 127 sehingga
ayat 129 juz 9 dan surah “Al-Mu’min” ayat 28 sehingga ayat 33 dan ayat 38
sehingga ayat 45 juz 24 sebagai berikut :
~“127~ Berkata pembesar-pembesar dari kaum Fir’aun {kepada Fir’aun}:
“Apakah kamu akan membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakkan di negeri ini {Mesir} dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?”
Fir’aun menjawab:
“Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka dan sesungguhnya kita berkuasa penuh atas mereka”.
128~ Musa berkata kepada kaumnya:
“Mohonlah pertolongan kepada Allooh dan bersabarlah sesungguhnya bumi {ini} kepunya’an Allooh di pusakakannya kepada siapa yang di kehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya.
“Dan kesusahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa”.
129~Kaum Musa berkata:
“Kami telah di tindas {oleh Fir’aun} sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang.
Musa menjawab:
“Mudah-mudahan Allooh membinasakan musuh-musuh kamu dan menjadikan kamu kholifah di bumi {-Nya} maka Allooh akan melihat bagaimana perbuatanmu.
 { Al-A’roof :
127 ~ 129 }
“28~ Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut Fir’aun yang mneyembunyikan Iimannya berkata:
“Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan;
“Tuhanku ialah Allooh”
Padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu.
“Dan jika dia seorang pendusta, maka dialah yang menanggung {dosa} dustanya itu dan jika dia seorang yang benar, nescaya sebagian
{bencana} yang di ancamkannya kepadamu akan menimpamu.
” Sesungguhnya Allooh tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.
29~Hai kaumku untukmulah keraja’an pada hari ini dengan berkuasa di muka bumi.
Siapakah yang akan menolong kita dari azdab Allooh jika azdab itu menimpa kita?”
Fir’aun berkata:
“Aku tidak mengemukakan kepadamu melainkan apa yang aku pandang baik dan aku tidak menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar.”
30~ Dan orang yang beriman itu berkata:
“Hai kaumku sesungguhnya aku khuatir kamu akan di timpa {bencana} seperti peristiwa {kehancuran} golongan yang bersekutu.
31~ {yakni} seperti ke ada’an kaum Nuh, Aad, Tsamud dan orang-orang yang datang sesudah mereka dan Allooh tidak menghendaki berbuat kezdoliman terhadap hamba-hamba-Nya.
32~ HAi kaumku,sesungguhnya aku khuatir terhadapmu akan siksa’an hari panggil-memanggil.
33~ {yaitu} hari {ketika} kamu {lari} berpaling kebelakang, tidak ada bagimu seseorang pun yang menyelamatkan kamu dari {azdab} Allooh dan siapa yang di sesatkan Allooh nescaya tidak ada baginya seorang pun yang akan memberi petunjuk.
 { Al-Mu’min : 28 ~ 33 }
“38~ Orang yang beriman itu berkata:
“Hai kaumku ikutilah aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar.
39~ Hai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan {sementara} dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.
40~ Barang siapa mengerjakan perbuatan jahat , maka dia tidak akan di balas melainkan sebanding dengan kejahatan itu.
“Dan barang siapa yang mengerjakan amal yang sholeh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam ke ada’an beriman, maka mereka akan masuk syurga, mereka di beri rezeqi di dalamnya tanpa hisab.
41~ Hai kaumku!
Bagaiman kamu ini, aku menyeru kamu kepada keselamatan tetapi kamu menyeru aku ke neraka?
42~ {kenapa} kamu menyerukan supaya kufur kepada Allooh dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidak ku ketahui padahal aku menyeru kamu {beriman} kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun?”
43~ Sudah pasti bahwa apa yang kamu seru supaya aku {beriman} kepadanya tidak dapat memperkenankan seruan apa pun, baik di dunia maupun di akhirat dan sesungguhnya kembali kita adalah kepada Allooh dan sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mereka itulah penghuni neraka.
44~ Kelak kamu akan ingat kepada apa yang aku katakan kepada Kamu dan aku menyerahkan urusan aku kepada Allooh.
Sesungguhnya Allooh Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.
45~ Maka Allooh memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka dan Fir’aun berserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk.
{ Al-Mu’min : 38 ~ 45 }

Fir’aun menghina dan mengejek Nabi Musa;
Selain tindakan kekerasan yang di timpakan ke atas Bani Isro’il kaumnya Nabi Musa, Fir’aun melontarkan penghina’an dan kata-kata ejekan terhadap Nabi Musa dalam usahanya memerangi dan membendung pengaruh Nabi Musa yang semakin bertambah semenjak ia keluar sebagai pemenang dalam pertandingan melawan tukang-tukang sihir kaum Fir’aun.
Berkata Fir’aun kepada pembesar-pembesar keraja’annya:
“Biarkanlah aku membunuh Musa dan biarlah ia memohon dari Tuhannya untuk melindunginya.
“Aku ingin tahu sampai sejauh mana ia dapat melepaskan diri dari kekuasa’anku dan biarlah ia membuktikan kebenaran kata-kata, bahwa Tuhannya akan melindunginya dari segala tipu daya musuh-musuhnya.”
Dalam lain kesempatan Fir’aun berkata kepada rakyatnya yang sudah di perhambakan jiwanya, terbiasa memuja-mujanya, mengiakan kata-katanya dan mengaminkan segala perintahnya:
“Hai rakyatku!  tidakkah kamu melihat bahwa aku memiliki keraja’an Mesir yang megah dan besar ini di mana sungai_sungai mengalir di bawah telapak kakiku, sungai-sungai yang memberi kemakmuran hidup dan kebahagia’an hidup bagi rakyat ku?
“Dan tidakkah kamu melihat kekuasa’anku yang luas dan keta’atan rakyatku yang bulat kepadaku?
“Bukankah aku lebih baik dan lebih agung dari Musa yang hina-dina itu yang tidak pandai menguraikan isi hatinya dan menerangkan maksud tujuannya.
Megapa Tuhannya tidak memakaikan gelang emas, sebagaimana lazimnya orang-orang yang di angkat menjadi raja, pemimpin atau pembesar?
“Atau mengapa ia tidak di iringi oleh Malaikat-Malaikat sebagai tanda kebesarannya dan bukti kebenarannya bahwa ia adalah pesuruh Tuhannya?”
Kelompok orang yang mendengar kata-kata Fir’aun itu dengan serta-merta mengiyakan dan membenarkan kata-kata rajanya serta menyatakan kepatuhan yang bulat kepada segala titah dan perintahnya sebagai warga
yang setia kepada rajanya, namun zdolim dan fasiq terhadap Tuhannya.
Dalam pada itu kesabaran Nabi Musa sampai pada puncaknya, melihat Fir’aun dan pembantu-pambantunya tetap berkeras kepala menentang da’wahnya,mendustakan risalahnya dan makin memperhebatkan tindakan kejamnya terhadap kaum Bani Isro’il terutama para pengikutnya yang menyembunyikan Iimannya karena ketakutan dari pada kejaran Fir’aun dan pembalasannya yang kejam dan tidak berperi kemanusia’an.
Maka di sampaikan oleh Nabi Musa kepada mereka bahwa Allooh tidak akan membiarkan mereka terus-menerus melakukan kekejaman, kezdoliman dan penindasan terhamba-hamba-Nya dan berkufur kepada Allooh dan Rosul-Nya.
Akan di timpakan oleh Allooh kepada mereka bila tetap tidak mau sadar dan beriman kepada-Nya, bermacam azdab dan siksa di dunia semasa hidup mereka sebagai pembalasan yang nyata!
Berdo’alah Nabi Musa, memohon kepada Allooh:
“Ya Tuhan kami, engkau telah memberi kepada Fir’aun dan kaum kerabatnya kemewahan hidup, harta kekaya’an yang meluap-luap dan kenikmatan duniawi, yang kesemua itu mengakibatkan mereka menyesatkan Manusia, hamba-hamba-Mu, dari jalan yang Engkau ridhoi dan tuntunan yang Engkau berikan.
“Ya Tuhan kami,binasakanlah harta-benda mereka dan kunci matilah hati mereka.
“Mereka tidak akan beriman dan kembali kepada jalan yang benar sebelum melihat siksa’an-Mu yang pedih.”
Berkat do’a Nabi Musa dan permohonannya yang di perkenankan oleh Allooh,maka di landakanlah keraja’an Fir’aun oleh krisis ke uwangan dan makanan, yang di sebabkan mengeringnya sungai Nil sehingga tidak dapat mengairi sawah_sawah dan ladang-ladang di samping serangan hama yang ganas yang telah menghabiskan padi dan gandum yang sudah menguning dan siap untuk di ketam/panen.
Belum lagi krisis ke uwangan dan makanan terat asi datang menyusul bala banjir yang besar di sebabkan oleh hujan yang turun dengan derasnya, sehingga menghanyutkan rumah-rumah, gedung-gedung dan membinasakan binatang_binatang ternak dan sebagai akibat dari banjir itu berjangkitlah bermacam_macam wabah dan penyakit yang merisaukan masyarakat seperti hidung berdarah dan lain-lain.
Kemudian datanglah barisan kutu-kutu busuk dan katak_katak yang menyerbu ke dalam rumah-rumah sehingga mengganggu ketentraman hidup mereka,menghilangkan kenikmatan makan, minum dan tidur,di sebabkan menyusupnya binatang-binatang itu ke dalam tempat-tempat tidur, hidangan makanan dan di antara sela-sela pakaian mereka.
Pada waqtu azdab menimpa dan bencana-bencana itu sedang melanda berdatanglah mereka kepada Nabi Musa minta pertolongannya demi keNabiannya, agar memohonkan kepada Allooh mengangkat bala’ itu dari atas mereka dengan perjanjian bahwa mereka akan beriman dan menyerahkan Bani Isro’il kepada Nabi Musa sekirannya mereka dapat di tolong dan terhindar dari azdab bala’ itu.
Akan tetapi begit u bala-bala itu tercabut dari atas mereka dan hilanglah gangguan yang di akibatkan olehnya, mereka mengingkari janji mereka dan kembali bersikap memusuhi dan menentang Nabi Musa, seolah-olah apa yang terjadi bukanlah karena do’a dan permohonan Musa kepada Allooh tetapi karena hasil usaha mereka sendiri.
Bacalah tentang isi cerita di atas ayat 26 dari surah “Al-Mu’min” ; ayat 51
sehingga ayat 54 surah “Az-Zukhruf ” ; ayat 88 dan 89 surah “Yunus” dan ayat
130 sehingga ayat 135 surah “Al-A’roof ” sebagimana berikut :
~“Dan berkata Fir’aun {kepada pembesar-pembesarnya} ;
“Biarlah aku membunuh Musa, dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khuatir dia akan menukar agama atau menimbulkan kerusakan di muka bumi.”
{ Al-Mu’min : 26 }
“Dan Fir’aun berseru kepada kaumnya {seraya} berkata:
“Hai kaumku! Bukankah keraja’an Mesir ini kepunya’anku dan {bukankah} sungai-sungai ini mengalir di bawahku, maka apakah yang kamu tidak melihat nya?
52~ Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan {perkata’annya}?
53~ Mengapa tidak di pakaikan kepadanya gelang emas, atau Malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya.”
54~ Maka Fir’aun mempengaruhi kaumnya {dengan perkata’an itu} lalu mereka patuh kepadanya karena sesungguhnya mereka itu adalah kaum yang f asiq.”
{ Az-Zukhruf : 51 ~ 54 }
“88~ Musa berkata: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekaya’an dalam kehidupan dunia, Ya Tuhan kami, akibatnya mereka menyesatkan {manusia} dari jalan Engkau.
“Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka dan kunci matilah hati mereka maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksa’an yang pedih.”
89~ Allooh berfirman: “Sesungguhnya telah di perkenankan permohonan kamu berdua sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sesekali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui.
{ Yunus : 88 sehingga 89 }
“130~ Dan sesungguhnya Kami telah menghukum {Fir’aun dan} kaumnya dengan mendatangkan musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah_buahan,supaya mereka mengambil pengajaran .
131~ Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran mereka berkata:
“Ini adalah karena {usaha} kami.
“Dan jika mereka di timpa kesusahan mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang berserta dengannya.
Ketahuilah sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allooh,akan tetapi kebanyakkan mereka tidak mengetahui.
132~ Mereka berkata kepada Musa:
“Bagaiman kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka sesekali kami tidak akan beriman kepadamu.
133.~ Maka Kami {Allooh} kirimkan kepada mereka taufan, belalang,kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas tetapi mereka tetap menyombong diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.
134~ Dan ketika mereka di timpa azdab {yang telah di terangkan itu} mereka pun berkata:
”Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu dengan {perantara’an} keNabian yang di ketahui oleh Allooh ada pada sisimu.
“Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azdab itu daripada kami pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Isro’il pergi bersamamu.
135~ Maka setelah Kami hilangkan azdab itu dari mereka hingga batas waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya.
 { Al-A’roof : 130 ~ 135 }

Bani Isro’il keluar dari Mesir’
Bani Isro’il yang cukup menderita akibat tindasan Fir’aun dan kaumnya cukup
merasakan penganiaya’an dan hidup dalam ketakutan di bawah pemerintahan Fir’aun yang kejam dan bengis itu, pada akhirnya sadar bahwa Musa lah yang benar-benar di kirimkan oleh Allooh untuk membebaskan mereka dari cengkaman Fir’aun dan kaumnya.
Maka berduyun-duyunlah mereka datang kepada Nabi Musa memohon pertolongannya agar mengeluarkan mereka dari Mesir.
Kemudian bertolaklah rombongan kaum Bani Isro’il di bawah pimpinan Nabi Musa meninggalkan Mesir menuju Baitul Maqdis dengan berjalan kaki dengan cepat karena takut tertangkap oleh Fir’aun dan bala tentaranya yang mengejar mereka dari belakang akhirnya tibalah mereka pada waqtu fajar di tepi lautan merah setelah selama semalam suntuk dapat melewati padang
pasir yang luas.
Rasa cemas dan takut makin mencekam hati para pengikut Nabi Musa dan Bani Isro’il ketika melihat laut terbentang di depan mereka sedang dari belakang mereka di kejar oleh Fir’aun dan bala tentaranya yang akan berusaha mengembalikan mereka ke Mesir, mereka tidak meragukan lagi bahwa bila mereka tertangkap, maka hukuman matilah yang akan mereka terima dari Fir’aun yang zdolim itu.
Berkatalah salah seorang dari sahabat Nabi Musa, bernama Yusha’ bin Nun:
“Wahai Musa, ke mana kami harus pergi?”
“Musuh berada di belakang kami sedang mengejar dan laut berada di depan kami yang tidak dapat di lintasi tanpa sampan.
“Apa yang harus kami perbuat untuk menyelamatkan diri dari kejaran Fir’aun dan kaumnya?”
Nabi Musa menjawab:
“Janganlah kamu khuatir dan cemas, perjalanan kami telah di perintahkan oleh Allooh kepadaku, dan Dialah yang akan memberi jalan keluar serta menyelamatkan kami dari cengkaman musuh yang zdolim itu.”
Pada sa’at yang kritis itu, di mana para pengikut Nabi Musa berdebar-debar ketakutan, seraya menanti tindakan Nabi Musa yang kelihatan tenang saja,turunlah Wahyu Allooh kepada Nabi-Nya dengan perintah agar memukulkan air laut dengan tongkatnya.
Maka dengan izdin Allooh terbelah laut itu, tiap-tiap belahan merupakan seperti gunung yang besar di antara kedua belahan air laut itu terbent ang dasar laut yang sudah mengering yang segera di bawah pimpinan Nabi Musa di lewatilah oleh kaum Bani Isro’il menuju ke tepi timurnya.
Setelah mereka sudah berada di bagian tepi timur dalam ke ada’an selamat terlihatlah oleh mereka Fir’aun dan bala tentaranya menyusuri jalan yang sudah terbuka di antara dua belah gunung air itu.
Kembali rasa cemas dan takut mengganggu hati mereka seraya memandang kepada Nabi Musa seolah-olah bertanya apa yang hendak dia lakukan selanjutnya.
Dalam pada itu Nabi Musa telah di ilhamkan oleh Allooh agar tenang menanti Fir’aun dan bala tentaranya turun semua ke dasar laut, karena taqdir Allooh telah mendahului bahwa mereka akan menjadi bala tentara yang tenggelam.
Berkatalah Fir’aun kepada kaumnya tatkala melihat jalan terbuka bagi mereka di antara dua belah gunung air itu:
“Lihat bagaimana lautan terbelah menjadi dua, memberi jalan kepada kami untuk mengejar orang-orang yang melarikan diri itu.
Mereka mengira bahwa mereka akan dapat melepaskan dari kejaran dan hukumanku.
Mereka tidak mengetahui bahwa perintahku berlaku dan di ta’ati oleh laut , jangan lagi oleh manusia,tidakkah ini semuanya membuktikan bahwa aku adalah yang berkuasa yang harus di sembah olehmu?
Maka dengan rasa bangga dan sikap sombongnya turunlah Fir’aun dan bala tentaranya ke dasar laut yang sudah mengering itu melakukan gerak-cepatnya untuk menyusul Musa dan Bani Isro’il yang sudah berada di tepi bagian timur sambil menanti hukuman Allooh yang telah di taqdirkan terhadap hamba-hamba-Nya yang kafir itu.
Demikianlah maka setelah Fir’aun dan bala tentaranya berada di tengah_tengah lautan yang membelah itu, jauh dari ke dua tepinya, tibalah perintah Allooh dan kembalilah air yang menggunung itu menutupi jalur jalan yang terbuka di mana Fir’aun dengan sombongnya sedang memimpin barisan tentaranya mengejar Musa dan Bani Isro’il.
Terpendamlah mereka hidup-hidup di dalam perut laut dan berakhirlah riwayat hidup Fir’aun dan kaumnya untuk menjadi kenangan sejarah dan ibrah bagi generasi- yang akan datang.
Pada detik-detik akhir hayatnya, seraya berjuang untuk menyelamatkan diri dari maut yang sudah berada di depan matanya, berkatalah Fir’aun:
“Aku percaya bahwa tiada Tuhan selain Tuhan Musa dan Tuhan Bani Isro’il. Aku beriman pada Tuhan mereka dan berserah diri kepada-Nya sebagai salah seorang Muslim.
Berfirmanlah Allooh kepada Fir’aun yang sedang menghadapi sakaratul-maut :
“Baru sekarangkah engkau berkata beriman kepada Musa dan berserah diri kepada-Ku?
“Tidakkah kekuasa’an ketuhananmu dapat menyelamatkan engkau dari maut ?
“Baru sekarangkah engkau sadar dan percaya setelah sepanjang hidupmu bermaksiat ,melakukan penindasan dan kezdoliman terhadap hamba_hamba-Ku dan berbuat -sewenang-wenang, merusak akhlaq dan aqidah
manusia-manusia yang berada di bawah kekuasa’anmu.
“Terimalah sekarang pembalasan-Ku yang akan menjadi pengajaran bagi orang-orang yang akan datang sesudahmu.
“Akan Aku apungkan tubuh kasarmu untuk menjadi peringatan bagi orang-orang yang meragukan akan kekuasaan-Ku.
Bani Isro’il pengikut -pengikut Nabi Musa masih meragukan kematian Fir’aun.
Mereka masih terpengaruh dengan kenyata’an yang di tanamkan oleh Fir’aun
semasa ia berkuasa sebagai raja bahwa dia adalah manusia luar biasa lain daripada yang lain dan bahwa dia akan hidup kekal sebagai tuhan dan tidak akan mati.
Khayalan yang masih melekat pada fikiran mereka menjadikan mereka tidak mau percaya bahwa dengan tenggelamnya, Fir’aun sudah mati,mereka menyatakan kepada Musa bahwa Fir’aun mungkin masih hidup namun di alam lain.
Nabi Musa berusaha menyakinkan kaumnya bahwa apa yang terfikir oleh mereka tentang Fir’aun adalah suatu khayalan belaka dan bahwa Fir’aun sebagai orang biasa telah mati tenggelam akibat pembalasan Allooh atas
perbuatannya, menentang kekuasa’an Allooh mendustakan Nabi Musa dan menindaskan serta memperhambakan Bani Isro’il dan setelah melihat dengan mata kepala sendiri, tubuh-tubuh Firaun dan orang-orangnya terapung-apung di permuka’an air, hilanglah segala tahayul mereka tentang Fir’aun dan
kesaktiannya.
Menurut catatan sejarah, bahwa mayat Fir’aun yang terdampar di pantai di ketemukan oleh orang-orang Mesir, lalu di awetkan hingga utuh sampai sekarang, sebagai mana dapat di lihat di muzium Mesir.
Tentang isi cerita yang terurai di atas dapat di baca dalam surah “Thoha” ayat 77 sehingga 79 ; surah “Asy-Syua’ra” ayat 60 sehingga 68 ; surah “Yunus” ayat 90 sehingga 92 sebagaimana berikut :
~“77~ Dan sesungguhnya telah Kami Wahyukan kepada Musa:
“Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku {Bani Isro’il} di malam hari, maka buatkanlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu, kamu tidak usah khuatir akan tersusul dan tidak usah takut {akan tenggelam}.
 78~ Maka Fir’aun dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka di tutup oleh laut yang menenggelamkan mereka.
79~ Dan Fir’aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi petunjuk.
 { Thoha :77 ~ 79 }
“60~ Maka Fir’aun dan bala tentaranya dapat menyusuli mereka di waktu matahari terbit .
61~ Maka setelah kedua golongan itu saling melihat , berkatalah pengikut-pengikut Musa:
“Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku bersertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.
63~ Lalu Kami Wahyukan kepada Musa:
“Pukullah lautan itu dengan tongkatmu.”
Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan itu adalah seperti golongan yang lain.
65~ Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang bersertanya semuanya.
66~ Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu.
67~ Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang besar {mu’jizat } dan kebanyakkan mereka tidak beriman.
68~ Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mulia Perkasa lagi Maha Penyayang.
 { Asy-Syu’aro : 60 ~ 68 }
“90~ Dan Kami memungkinkan Bani Isro’il melintasi lau, lalu mereka di ikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas {mereka} hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia:
“Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang di percayai oleh Bani Isro’il dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri {kepada Allooh}.
91~Apakah sekarang {baru kamu percaya} padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakkan.
92~ Maka pada hari ini Kami akan selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pengajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakkan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasa’an Kami.
{ Yunus : 90 ~ 92 }

Nabi Musa A.S. dan Bani Isro’il setelah keluar dari Mesir;
Dalam perjalanan menuju Thur Sina setelah melintasi lautan di bagian utara dari Laut Merah dan setelah mereka merasa aman dari kejaran Fir’aun dan kaumnya.
Bani Isro’il yang di pimpin oleh Nabi Musa itu melihat sekelompok orang-orang yang sedang menyembah berhala dengan tekunnya.
Berkatalah mereka kepada Nabi Musa:
“Wahai Musa, buatlah untuk kamu sebuah tuhan berhala sebagaimana mereka mempunyai berhala-berhala yang di sembah sebagai tuhan.
Musa menjawab:
“Sesungguhnya kamu ini adalah orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sehat .
“Persembahan mereka itu kepada berhala adalah perbuatan yang sesat dan bathil serta pasti akan di hancurkan oleh Allooh.
“Patutkah aku mencari tuhan untuk kamu selain Allooh yang telah memberikan kurnia kepada kamu, dengan menyelamatkan kamu dari Fir’aun,
melepaskan kamu dari perhamba’annya dan penindasannya serta memberikan kamu kelebihan di atas umat -umat yang lain.
“Sesungguhnya suatu perminta’an yang aneh daripada kamu, bahwa kamu akan mencari tuhan selain Allooh yang demikian besar nikmatnya atas kamu, Allooh pencipta langit dan bumi serta alam semesta, Allooh yang baru saja kamu saksikan kekuasa’an-Nya dengan di tenggelamkannya Fir’aun berserta bala tentaranya untuk keselamatan dan
kelangsungan hidupmu.
Perjalanan Nabi Musa dan Bani Isro’il di lanjutkan ke Gurun Sinai di mana panas matahari sangat teriknya dan sunyi dari pohon-pohon atau bangunan di mana orang dapat berteduh di bawahnya,atas permohonan Nabi Musa yang di desak oleh kaumnya yang sedang kepanasan di turunkan oleh Allooh di atas mereka awan yang tebal untuk mereka bernaung dan berteduh di bawahnya dari panas teriknya matahari di samping itu tatkala bekalan makanan dan minuman mereka sudah berkurangan dan tidak mencukupi keperluan, Allooh menurunkan hidangan makanan “manna” – sejenis makanan yang manis sebagai madu dan “salwa” – burung sebangsa puyuh dengan di iringi firman-Nya:
“Makanlah Kami dari makanan-makanan yang baik yang Kami telah turunkan bagimu.”
Demikian pula tatkala pengikut-pengikut Nabi Musa mengeluh kehabisan air untuk minum dan mandi di tempat yang tandus dan kering itu, Allooh meWahyukan kepada Musa agar memukul batu dengan tongkatnya,lalu
memancarlah dari batu yang di pukul itu dua belas mata air, untuk dua belas suku bangsa Isro’il yang mengikuti Nabi Musa, masing-masing suku mengetahui sendiri dari mata air mana mereka mengambil keperluan airnya.
Bani Isro’il pengikut Nabi Musa yang sangat manja itu, merasa masih belum cukup atas apa yang telah Allooh berikan kepada mereka yang telah menyelamatkan mereka dari perhamba’an dan penindasan Fir’aun, memberikan mereka hidangan makanan dan minuman yang lezat dan segar di tempat yang kering dan tandus mereka menuntut lagi dari Nabi Musa agar memohon kepada Allooh menurunkan bagi mereka apa yang di tumbuhkan oleh bumi dari rupa-rupa sayur-mayur, seperti ketimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah karena mereka tidak puas dengan satu macam makanan.
Terhadap tunt utan mereka yang aneh-aneh itu berkatalah Nabi Musa:
“Maukah kamu memperoleh sesuatu yang rendah nilai dan harganya sebagai pengganti dari apa yang lebih baik yang telah Allooh kurniakan kepada kamu?
Pergilah kamu ke suatu kota di mana pasti kamu akan dapat apa yang telah kamu inginkan dan kamu minta.

Pokok cerita tersebut di atas di kisahkan oleh Al-Qur’an dalam surah “Al-A’roof ayat 138 sehingga 140 dan 160 ; serta surah “Al-Baqoroh” ayat 61 yang berbunyi sebagai berikut :
~“138~ Dan Kami sebrangkan Bani Isro’il ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala, mereka {Bani Isro’il} berkata:
“Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan {berhala} sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan {berhala}.
Musa menjawab:
“Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui {sifat –sifat Tuhan}.
139~ Sesungguhnya mereka itu akan di hancurkan kepercaya’an yang di anutnya dan akan batal yang selalu mereka kerjakan.
140~ Musa berkata:
“Patutkah aku mencari tuhan untuk kamu yang selain dari Allooh, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala umat.
{ Al-A’roof : 138 ~ 140 }
“160~ Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah besar dan Kami Wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya:
“Pukullah batu itu dengan tongkatmu.
Maka memancarlah daripadanya dua belas mata air.
“Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum masing-masing dan Kami naungkan Awan di atas mereka dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa. {Kami berfirman}:
“Makanlah baik_baik dari apa yang Kami telah rezekikan kepadamu.
Mereka tidak menganiaya Kami, tetapi merekalah yang selalu menganiaya dirinya sendiri.” { Al-A’roof :160 }
“61~ Dan ingatlah ketika kamu berkata:
“Hai Musa, kami tidak boleh sabar {tahan} dengan satu macam makanan saja,sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, Agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang di tumbuhkan oleh bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya dan bawang merahnya.”
Musa berkata:
“Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik?
Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta.
{ Al-Baqoroh : 61 }

Nabi Musa bermunajat dengan Allooh;
Menurut riwayat sementara ahli tafsir, bahawasanya tatkala Nabi Musa berada di Mesir, ia telah berjanji kepada kaumnya akan memberi mereka sebuah kitab suci yang dapat di gunakan sebagai pedoman hidup yang akan
memberi bimbingan dan sebagai tuntunan bagaimana cara mereka bergaul dan bermuamalah dengan sesama manusia dan bagaimana mereka harus melakukan persembahan dan ibadah mereka kepada Allooh.
Di dalam kitab suci itu mereka akan dapat petunjuk akan hal-hal yang halal dan haram, perbuatan yang baik yang di Ridhoi oleh Allooh di samping perbuat an-perbuat an yang mungkar yang dapat mengakibat kan dosa dan murkanya Tuhan.
Maka setelah perjuangan menghadapi Fir’aun dan kaumnya yang telah tenggelam binasa di laut , selesai, Nabi Musa memohon kepada Allooh agar di berinya sebuah kitab suci untuk menjadi pedoman da’wah dan risalahnya
kepada kaumnya,lalu Allooh memerintahkan kepadanya agar untuk itu ia berpuasa selama tiga puluh hari penuh, yaiut semasa bulan Zulkaedah.
Kemudian pergi ke Bukit Thur Sina di mana ia akan di beri kesempatan
bermunajat dengan Tuhan serta menerima kitab penuntun yang di minta.
Setelah berpuasa selama tiga puluh hari penuh dan tiba sa’at ia harus menghadap kepada Allooh di atas bukit Thur Sina Nabi Musa merasa segan akan bermunajat dengan Tuhannya dalam ke ada’an mulutnya berbau kurang sedap akibat puasanya.
Maka ia menggosokkan giginya dan mengunyah daun_daunan dalam usahanya menghilangkan bau mulutnya,ia di tegur oleh Malaikat yang datang kepadanya atas perintah Allooh.
Berkatalah Malaikat itu kepadanya:
“Hai Musa, mengapakah engkau harus menggosokkan gigimu untuk menghilangkan bau mulutmu yang menurut anggapanmu kurang sedap,padahal bau mulutmu dan mulut orang-orang yang berpuasa bagi kami adalah lebih sedap dan lebih wangi dari baunya kasturi.
“Maka akibat tindakanmu itu,Allooh memerintahkan kepadamu berpuasa lagi selama sepuluh hari sehingga menjadi lengkaplah masa puasamu sepanjang empat puluh hari.
Nabi Musa mengajak tujuh puluh orang yang telah di pilih di antara pengikutnya untuk menyertainya ke bukit Thur Sina dan mengangkat Nabi Harun sebagai wakilnya mengurus serta memimpin kaum yang di tinggalkan selama kepergiannya ke tempat bermunajat itu.
Pada sa’at yang telah di tentukan tibalah Nabi Musa seorang diri di bukit Thur Sina mendahului tujuh puluh orang yang di ajaknya turut serta dan ketika ia di tanya oleh Allooh:
“Mengapa engkau datang seorang diri mendahului kaummu,hai Musa?
Ia menjawab:
“Mereka sedang menyusul di belakangku, wahai Tuhanku.
“Aku cepat -cepat datang lebih dahulu untuk mencapai Ridho-Mu.
Berkatalah Musa dalam munajatnya dengan Allooh:
“Wahai Tuhamku,nampakkanlah Zdat -Mu kepadaku, agar aku dapat melihat-Mu…
Allooh berfirman:
“Engkau tidak akan sanggup melihat-Ku, tetapi cobalah lihat bukit itu, jika ia tetap berdiri tegak di tempatnya sebagaimana sedia kala, maka nescaya engkau akan dapat melihat -Ku.
Lalu menolehlah Nabi Musa mengarahkan pandangannya kejurusan bukit yang di maksudkan itu yang seketika itu juga di lihatnya hancur luluh masuk ke dalam perut bumi tanpa menghilangkan bekas.
Maka terperanjatlah Nabi Musa, gemetarlah seluruh tubuhnya dan jatuh pingsan.
Setelah ia sadar kembali dari pingsannya, bertashbih dan bertahmidlah ia seraya memohon ampun kepada Allooh atas kelancangannya itu dan berkata:
“Maha Besarlah Engkau wahai Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah thaubat ku dan aku akan menjadi orang yang pertama beriman kepada-Mu.
Dalam kesempatan bermunajat itu, Allooh memberikan kepada Nabi Musa kitab suci “Taurat ” berupa kepingan-kepingan batu-batu atau kepingan kayu menurut sementara ahli tafsir yang di dalamnya tertulis segala sesuatu secara terperinci dan jelas mengenai pedoman hidup dan penuntun kepada jalan yang di Ridhoi oleh Allooh.
Allooh mengiring pemberian “Taurat ” kepada Musa dengan firman-Nya:
“Wahai Musa, sesungguhnya Aku telah memilih engkau lebih dari manusia-manusia yang lain di masamu, untuk membawa risalah-Ku dan menyampaikan kepada hamba-hamba-Ku.
“Aku telah memberikan kepadamu ke istimewa’an dengan dapat bercakap-cakap langsung dengan Aku, maka bersyukurlah atas segala kurnia-Ku kepadamu dan berpegang teguhlah pada apa yang Aku tuturkan kepadamu. Dalam kitab yang Aku berikan kepadamu terhimpun tuntunan dan pengajaran yang akan membawa Bani Isro’il ke jalan yang benar, ke jalan yang akan membawa kebahagia’an dunia dan akhirat bagi mereka.
Anjurkanlah kaummu Bani Isro’il agar mematuhi perintah-perintah-Ku jika mereka tidak ingin Aku tempatkan mereka di tempat -tempat orang-orang yang fasiq.

Bacalah tentang kisah munajat Nabi Musa ini, surah “T hoha” ayat 83 dan 84 dan surah “Al-a’roof ” ayat 142 sehingga ayat 145 sebagaimana berikut:
~“83~ Mengapa kamu datang lebih cepat dari pada kaummu, hai Musa?
84~Berkata Musa:
“Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku bersegera kepadamu ya Tuhanku, agar supaya Engkau Ridho’ kepadaku.
{ Thoha : 83 ~84 }
“142~ Dan Kami telah janjikan kepada Musa {memberikan Taurat } sesudah berlalu waqtu tiga puluh malam dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh {malam lagi}, maka sempurnalah waktu yang telah di tentukan Tuhannya empat puluh malam dan berkata Musa kepada saudaranya, yaitu Harun:
“Gantilah aku dalam {memimpin} kaumku dan perbaikilah dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakkan”.
143~ Dan tatkala Musa datang untuk {munajat } dengan {Kami} pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan  telah berfirman {langsung} kepadanya, berkatalah Musa:
“Ya Tuhanku nampakkanlah {Zdat Engkau} kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau.
Tuhan berfirman:
“Kamu sesekali tidak sanggup melihat-Ku, tetapi melihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya {sebagai sediakala} nescaya kamu dapat melihat -Ku.”
Tatkala Tuhannya nampak bagi gunung itu, kejadian itu menjadikan gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan.
Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata:
“Maha Suci Engkau, aku berthaubat kepada-Mu dan aku orang yang pertama
beriman.”
144~ Allooh berf irman:
“Hai Musa sesungguhnya Aku memilih kamu lebih dari manusia yang lain {di masamu} untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.
145~ Dan Kami telah tuliskan untuk Musa luluh {Taurat } segala sesuatu sebagai pengajaran bagi sesuatu.
Maka Kami berfirman:
“Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang kepada {perintah-perintahnya} yang sebaik-baiknya, nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasiq.
 { Al-A’roof : 142 ~145 }

Bani Isro’il kembali menyembah patung anak lembu;
Nabi Musa berjanji kepada Bani Isro’il yang di tinggalkan di bawah pimpinan Nabi Harun bahwa ia tidak akan meninggalkan mereka lebih lama dari tiga puluh hari, dalam perjalananya ke Thur Sina untuk bermunajat dengan Tuhan.
Akan tetapi berhubung dengan adanya perintah Allooh kepada Musa untuk melengkapi jumlah hari puasanya menjadi empat puluh hari, maka janjinya itu tidak dapat di tepati dan kedatangannya kembali ke tengah-tengah mereka tertunda menjadi sepuluh hari lebih lama daripada yang telah di janjikan.
Bani Isro’il merasa kecewa dan menyesalkan kelambatan kedatangan Nabi Musa kembali ke tengah-tengah mereka.
Mereka menggerutu dan mengomel dengan melontarkan kata-kata kepada Nabi Musa seolah-olah ia telah meninggalkan mereka dalam kegelapan dan dalam ke ada’an yang tidak menentu,mereka merasa seakan-akan telah kehilangan pimpinan yang biasanya memberi bimbingan dan petunjuk-petunjuk kepada mereka.
Ke ada’an yang tidak puas dan bingung yang sedang meliputi kelompok Bani Isro’il itu, di gunakan oleh seorang munafiq, bernama Samiri yang telah berhasil menyusup ke tengah-tengah mereka, sebagai kesempatan yang baik untuk menyebarkan benih syiriknya dan merusakkan aqidah para pengikut Nabi Musa yang baru saja menerima ajaran tauhid dan Iiman kepada Allooh.
Samiri yang munafiq itu menghasut mereka dengan kata-kata bahwa Musa telah tersesat dalam tugasnya mencari Tuhan bagi mereka dan bahwa dia tidak dapat di harapkan kembali dan karena itu di anjurkan oleh Samiri agar mereka mencari tuhan lain sebagai ganti dari Tuhan Musa.
Samiri melihat bahwa hasutan itu dapat menggoyahkan Iiman dan akidah pengikut-pengikut Musa yang memang belum meresapi benar ajaran Tauhidnya segera membuat patung bagi mereka untuk di sembah sebagai
Tuhan pengganti  Tuhannya Nabi Musa.
Patung itu berbentuk anak lembu yang di buatnya dari emas yang di kumpulkan dari perhiasan-perhiasan para wanita.
Dengan kepandaian taktiknya patung itu di buat begitu rupa sehingga dapat mengeluarkan suara menguap se’akan-akan anak lembu sejati yang hidup.
Maka di terimalah anak patung lembu itu oleh Bani Isro’il pengikut Nabi Musa yang masih lemah Iiman dan aqidahnya itu sebagai Tuhan persembahan mereka.
Di tegurlah mereka oleh Nabi Harun yang berkata:
“Alangkah bodohnya kamu ini!
“Tidakkah kamu melihat anak lembu yang kamu sembah ini tidak dapat bercakap-cakap dengan kamu dan tidak pula dapat menuntun kamu ke jalan yang benar.
“Kamu telah menganiaya diri kamu sendiri dengan menyembah pada sesuatu selain Allooh.
Teguran Nabi Harun itu di jawab oleh mereka yang telah termakan hasutan Samiri itu dengan kata-kata:
“Kami akan tetap berpegang pada anak lembu ini sebagai tuhan persembahan kami sampai Musa kembali ke tengah-tengah kami.
Nabi Harun tidak dapat berbuat banyak menghadapi kaumnya yang telah berbalik menjadi murtad itu, karena ia khuatir kalau mereka di hadapi dengan sikap yang keras, akan terjadi perpecahan di antara mereka dan akan menjadi ke ada’an yang lebih rumit dan gawat sehingga dapat menyulitkan baginya dan bagi Nabi Musa kelak bila ia datang untuk mencarikan jalan keluar dari krisis Iiman yang melanda kaumnya itu,ia hanya memberi peringatan dan nasehat kepada mereka sambil menanti kedatangan Musa kembali dari Thur Sina.
Dalam pada itu, Nabi Musa setelah selesai bermunajat dengan Tuhan dan dalam perjalanannya kembali ke tempat di mana kaumnya sedang menunggu memperolehi isyarat tentang apa yang telah terjadi dan di alami oleh Nabi Harun selama ketiada’annya.
Nabi Musa begitu marah dan sedih hati tatkala ia tiba di tempat dan melihat kaumnya sedang berpesta mengelilingi anak patung lembu emas,menyembahnya dan memuji-mujinya,dan karena bbegitu marah dan sedihnya ia tidak dapat menguasai dirinya, kepingan-kepingan Taurat di lemparkan berantakan.
Harun saudaranya di pegang rambut kepalanya di tarik kepadanya seraya berkata menegur:
“Apa yang engkau buat tatkala engkau melihat mereka tersesat dan terkena oleh hasutan dan fitnahan Samiri?
Tidakkah engkau mematuhi perintahku dan pesanku ketika aku menyerahkan mereka kepadamu untuk engkau pimpin?
Tidakkah engkau berdaya melawan hasutan Samiri dengan memberi petunjuk dan penerangan kepada mereka dan mengapa engkau tidak cepat memadamkan api kemurtadan ini sebelum menjadi besar begini?
Harun berkata menanggapi teguran Musa:
“Hai anak ibuku, janganlah engkau memegang jangut dan rambut kepalaku, menarik-narikku.
“Aku telah berusaha memberi nasehat dan teguran kepada mereka, namun mereka tidak mengindahkan kata-kataku.
“Mereka menganggapkan aku lemah dan mengancam akan membunuhku.
“Aku khawatir jika aku menggunakan sikap dan tindakan yang keras, akan terjadi perpecahan dan permusuhan di antara sesama kita, hal mana akan menjadikan engkau lebih marah dan sedih.
“Lepaskanlah aku dan janganlah membuatkan musuh-musuhku bergembira melihat perlakuanmu terhadap diriku.
“Janganlah di samakan aku dengan orang_orang yang zdolim.
Setelah reda rasa jengkel dan sedihnya dan memperoleh kembali ketenangannya, berkatalah Nabi Musa kepada Samiri, orang munafiq yang menjadi biang keladi dari kekacauan dan kesesatan itu:
“Hai Samiri, apakah yang mendorongmu menghasut dan menyesatkan kaumku, sehingga mereka kembali menjadi murtad, menyembah patung yang engkau buatkan dari emas itu?
Samiri menjawab:
“Aku telah melihat sesuatu yang mereka tidak melihatnya.
“Aku telah melihat kuda Malaikat Jibril,aku mengambil segenggam tanah bekas jejak telapak kakinya itu, lalu aku lemparkannya ke dalam emas yang mencair di atas api dan terjadilah patung anak lembu yang dapat menguak,mengeluarkan suara sebagaimana anak lembu biasa.
Demikianlah hawa nafsuku membujukku untuk berbuat itu.
Berkata Nabi Musa kepada Samiri:
“Pergilah engkau dan jauhilah pergaulan Manusia sebab karena perbuatan kamu itu engkau harus di pencilkan dan menjadi tabu {sesuatu yang terlarang} jika di sentuh atau menyentuh seseorang ia akan menderita sakit demam panas.
“Ini adalah ganjaranmu di dunia, sedang di akhirat nerakalah akan menjadi tempat mu dan tuhanmu yang engkau buat dan sembah ini kami akan bakar dan campakkannya ke dalam laut .
Kemudian berpalinglah Nabi Musa kepada kaumnya berkata:
“Hai kaumku,alangkah buruknya perbuatan yang kamu telah kerjakan setelah kepergianku!
Apakah engkau hendak mendahului janji Tuhanmu?
Bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu janji yang baik, berupa kitab suci?
Ataukah engkau menghendaki kemurka’an Tuhan menimpa atas dirimu, karena perbuatanmu yang buruk itu dan perlanggaranmu terhadap perintah-perintah dan ajaranajaranku.
Kaum Musa menjawab:
“Kami tidak sesekali melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, akan tetapi kami di suruh membawa beban-beban perhiasan yang berat kepunya’an orang Mesir yang atas anjuran Samiri kami lemparkan ke dalam api yang sedang menyala,kemudian perhiasan-perhiasan yang kami lemparkan itu menjelma menjadi patung anak lembu yang bersuara,sehingga dapat menyilaukan mata kepala kami dan menggoyahkan Iiman yang sudah tertanam di dalam dada kami.
Berkata Musa kepada mereka:
“Sesungguhnya kamu telah berbuat dosa besar dan menyia-nyiakan dirimu sendiri dengan menjadikan patung anak lembu itu sebagai persembahanmu, maka berthaubatlah kamu kepada Tuhan Penciptamu dan Pencipta alam semesta dan mohonlah ampun daripadanya agar Dia menunjukkan kembali kepada jalan yang benar.
Akhirnya kaum Musa itu sadar atas kesalahannya dan mengakui bahwa
mereka telah di sesatkan oleh Syaithon dan memohon ampun dan Rahmat Allooh agar selanjutnya melindungi mereka dari goda’an Syaithon dan Iblis yang akan merugikan mereka di dunia dan akhirat .
Demikian pula Nabi Musa beristighfar memohon ampun baginya dan bagi Harun saudaranya setalah ternyata bahwa ia tidak melalaikan tugasnya sebagai wakil Musa dalam menghadapi krisis Iiman yang di alami oleh kaumnya.
Berdo’a Musa kepada Tuhannya:
“Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami berdua ke dalam lingkaran Rahmat -Mu sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Setelah suasana yang meliputi hubungan Musa dengan Harun di satu pihak dan hubungan mereka berdua dengan kaumnya di lain pihak menjadi tenang kembali, kepingan-kepingan Taurat yang bertaburan sudah di himpun dan
di susun sebagaimana asalnya, maka Allooh memerintahkan kepada Musa agar membawa sekelompok dari kaumnya menghadap untuk meminta ampun atas dosa mereka menyembah patung anak lembu.
Tujuh puluh orang di pilih oleh Nabi Musa di antara kaumnya untuk di ajak pergi bersama ke Thur Sina memenuhi perintah Allooh meminta ampun atas dosa kaumnya,mereka di perintahkan untuk keperluan itu agar berpuasa,mensucikan diri, pakaian mereka dan pada waktu yang telah di tentukan
berangkatlah Nabi Musa bersama tujuh puluh orang itu menuju ke bukit Thur Sina.
Setiba mereka di Thur Sina turunlah awan yang tebal meliputi seluruh bukit ,kemudian masuklah Nabi Musa di ikuti para pengikutnya ke dalam awan gelap itu dan segera mereka bersujud dan sementara bersujud terdengarlah oleh kelompok tujuh puluh itu percakapan Nabi Musa dengan Tuhannya.
Pada sa’at itu timbullah dalam hati mereka ke inginan untuk melihat Zdat Allooh dengan mata kepala mereka setelah mendengar percakapan-Nya dengan telinga,maka setelah selesai Nabi Musa bercakap-cakap dengan Allooh berkatalah mereka kepadanya:
“Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allooh dengan terang.
Dan sebagai jawaban atas ke inginan mereka yang menunjukkan ke ingkaran dan ketakaburan itu, Allooh seketika itu juga mengirimkan halilintar yang menyambar dan merenggut nyawa mereka sekaligus.
Nabi Musa merasa sedih melihat nasib fatal yang menimpa kelompok tujuh puluh orang yang merupakan orang-orang yang terbaik di antara kaumnya,ia berseru memohon kepada Allooh agar di ampuni dosa mereka seraya berkata:
“Wahai Tuhanku, aku telah pergi ke Thur Sina dengan tujuh puluh orang yang terbaik di antara kaumku kemudian aku akan kembali seorang diri, pasti kaumku tidak akan mempercayaiku.
“Ampunilah dosa mereka, wahai Tuhanku dan kembalilah kepada mereka nikmat hidup yang Engkau telah cabut sebagai pembalasan atas ke inginan dan perminta’an mereka yang durhaka itu.
Allooh memperkenankan do’a Musa dan permohonannya dengan di hidupkan kembali kelompok tujuh puluh orang itu, maka bangunlah mereka seakan-akan orang yang baru sadar dari pingsannya,kemudian pada kesempatan itu Nai Musa mengambil janji dari mereka bahwa mereka akan berpegangan teguh kepada kitab Taurat sebagai pedoman hidup mereka melaksanakan perintah_perintahnya dan menjauhi segala apa yang di larangnya.
Pokok cerita yang di uraikan di atas, di kisahkan oleh Al-Qur’an dalam banyak tempat , di antaranya surah “Thoha” ayat 85 sehingga 98, surah “Al-A’roof ayat 149, 151, 154, 155 dan surah “Al-Baqoroh” ayat 55, 56, 63 dan 64 sebagai berikut :
~“85~ Allooh berfirman:
“Maka sesungguuhnya Kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan dan mereka telah di sesatkan oleh Samiri.
86~Kemudian Musa kembali kepada kaumnya, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik?
Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu melanggar perjanjian dengan aku?
87~Mereka berkata:
“Kami sesekali tidak melanggar perjanjian kamu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami di suruh membawa beban-beban dari
perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula
Samiri melemparkannya.
88~ Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata:
“Inilah tuhanmu dan tuhan Musa tetapi Musa telah lupa.
89~ Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahwa patung anak lembu itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka dan tidak dapat memberi kemudhorotan kepada mereka dan tidak pula kemanfa’atan?
90~ Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya:
”Hai kaumku, sesungguhnya kamu itu hanya di beri coba’an dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Pemurah maka ikutilah aku dan ta’atilah perintahku.
91~ Mereka menjawab:
“Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami.
92~ Berkata Musa:
“Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat telah tersesat .
93~ {sehingga} kamu tidak mengikuti aku?
Maka apakah kamu telah sengaja mendurhakai perintahku?
94~ Harun menjawab:
“Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang jangutku dan jangan pula kepalaku; sesungguhnya aku khuatir bahwa kamu akan berkata {kepadaku}:
“Kamu telah memecah antara Bani Isro’il dan kamu tidak memelihara amanat ku.
95~ Berkatalah Musa:
“Apakah yang mendorongmu {berbuat demikian} hai Samiri?
96~ Samiri menjawab:
“Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya maka aku ambil segenggam dari jejak Rosul, lalu aku melemparkannya dan demikianlah nafsuku membujukku.
97~ berkata Musa:
“Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagi kamu di dalam kehidupan di dunia ini hanya dapat menyatakan :
“Janganlah menyentuh {aku}.
” Dan sesungguuhnya bagimu hukuman {di akhirat } yang kami sesekali tidak dapat menghindarinya dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya.
“Sesungguhnya kami akan membakarnya kemudian kami sesungguhnya akan
menghamburkannya ke dalam laut {berupa abu yang berserakan}
98~Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allooh yang tidak ada Tuhan selain Dia.
“Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu.
{ Thoha : 85 ~ 98 }
“149~ Dan setelah mereka begitu menyesali perbuatanya dari mengetahui bahwa mereka telah sesat, mereka pun berkata:
“Sesungguhnya jika Tuhan kami tidak memberi Rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami pastilah kami menjadi orang-orang yang rugi.
 { Al-A’roof : 149 }
“151~ Musa berdo’a:
“Ya Tuhanku ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam Rahmat Engkau dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para Penyayang.
{ Al-A’roof : 151 }
“154~ Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya kembali luh-luh
{Taurat } itu; dan dalam tulisannya terdapat petunjuk dan Rahmat buat orang_orang yang takut kepada Tuhannya.
155~ Dan Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk {memohonkan thaubat kepada Kami} pada waktu yang telah Kami tentukan,maka ketika mereka di goncang gempa bumi Musa berkata:
“Ya Tuhanku! kalau Engkau kehendaki tentulah Engkau telah membinasakan mereka dan aku sebelum ini.
“Apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akal di antara kami?
“Itu hanyalah coba’an dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki.
“Engkaulah yang memimpin kami maka ampunilah kami dan berikanlah kepada kami Rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun sebaik-baiknya.
{ Al-A’roof : 154 ~ 155 }
“55~ Dan {ingatlah} ketika kamu berkata:
“Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu, sebelum kami melihat Allooh dengan terang karena itu kamu di sambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya.
56~ Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur.
{ Al-Baqoroh : 55 ~ 56 }
“63~ Dan {ingatlah} ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat kan gunung { Thur Sina } di atas {seraya Kami berfirman} :
“Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertaqwa.
Kemudian kamu berpaling setelah {adanya perjanjian} itu, maka kalau tidak ada kurnia Allooh dan Rahmat -Nya atasmu,nescaya kamu tergolong orang yang rugi.
{ Al-Baqoroh : 63 ~ 64 }

Bani Isro’il mengembara tidak berketentuan tempat tinggalnya;
Tidak kurang-kurang kurnia’an Allooh yang di berikan kepada kaum Bani Isro’il,mereka telah di bebaskan dari kekuasa’an Fir’aun yang kejam yang telah menindas dan memperhambakan mereka berabad-abad lamanya,telah di perlihatkan kepada mereka bagaimana Allooh telah membinasakan Fir’aun ,musuh mereka tenggelam di laut ,kemudian tatkala mereka berada di tengah_tengah padang pasir yang kering dan tandus, Allooh telah memancarkan air dari sebuah batu dan menurunkan hidangan makanan “Manna dan Salwa” bagi keperluan mereka.
Di samping itu Allooh mengutuskan beberapa orang Rosul dan Nabi dari kalangan mererka sendiri untuk memberi petunjuk dan bimbingan kepada mereka,akan tetapi kurnia dan nikmat Allooh yang susul-menyusul yang di berikan kepada mereka, tidaklah mengubah sifat -sifat mereka yang tidak mengenal syukur,berkeras kepala dan selalu membangkang terhadap perintah Allooh yang di Wahyukan kepada Rosul-Nya.
Demikianlah tatkala Allooh meWahyukan perintah-Nya kepada Nabi Musa untuk memimpin kaumnya pergi ke Palestin, tempat suci yang telah di janjikan oleh Allooh kepada Nabi Ibrohim untuk menjadi tempat tinggal anak cucunya, mereka membangkang dan enggan melaksanankan perintah itu.
Alasan penolakan mereka ialah karena mereka harus menghadapi suku “Kan’aan” yang menurut anggapan mereka adalah orang-orang yang kuat dan perkasa yang tidak dapat di kalahkan dan di usir dengan aduan kekuatan. Mereka tidak mempercayai janji Allooh melalui Musa, bahwa dengan pertolongan-Nya mereka akan dapat mengusir suku Kan’aan dari kota Ariha untuk di jadikan tempat pemukiman mereka selama-lamanya.
Berkata mereka tanpa malu, menunjuk sifat pengejutnya kepada Musa:
“Hai Musa, kami tidak akan memasuki Ariha sebelum orang-orang suku Kan’aan itu keluar.
“Kami tidak berdaya menghadapi mereka dengan kekuatan fizikal karena mereka telah terkenal sebagai orang-orang yang kuat dan perkasa.
Pergilah engkau berserta Tuhanmu memerangi dan mengusir orang-orang
suku Kan’aan itu dan tinggalkanlah kami di sini sambil menant hasil perjuanganmu.
Naik pitamlah Nabi Musa melihat sikap kaumnya yang pengecut itu yang tidak
mau berjuang dan memeras keringat untuk mendapat tempat pemukiman tetapi ingin memperolehnya secara hadiah atau melalui mu’jizat sebagaimana mereka telah mengalaminya dan banyak peristiwa dan yang menyedihkan hati Musa ialah kata-kata mengejek mereka yang menandakan bahwa dada mereka masih belum bersih dari benih kufur dan syirik kepada Allooh.
Dalam ke ada’an marah setelah mengetahui bahwa tiada seorang daripada kaumnya yang akan mendampinginya melaksanakan perintah Allooh itu,
berdo’lah Nai Musa kepada Allooh:
“Ya Tuhanku, aku tidak menguasai selain diriku dan diri saudaraku Harun, maka pisahkanlah kami dari orang-orang yang fasiq yang mengingkari nikmat dan kurnia-Mu.
Sebagaimana hukuman bagi Bani Isro’il yang telah menolak perintah Allooh memasuki Palestin, Allooh mengharamkan negeri itu atas mereka selama empat puluh tahun dan selama itu mereka akan mengembara berkeliaran di
atas bumi Allooh tanpa mempunyai tempat mukim yang tetap,mereka hidup dalam kebingungan sampai musnahlah mereka semuanya dan datang menyusul generasi baru yang akan mewarisi negeri yang suci itu sebagaimana yang telah di sanggupkan oleh Allooh kepada Nabi Ibrohim A.S.

Pokok cerita tersebut di atas di kisahkan oleh Al-Qur’an dalam surah “Al-Maidah ayat 20 sehingga ayat 26 sebagaimana berikut :
“20~ Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada kaumnya:
“Hai kaumku,ingatlah nikmat Allooh atasmu ketika Dia mengangkat Nabi-Nabi di antaramu, dan di jadikannya kamu orang-orang merdeka dan di beri-Nya kepadamu apa yang belum pernah di beri-Nya kepada seorang pun di antara Umat -Umat yang lain.
21~ Hai kaumku, masuklah ke tanah suci {Palestin} yang telah di tentukan oleh Allooh bagimu dan janganlah kamu lari kebelakang {karena takut kepada musuh} maka kamu akan menjadi orang-orang yang rugi.
22~ Mereka berkata:
“Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa sesungguhnya kami tidak sesekali akan memasukinya sebelum mereka keluar daripadanya,jika mereka keluar daripadanya, pasti kami akan memasukinya.
23~ Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut {kepada Allooh} yang Allooh telah memberi nikmat atas keduanya:
”Serbulah mereka melalui pintu gerbang {kota} itu, maka bila kamu memasukinya nescaya kamu akan menang dan hanya kepada Allooh hendaklah kamu bertawakkal, jika kamu orang-orang yang beriman.
24~ Mereka berkata:
“Hai Musa, kami sesekali tidak akan memasuki selama-lamanya selagi mereka ada di dalamnya karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja.
25~Berkata Musa:
“Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku,sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasiq itu.
26~ Allooh berfirman :
{Jika demikian} maka sesungguhnya negeri itu
di haramkan atas mereka selama empat puluh tahun {selama itu} mereka akan berpusing-pusing kebingungan di bumi itu,maka janganlah kamu bersedih hati {memikirkan nasib} orang-orang yang fasiq itu.
{ Al-Maidah : 20 ~ 26 }

Kisah sapi Bani Isro’il;
Salah satu dari beberapa mu’jizat yang telah di berikan oleh Allooh kepada Nabi Musa ialah penyembelihan sapi yang terkenal dengan sebutan sapi Bani Isro’il.
Di kisahkan bahwa ada seorang anak laki-laki putera tunggal dari seorang kaya-raya memperolehi warisan harta peninggalan yang besar dari ayahnya yang telah wafat tanpa meninggalkan seorang pewaris selain putera
tunggalnya itu.
Saudara-saudara sepupu dari putera tunggal itu iri hati dan ingin menguasai harta peninggalan yang besar itu atau setidak-tidaknya sebagian dari padanya dan karena menurut hukum yang berlaku pada waqtu itu yang tidak memberikan haq kepada mereka untuk memperoleh walau sebagian dari peninggalan bapa saudara mereka ,mereka bersekongkol untuk membunuh saudara sepupu pewaris itu, sehingga bila ia sudah mati haq atau warisan yang besar itu akan jatuh kepada mereka.
Pembunuh atas pewaris sah itu di laksanakan menurut rencana yang tersusun rapi kemudian datanglah mereka kepada Nabi Musa melaporkan, bahwa mereka telah menemukan saudara sepupunya mati terbunuh oleh seorang yang tidak di kenal identitasnya maupun tempat di mana ia menyembunyikan diri,mereka mengharapkan Nabi Musa dapat menyingkap tabir yang menutupi peristiwa pembunuhan itu serta siapakah gerangan pembunuhnya.
Untuk keperluan itu, Nabi Musa memohon pertolongan Allooh yang segera menWahyukan perintah kepadanya agar ia menyembelih se’ekor sapi dan dengan lidah sapi yang di sembelih itu di pukullah mayat sang korban yang dengan izdin Allooh akan bangun kembali memberitahukan siapakah sebenarnya yang telah melakukan pembunuhan atas dirinya.
Tatkala Nabi Musa menyampaikan cara yang di Wahyukan oleh Allooh itu kepada kaumnya ia di tertawakan dan di ejek karena akal mereka tidak dapat menerima bahwa hal yang sedemikian itu boleh terjadi,mereka lupa bahwa Allooh telah berkali-kali menunjukkan kekuasa’an-Nya melalui mu’jizat yang di berikan kepada Musa yang kadang kala bahkan lebih hebat dan lebih sukar untuk di terima oleh akal Manusia berbanding mu’jizat yang mereka hadapi dalam peristiwa pembunuhan pewaris itu.
Berkata mereka kepada Musa secara mengejek:
“Apakah dengan cara yang engkau usulkan itu, engkau bermaksud hendak menjadikan kami bahan ejekan dan tertawa’an orang?
Akan tetapi kalau memang cara yang engkau usulkan itu adalah Wahyu, maka cobalah tanya kepada Tuhanmu, sapi betina atau jantankah yang harus kami sembelih?
Dan apakah sifat-sifatnya serta warna kulitnya agar kami tidak dapat salah memilih sapi yang harus kami sembelih?
Musa menjawab:
“Menurut petunjuk Allooh, yang harus di sembelih itu ialah sapi betina berwarna kuning tua, belum pernah di pakai untuk membajak tanah atau mengairi tanaman tidak cacat dan tidak pula ada belangnya.
Kemudian di kirimkanlah orang ke pelosok desa dan kampung-kampung mencari sapi yang di maksudkan itu yang akhirnya di ketemukannya pada seorang anak yatim piatu yang memiliki sapi itu sebagai satu-satunya harta peninggalan ayahnya serta menjadi satu-satunya sumber nafkah hidupnya.
Ayah anak yatim itu adalah seorang fakir miskin yang soleh, ahli ibadah yang
tekun yang pada saat mendekati waqtu wafatnya, berdo’alah kepada Allooh
memohon perlindungan bagi putera tunggalnya yang tidak dapat meninggalkan warisan apa-apa baginya selain se’ekor sapi itu,maka berkat do’a ayah yang sholeh itu terjuallah sapi si anak yatim itu dengan harga yang
berlipat ganda karena memenuhi syarat dan sifat -sifat yang di isyaratkan oleh
Musa untuk di sembelih.
Setelah di sembelih sapi yang di beli dari anak yatim itu, di ambillah lidahnya oleh Nabi Musa, lalu di pukulkannya pada tubuh mayat ,yang seketika bangunlah ia hidup kembali dengan izdin Allooh, menceritakan kepada Nabi Musa dan para pengikutnya bagaimana ia telah di bunuh oleh saudara-saudara sepupunya sendiri.
Demikianlah mu’jizat Allooh yang kesekian kalinya di perlihatkan kepada Bani Isr’il yang keras kepala dan keras hati itu namun belum juga dapat menghilangkan sifat -sifat congkak dan membangkang mereka atau mengikis habis bibit -bibit syirik dan kufur yang masih melekat pada dada dan hati mereka.
Ayat -ayat Al-Qur’an yang mengisahkan pokok cerita di atas, terdapat dalam surah “Al-Baqoroh ayat 67 sehingga 73 sebagaimana tersebut di bawah ini :
~“67~ Dan {ingat lah} ketika Musa berkata kepada kaumnya:
“Sesungguhnya Allooh menyuruh kamu menyembelih sapi betina.
Mereka berkata:
“Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan.
Musa menjawab:
“Aku berlindung kepada Allooh daripada menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil.
68~ Mereka menjawab:
“Mohonlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami sapi betina apakah itu?
Musa menjawab:
“Sesungguhnya Allooh berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda pertengahan antara itu maka kerjakanlah apa yang telah di perintahkan kepadamu.”
69~ Mereka berkata:
“Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apakah warnanya.
Musa menjawab:
“Sesungguhnya Allooh berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya.
70~ Mereka berkata:
“Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena
sesungguhnya sapi itu {masih} samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya-Allooh akan dapet petunjuk.
71~ Musa berkata:
“Sesungguhnya Allooh berfirman bahwa sapi betina adalah sapi betina yang belum pernah di pakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak cacat , tidak ada belangnya.
Mereka berkata:
“Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenar.
Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.
72~ Dan {ingatlah} ketika kamu membunuh seorang Manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu dan Allooh hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan.
73~ Lalu Kami berfirman:
“Pukullah mayat itu dengan sebagian anggota sapi betina itu.
Demikianlah Allooh menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati dan memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasa’an-Nya agar kamu mengerti.
 { Al-Baqoroh : 67 ~ 73 }

Nabi Musa A.S. dan Al-Khidir;
Pada suatu ketika berpidatolah Nabi Musa di depan kaumnya Bani Isro’il,ia Berda’wah kepada mereka, memberi nasehat dengan mengingat kan kepada mereka akan kurnia dan nikmat Allooh yang telah di curahkan kepada mereka yang sepatut nya di imbangi dengan syukur dan pelaksana’an ibadah yang tulus,melakukan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Kepada mereka yang beriman, berta’at dan bertaqwa,Nabi Musa menjanjikan pahala syurga dan bagi mereka yang mengingkari nikmat Allooh di ancam dengan siksa api neraka.
Begitu Nabi Musa mengakhiri pidatonya bangunlah di antara para hadirin bertanya kepadanya:
“Wahai Musa,siapakah di atas bumi Allooh ini yang paling pandai dan paling berpengetahuan?
“Aku”, jawab Musa.
“Apakah tidak ada kiranya orang yang lebih pandai dan lebih berpengetahuan dari padamu?
Tanya lagi si penanya itu.
“Tidak ada” , ujar Musa seraya berkata dalam hati kecilnya:
”Bukankah aku Nabi terbesar di antara Bani Isro’il?
“Aku adalah penakluk Fir’aun, pemegang berbagai mu’jizat , yang telah dapat membelah laut dengan tongkatku dan akulah yang memperoleh kesempatan bercakap_cakap langsung dengan Tuhan,maka kemulia’an apa lagi yang dapat melebihi kemulia’an serta kebesaran yang aku capai itu, yang belum pernah di alami dan di capai oleh siapapun sebelum aku.
Rasa sombong dan ke unggulan diri yang tercermin dalam kata-kata Nabi Musa, di cela oleh Allooh yang memperingatkan kepadanya bahwa ilmu itu adalah lebih luas untuk di miliki oleh seseorang walaupun ia adalah seorang
Rosul dan bahwa bagaimana luasnya ilmu dan pengetahuan seseorang,nescaya akan terdapat orang lain yang lebih pandai dan lebih alim dari padanya.
Selanjutnya untuk melanjutkan kekurangan yang ada pada diri Nabi Musa Allooh memerintahkan kepadanya agar menemui seorang hamba-Nya di suatu tempat di mana dua lautan bertemu.
Hamba yang sholeh yang telah di berinya Rahmat dan ilmu oleh Allooh itu akan memberi tambahan pengetahuan dan ilmu kepada Nabi Musa sehingga dapat menjadikan sadar bahwa tiada Manusia yang dapat membanggakan diri dengan mengatakan bahwa akulah orang yang terpandai dan berpengetahuan luas di atas bumi ini.
Berkata Musa kepada Tuhan:
“Wahai Tuhanku, aku akan pergi mencari hamba-Mu yang sholeh itu, bagi memperolehi bunga api ilmunya dan mendapat titisan air pengetahuan dan ilham yang Engkau telah berikan kepadanya.
Allooh berfirman kepada Musa:
“Bawalah se’ekor ikan di dalam sebuah keranjang dalam perjalananmu mencari dia dan ketahuilah bahwa di tempat di mana engkau akan kehilangan ikan di dalam keranjang itu, di situ engkau akan menemui hamba-Ku yang sholeh itu.
Nabi Musa menyiapkan diri untuk perjalanan yang jauh, di dampingi oleh “Yusya’ bin Nun” seorang daripada para pengikutnya yang setia,ia membawa bekal makanan dan minuman di antaranya sebuah keranjang yang terisi se’ekor ikan sesuai dengan petunjuk Allooh,ia berkeras hati tidak akan kembali sebelum ia dapat menemui hamba yang sholeh itu walaupun ia harus melakukan perjalanan yang berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun bila perlu,ia berpesan kepada teman sepejalanannya Yusya’ bin Nun agar segera memberitahu kepadanya bilamana ikan yang di
dalam keranjang yang di bawanya itu hilang.
Tatkala Nabi Musa nerserta Yusya’ bin Nun sampai di mana dua lautan bertemu yang telah di isyaratkan dalam firman Allooh kepadanya, tertidurlah ia di atas sebuah batu yang besar yang berada di tepi lautan.
Pada sa’at ia lagi tidur nyenyak, turunlah hujan rintik-rintik, membasahi se’ekor di dalam keranjang itu dan tanpa mereka ketahui melompatlah ikan tersebut itu masuk ke dalam laut,setelah Musa terjaga dari tidurnya, bangunlah mereka meneruskan perjalanan yang tidak menentu arah maupun tujuan dan dalam perjalanan yang sudah agak jauh, berhentilah Musa beristirahat sekedar untuk menghilangkan rasa penatnya seraya meminta dari Yusya bin Nun agar menyiapkan santapannya karena ia sudah sangat lapar. Ketika Yusya bin Nun membuka keranjang untuk mengambil makanan teringatlah olehnya akan ikan yang hilang dan melompat ke dalam laut .
Maka berkatalah Yusya’ kepada Nabi Musa:
“Aku telah di lupakan oleh Syaithon untuk memberitahu kepadamu segera, bahwa tatkala engkau berada di atas batu karang sedang tidur nyenyak, ikan kami yang berada di dalam keranjang tiba-tiba hidup kembali setelah kejatuhan air hujan dan melompat masuk ke dalam laut ,sepatutnya aku melaporkan kepadamu segera, sesuai dengan pesananmu, namun aku di lupakan oleh Syaithon.
Wajah Nabi Musa berseri-seri menjadi kegirangan mendengar berita itu dari Yusya’ karena telah dapat mengetahui di mana ia akan dapat bertemu dengan hamba Allooh yang di cari itu.
Berkata Musa kepada Yusya’:
“Inilah tempat yang kami tuju dan di sini kami akan menemui orang yang kami cari.
“Marilah kami kembali ke tempat batu karang itu yang menjadi tempat tujuan terakhir dari perjalanan kami yang jauh ini.
Setiba mereka kembali di tempat di mana mereka kehilangan ikan, mereka melihat seorang bertubuh kurus langsing yang pada wajahnya tampak cahaya dan Iiman serta tanda-tanda orang soleh,ia sedang menutpi tubuhnya dan pakaiannya sendiri, yang segera di singkapnya ketika mendengar kata-kata
salam Nabi Musa kepadanya.
“Siapakah engkau?
Bertanya orang sholeh itu.
Musa menjawab:
“Aku adalah Musa.
Bertanya kembali orang sholeh itu:
“Musa, Nabi Bani Isro’ilkah?”
“Betul”, jawab Musa, seraya bertanya:
“Dari manakah engkau mengetahui bahwa aku adalah Nabi Bani Isro’il?
“Dari yang mengutusmu kepadaku”, jawab orang sholeh itu.
“Inilah hamba Allooh yang aku cari…
Berkata Musa dalam hatinya, seraya mendekatinya dan berkata kepadanya: “Dapatkah engkau memperkenankan aku mengikutimu dan berjalan bersamamu ke mana saja engkau pergi sebagai bayanganmu dan sebagai muridmu?
“Aku akan mematuhi segala petunjuk dan perintahmu.
Hamba sholeh atau menurut banyak pendapat ahli-ahli taf sir Nabi Al-Khidhir itu menjawab:
“Engkau tidak akan sabar dan tidak dapat menahan diri bila engkau mengikutiku dan berjalan bersamaku.
“Engkau akan mengalami dan melihat hal_hal yang ajaib yang sepintas lalu nampak se’akan-akan perbuatan yang salah dan mungkar namun pada hakikatnya adalah perbuatan benar dan wajar dan engkau sebagai Manusia tidak akan berdiam diri melihatku melakukan perbuatan dan tingkah laku yang ganjil menurut pandanganmu.
Musa menjawab dengan sikap seorang murid yang ingin belajar dan menambah pengetahuan :
“Insya-Allooh engkau akan mendapati aku seorang yang sabar yang tidak akan melanggar sesuatu perintah atau petunjuk daripadamu.
Berkata Al-Khidhir kepada Musa:
“Jika engkau benar-benar ingin mengikutiku dan berjalan bersamaku maka engkau harus berjanji tidak akan mendahului bertanya tentang sesuatu sebelum aku memberitahukan kepadamu.
“Engkau harus berjanji bahwa engkau tidak akan menentang segala perbuatan dan tindakan yang aku lakukan di hadapanmu walaupun menurut pandanganmu itu salah dan mungkar.
“Aku dengan sendirinya memberi alasan dan tafsiran bagi segala tindakan dan perbuatanmu kepadamu kelak pada akhir perjalanan kami berdua.
Dengan di terimanya pesyaratan Nabi Al-Khidhir oleh Musa yang berjanji akan mematuhinya bulat -bulat , maka di ajaklah Nabi Musa mengikutinya dalam perjalanan.
Pelanggaran pertama terhadap persyarat an Al-Khidhir terjadi tatkala mereka sampai di tepi pantai, di mana terdapat sebuah perahu sedang berlabuh.
Nabi Al-Khidhir meminta pertolongan pemilik perahu itu, agar mengantar mereka di suatu tempat yang di tuju,dengan senang hati di angkutlah mereka berdua secara percuma tanpa bayaran bahkan di hormati dan di beri layanan yang baik karena di lihatnya oleh pemilik perahu bahwa kedua orang itu memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri yang tidak terdapat pada orang biasa.
Tatkala mereka berada dalam perut perahu yang sedang meluncur dengan lajunya di antara gelombang-gelombang tiba-tiba Musa melihat Al-Khidhir melubangi perahu itu dengan mengambil dua keping kayunya.
Perbuatan mana yang di anggap oleh Musa suatu gangguan dan pengrusakan bagi milik seseorang yang telah berbuat baik terhadap mereka.
Musa lupa akan janjinya sendiri dan di tegurlah Al-Khidhir dengan berkata:
“Engkau telah melakukan perbuatan mungkar dengan merusak dan melubangi perahu ini.
“Apakah dengan perbuatan kamu ini engkau hendak menenggelamkan perahu ini dengan semua penumpangnya?
“Tidakkah engkau merasa kasihan kepada pemilik perahu ini yang telah berjasa kepada kami dan mengantarkan kami ke tempat yang kami tuju tanpa membayar se’senpun?
Berkata Al-Khidhir menjawab teguran Musa:
“Bukankah aku telah katakana kepadamu bahwa engkau tidak akan sabar menahan diri melihat tindak tandukku di dalam perjalanan menyertaiku.
Musa berkata:
“Ma’afkanlah daku…
“Aku telah lupa akan janjiku sendiri…
“Janganlah aku di persalahkan dan di marahi akan kelupa’anku.
Perminta’an ma’af Musa di terimalah oleh Al-Khidhir dan tibalah mereka berdua di tempat yang di tuju di sebuah pantai,kemudian perjalanan di lanjutkan di darat dan bertemulah mereka dengan seorang anak laki-laki yang sedang bermain-main dengan kawan-kawannya.
Tiba-tiba di panggillah anak itu oleh Al-Khidhir, di bawanya ke tempat yang agak jauh, di baringkannya dan di bunuhnya seketika itu.
Alangkah terperanjatnya Musa melihat tindakan Al-Khidhir yang dengan sewenang-wenangnya telah membunuh seorang anak yang tidak berdosa, seorang yang mungkin sekali dalam fikiran Musa adalah harapan satu-satunya bagi kedua orang tuanya.
Musa sebagai Nabi yang di utus oleh Allooh untuk memerangi kemungkaran dan kejahatan tidak dapat berdiam diri melihat Al-Khidhir melakukan pembunuhan yang tiada beralasan itu, maka di tegurlah ia seraya berkata: “Mengapa engkau telah membunuh seorang anak yang tidak berdosa?
“Sesungguhnya engkau telah melakukan perbuatan yang mungkar dan keji.
Al-Khidhir menjawab dengan sikap dinginnya:
“Bukankah aku telah berkata kepadamu, bahwa engkau tidak akan sabar menahan diri berjalan dengan aku?
Dengan rasa malu mendengar teguran Al-Khidhir itu, berucaplah Musa:
“Ma’af kanlah aku untuk kedua kalinya dan perkenankanlah untuk aku meneruskan perjalanan bersamamu dengan pergertian bahwa bila terjadi lagi perlanggaran dari pihakku untuk ketiga kalinya, maka janganlah aku di perbolehkan menyertaimu seterusnya.
“Sesungguhnya telah cukup engkau memberi uzdur dan memberi ma’af kepadaku.
Dengan janji terakhir yang di terima oleh Al-Khidhir dari Musa di teruskanlah perjalanan mereka berdua sampai tiba di suatu desa di mana mereka ingin beristirahat untuk menghilangkan lelah dan penat mereka akibat perjalanan jauh yang telah di tempuh,mereka berusaha untuk mendapat tempat penginapan sementara dan sedikit bahan makanan untuk sekedar mengisi perut kosong mereka, namun tidak seorang pun dari penduduk desa yang
memang terkenal bachil {pelit } itu yang mau menolong mereka memberi tempat beristirahat atau sesuap makanan sehingga dengan rasa kecewa mereka segera meninggalkan desa itu.
Dalam perjalanan Musa dan Al-Khidhir hendak keluar dari desa itu mereka melihat dinding salah satu rumah desa itu nyaris roboh,segera AL-Khidhir menghampiri dinding itu dan di tegakkannya kembali dan secara spontan,
tanpa sadar, berkata Musa kepada Al-Khidhir:
“Heran bin ajaib, mengapa engkau berbuat kebaikan bagi orang_orang yang jahat dan pelit ini.
“Mereka telah menolak untuk memberi kepada kami tempat istirahat dan sesuap makanan untuk perut kami yang lapar.
“Sepatutnya engkau menuntut upah bagi usahamu menegakkan dinding itu, agar dengan upah yang engkau perolehi itu dapat kami menutupi keperluan makan minum kami.
Al-Khidhir menjawab:
“Wahai Musa, inilah sa’at untuk kami berpisah sesuai dengan janjimu yang terakhir.
“Cukup sudah aku memberimu kesempatan dan uzdur.
“Akan tetapi sebelum kami berpisah , akan aku berikan kepadamu tujuan serta alasan-alasan perbuatan-perbuatanku yang engkau rasakan tidak wajar dan kurang patut .
“Ketahuilah hai Musa…
Al-Khidhir melanjutkan uraiannya,”bahwa pengrusakan bahtera yang kami tumpangi itu adalah di maksudkan untuk menyelamatkannya dari pengambil-alihan oleh seorang raja yang zdolim yang sedang mengejar di belakang bahtera itu,sedang bahtera itu adalah milik orang-orang fakir-miskin yang di gunakan sebagai sarana mencari nafkah bagi hidup mereka sehari-hari. Dengan melubangi yang aku lakukan dalam bahtera itu, si raja yang zdolim itu akan berfikir dua kali untuk merampas bahtera itu yang di anggapnya rusak dan berlubang itu.
“Maka perbuatanku yang pada lahirnya adalah pengrusakan milik orang, namun tujuannya ialah menyelamatkannya dari tindakan perampasan sewenang-wenangnya.
“Adapun tentang anak yang aku bunuh itu ialah bertujuan menyelamatkan kedua orang tuanya dari gangguan anak yang durhaka itu.
Kedua orang tua anak itu adalah orang-orang yang Mu’min, sholeh dan bertaqwa yang aku khuatirkan akan menjadi tersesat dan melakukan hal-hal yang buruk karena dorongan anaknya yang durhaka itu.
“Aku harapkan dengan matinya anak itu Allooh akan mengurniai anak pengganti yang sholeh dan berbakti kepada mereka berdua.
Sedang mengenai dinding rumah yang ku perbaiki dan ku tegakkan kembali itu adalah karena di bawahnya terpendam harta peninggalan milik dua orang anak yatim piatu.
Ayah mereka adalah orang yang sholeh ahli ibadah dan Allooh menghendaki bahwa warisan yang di tinggalkan untuk kedua anaknya itu sampai ke tangan mereka selamat dan utuh bila mereka sudah mencapai dewasanya, sebagai Rahmat dari Tuhan serta ganjaran bagi ayah mereka yang sholeh dan bertaqwa itu.
“Demikianlah wahai Musa, apa yang ingin engkau ketahui tentang tujuan tindakan-tindakanku yang sepintas lalu engkau anggap buruk dan melanggar hukum,semuanya itu telah ku lakukan bukan atas kehendakku sendiri tetapi atas tuntunan Wahyu Allooh kepadaku.
Kisah Musa dan Al-Khidir ini dapat di baca dalam surah “Al-Kahf i” ayat 60
sehingga ayat 82 yang bermaksud :
~“60~ Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada muridnya:
“Aku tidak akan berhenti berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.
61~ Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu.
62~ Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh berkatalah Musa kepada muridnya:
“Bawalah kemari makanan kita sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini.
63~ Muridnya menjawab:
“Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi,maka sesungguhnya aku lupa menceritakan tentang ikan itu dan tidaklah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali Syaithon dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.
64~ Musa berkata:
“Itulah tempat yang kita cari.
Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka sendiri.
65~ Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya Rahmat dari sisi Kami dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.
66~ Musa berkata Al-Khidhir:
“Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah di ajarkan kepadamu?
67~ Dia menjawab:
“Sesungguhnya kamu sesekali kamu tidak akan sanggup sabar bersamaku.
68~ Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?
69~ Musa berkata:
“Insya-Allooh kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun.
70~ Dia berkata:
“Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu.
71~ Maka berjalanlah keduanya, hingga keduanya menaiki perahu, lalu Al-Khidhir melubanginya.
Musa berkata:
“Mengapa kamu melubangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpamgnya?
“Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar.
72~ Dia {Al-Khidhir} berkata:
“Bukankah aku telah katakan:
“Sesungguhnya kamu sesekali tidak akan sabar ersama dengan aku.
73~ Musa berkata:
“Janganlah kamu menghukum aku karena kelupa’anku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku.
 74~ Maka berjalanlah keduanya hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang pemuda maka Al-Khidhir membunuhnya.
Musa berkata :
“Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain?
“Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar.
75~ Al-Khidhir berkata:
“Bukankah sudah ku katakan kepadamu bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?
76~ Musa berkata:
“Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah {kali ini} maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzdur padaku.
77~ Maka keduanya berjalan hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk negeri itu tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka kemudian keduanya dapati dalam negeri itu ada dinding rumah yang hampir roboh, maka Al-Khidhir menegakkan dinding itu.
Musa berkata:
“Jikalau kamu mau nescaya kamu akan mengambil upah untuk itu.
78~ Al-Khidhir berkata :
“Inilah perpisahan antara aku dengan kamu kelak akan ku beritahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak
dapat sabar terhadapnya.
79~ Adapun bahtera itu adalah kepunya’an orang_orang miskin yang bekerja di laut dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.
80~ Dan ada pun anak muda itu maka kedua orang tuanya adalah orang-orang Mu’min dan kami khuatir bila dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.
81~ Dan kami menghendaki supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya {kepada ibu bapaknya}.
82~ Adapun dinding rumah itu kepunya’an dua orang anak muda yang yatim di kota itu sedang ayahnya adalah seorang yang sholeh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasa’annya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai Rahmat dari Tuhanmu dan bukanlah aku melakukannnya itu menurut kemauanku sendiri.
Demikianlah itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.
{ Al-Kahf i : 60 ~ 82 }

Nabi Musa A.S. dan Qorun si kaya raya;
Qorun adalah nama seorang daripada kaum Nabi Musa dan keluarganya yang dekat .
Ia di kurniai Allooh kelapangan rezeqi dan kekaya’an harta benda yang besar yang tidak ternilai bilangannya,ia hidup mewah selalu mujur dalam usahanya mengumpulkan kekaya’an, sehingga menjadi padatlah khazanahnya dengan harta benda dan benda-2 yang sangat berharga,sampai-2 para juru kuncinya tidak berdaya membawa atau memikul kunci-2 peti khazanahnya karena sangat banyak dan beratnya,ia hidup secara mewah dan menonjol di antara kaum dan penduduk kotanya,segala-galanya adalah luar biasa dan lain daripada yang lain.
Gedung-2 tempat tinggalnya ,pakaiannya sehari-hari ,pelayan-2nya dan hamba-2 sahayanya yang bilangannya melebihi keperluan dan walaupun ia tenggelam dalam lautan kenikmatan duniawi yang tiada taranya pada masa itu, ia merasa masih belum puas dengan tingkat kekayaan yang ia miliki dan
terus berusaha mengisi khazanahnya yang sudah padat itu, sifat mausia yang serakah yang tidak akan pernah puas dengan apa yang sudah di capai.
Jika ia sudah memiliki segantang emas ia ingin memperoleh segantang yang kedua dan demikian seterusnya.
Sebagaimana halnya dengan kebanyakan orang-orang kaya yang telah di mabukkan oleh harta bendanya maka Qorun tidak merasa sedikit pun bahwa dia mempunyai kewajiban sosial dengan harta kekaya’annya itu,ia dalam hidupnya hanya memikirkan kesenangan dan kesejahtera’an peribadinya,memikirkan bagaimana ia dapat menambahkan kekaya’annya yang sudah melimpah-limpah itu,ia telah di nasehati oleh pemuka-2 kaumnya agar ia menyediakan sebagian daripada kekaya’annya bagi menolong para fakir miskin, menolong orang-orang yang telanjang yang tidak berpakaian dan lapar tidak dapat makanan, ia di peringatkan bahwa kekaya’an yang ia peroleh itu adalah kurnia dari Tuhan yang harus di syukuri dengan beramal kebajikan terhadap sesama Manusia dan melakukan perbuatan-2 yang dapat meringankan penderita’an orang-orang yang di timpa musibah atau menderita cacat di peringatkan bahwa Allooh yang telah memberinya rezeqi yang luas itu dapat sewaktu-waktu mencabutnya bila ia melalaikan kewajiban sosialnya.
Nasehat yang baik dan peringatan yang jujur yang di kemukakan oleh pemuka_pemuka kaumnya itu tidak di endahkan oleh Qorun dan tidak mendapat tempat di dalam hatinya,ia bahkan merasa bahwa karena kekaya’annya ialah yang harus memberi nasehat dan bukan menerima nasehat ,orang harus tunduk kepadanya, mematuhi perintahnya, mengiakan kata-katanya dan membenarkan segala tindak tanduknya.,ia menyombongkan diri dengan mengatakan kepada orang-orang yang memberikan nasehat itu bahwa kekaya’an yang ia miliki adalah semata-mata hasil jerih payahnya dan hasil kecerdasan dan kepandaiannya berusaha dan bukan merupakan kurnia atau pemberian dari siapapun,karenanya ia bebas menggunakan harta kekaya’annya menurut kehendak hatinya sendiri dan tidak merasa terikat oleh kewajiban sosial berupa pertolongan dan bantuan kepada para fakir miskin dan para penderita yang memerlukan bantuan dan pertolongan.
Sebagai tantangan bagi para orang yang menasehatinya, Qorun makin meningkatkan cara hidup mewahnya dan secara menyolok mempamerkan kekaya’annya dengan berlebih-lebihan,bila ia keluar, ia mengenakan pakaian
dan perhiasan yang bergemerlapan, membawa pengantar dan pembantu lebih banyak daripada biasanya dan mengenderai kuda-kuda yang di hiasi dengan indah dan cantik.
Kemewahan yang di tonjolkan secara menyolok itu ,merasakan iri-hati di kalangan penduduk terutama mereka yang masih lemah Iimannya,mereka berbisik-bisik di antara sesama mereka mengeluh dengan berkata:
“Mengapa kami tidak di beri rezeqi dan kenikmatan seperti yang telah di berikan kepada Qorun?
Alangkah mujurnya nasib Qorun dan alangkah bahagianya dia dalam hidupnya di dunia ini!
Dan mengapa Tuhan melimpahkan kekaya’an yang besar itu kepada Qorun yang tidak mempunyai rasa belas kasihan terhadap orang-orang yang melarat dan sengsara, orang-orang yang fakir dan miskin yang memerlukan pertolongan berupa pakaian maupun makanan di manakah letak ke adilan Allooh yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih itu?
Qorun yang tidak mengabaikan anjuran orang, agar ia secara suka rela menyediakan sebagia’an harta kekaya’annya untuk di sedekahkan kepada orang-orang yang memerlukannya, melarat dan miskin akhirinya di datangi oleh Nabi Musa menyampaikan kepadanya bahwa Allooh telah meWahyukan
perinyah berzakat bagi tiap-tiap orang yang kaya dan berada.
Di terangkan oleh Musa kepadanya bahwa dalam harta kekaya’an tiap ada bagian yang telah di tentukan oleh Tuhan sebagai haq orang-orang yang melarat dan fakir miskin yang wajib di serahkan kepada mereka.
Qorun merasa jengkel memerima perintah wajib berzakat itu dan menyatakan keraguan dan kesangsian kepada Musa.
Ia berkata:
“Hai Musa kami telah membantumu dan menyokongmu dalam da’wahmu kepada Agama barumu.
“Kami telah menuruti segala perintahmu dan mendengarkan segala kata_katamu.
“Sikap kami yang lunak itu terhadap dirimu telah memberanikan engkau bertindak lebih jauh dari apa yang sepatutnya dan mulailah engkau ingin meraih harta benda kami.
“Engkau rupanya ingin juga menguasai harta kekaya’an kami setelah kami serahkan kepadamu hati dan fikiran kami sebulat-bulatnya,dengan perintah wajib zakatmu ini engkau telah membuka topengmu dan menunjukkan dustamu dan bahwa engkau hanya seorang pendusta dan ahli sihir belaka.
Tuduhan Qorun yang ingin melepaskan dirinya dari wajib berzakat itu di tolak oleh Nabi Musa yang menegaskan kembali bahwa kewajiban berzakat itu tidak dapat di tawar-tawar dan harus di laksanakan karena ia adalah perintah Allooh yang harus di ta’ati dan di laksanakan dengan semestinya.
Qur’an tidak dapat jalan untuk mengelakkan diri dan kewajiban zakat itu setelah berbantah dan berdebat dengan Musa maka ia menyerah dan di tentukan berapa besar yang harus ia keluarkan zakat harta kekaya’annya.
Setelah tiba di rumah dan menghitung-hitung bagian yang harus di zakatkan dari harta miliknya Qorun merasa terlampau besar yang harus di zakatkan dan merasa sayang bahwa ia harus mengeluarkan dari khazanahnya sejumlah uang tanpa meperoleh imbalan sesuatu ke untungan dan laba.
Fikir punya fikir dan timbang punya timbang akhirnya Qorun mengambil keputusan untuk tidak akan mengeluarkan zakat walau apapun yang akan terjadi akibat tindakannya itu.
Untuk menguatkan aksi pemboikotannya terhadap kewajiban mengeluarkan zakat , Qorun menyebarkan fitnah kepada Nabi Musa dengan maksud menarik orang agar menjadikan penunjang aksinya dan mengikutinya menolak menolak kewajiban mengeluarkan zakat sebagaimana di perintahkan oleh Nabi Musa,ia menyebarkan fitnah seolah-olah Nabi Musa dengan da’wahnya dan penyiaran Agama barunya bertujuan ingin  memperkayakan diri dan bahwa perintah zakatnya itu adalah merupakan cara perampasan yang halus terhadap milik para pengikutnya.
Lebih jahat lagi untuk menjatuhkan Nabi Musa dan kewibawa’annya, Qorun bersekongkol dengan seorang wanita yang di ajarinya agar mengaku di depan umum bahwa ia telah melakukan perbuatan zina dengan Musa.
Akan tetapi Allooh tidak rela nama Rosul-Nya tercemar oleh tuduhan palsu yang di aturkan oleh Qorun itu,maka di gerakkanlah hati wanita sewa’annya itu untuk mengatakan ke ada’an yang sebenarnya dan bahwa apa yang ia tuduhkan kepada Nabi Musa adalah fitnahan dan ajaran Qorun semata-mata dan bahawasannya Musa adalah bersih dari perbuatan yang di tuduh itu.
Setelah ternyata bagi Nabi Musa bahwa Qorun tidak beriktikad baik dan bahwa ia tidak dapat di harap menjadi pengikut yang sholeh yang mematuhi perintah-2 Allooh terutama perintah wajib zakat bahkan ia dapat merusakkan
akhlaq dan Iimaan para pengikut Musa dengan sikap dan cara hidupnya yang berlebih-lebihan mewahnya, di tambahkan pula usahanya yang tidak henti-2 merusakkan kewibawa’an Nabi Musa dengan melontarkan fitnahan dan berbagai hasutan maka habislah kesabaran Nabi Musa ,lalu berdo’a ia kepada Allooh agar menurunkan azdab-Nya atas diri Qorun yang sombong dan congkak itu, agar menjadi pengajaran dan ibrah bagi kaumnya yang sudah mulai goyah Iimannya melihat kenikmatan yang berlimpah-limpah yang telah Allooh kurniakan kepada Qorun yang membangkang itu.
Maka dengan izdin Allooh yang telah memperkenankan do’a Nabi Musa terjadilah tanah runtuh yang dahsyat di atas mana terletak bangunan gedung-gedung yang mewah tempat tinggal Qorun dan tempat penimbunan kekaya’annya.
Terbenamlah seketika itu Qorun hidup-hidup berserta semua milik kekaya’an yang menjadi kebagga’annya.
Peristiwa yang menimpa Qorun dan harta kekaya’annya itu menjadi ibrah bagi pengikut-2 Nabi Musa serta obat Rohani bagi mereka yang beriri hati dan mendambakan kenikmatan dan kemewahan hidup sebagaimana yang telah di alami oleh Qorun.
Mereka berkata seraya bersyukur kepada Allooh:
“Sekiranya Allooh telah melimpahkan Rahmat dan kurnia-Nya, nescaya kami di benamkan pula seperti Qorun yang selalu kami inginkan kedudukan duniawinya.
“Sesungguhnya kami telah tersesat ketika kami beriri hati dan mendambakan kekaya’annya yang membawa binasa baginya.
“Aduhai benar-2 tidaklah beruntung orang-orang yang mengingkari nikmat Allooh.
Isi cerita tersebut di atas dapat di baca dalam surah “Qoshosh” ayat 76
sehingga 82 dan surah “Al-Ahzaab” ayat 69 sebagaimana berikut :
~“76~Sesungguhnya Qorun adalah termasuk kaum Musa maka ia berlaku aniaya terhadap mereka dan Kami telah menganugerahkan kepadanya Perbendahara’an harta yang kunci-nya sungguh berat di pikul oleh sejumlah
orang yang kuat -2. {Ingatlah{ ketika kaumnya berkata kepadanya:
“Janganlah kamu terlalu bangga sesungguhnya Allooh tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.
77~ Dan carilah pada apa yang telah di anugerahkan kepada mu {kebahagia’an} negeri akhirat , dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari {kenikmatan} duniawi dan berbuat baiklah {kepada orang lain} sebagaimana Allooh telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakkan di {muka} bumi ini.
Sesungguhnya Allooh tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakkan.
78~ Qorun berkata:
“Sesungguhnya aku di beri harta itu karena ilmu yang ada padaku.
”Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasannya Allooh sungguh telah membinasakan Umat-2 sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta?
“Dan tidaklah perlu di tanya kepada orang-orang yang berdosa itu tentang dosa-dosa mereka.
79~ Maka keluarlah Qorun kepada kaumnya dengan kemegahannya.
Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia:
”Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah di berikan kepada Qorun , sesungguhnya ia benar-benar mempunyai peruntungan yang besar.
80~ Berkatalah orang-orang yang telah di anugerahi ilmu:
“Kecelaka’an yang besarlah bagimu, pahala Allooh adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal sholeh dan tidak di peroleh pahala itu kecuali oleh orang-orang
yang sabar.
81~ Maka Kami benamkan Qorun berserta rumahnya ke dalam bumi.
Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azdab Allooh,dan tiadalah ia termasuk orang-orang {yang dapat } membela {dirinya}.
82~ Dan jadilah orang-orang yang kelmarin mencita-citakan kedudukan Qorun itu berkata:
“Aduhai, benarlah Allooh melapangkan rezeqi bagi siapa yang dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya.
Kalau Allooh tidak melimpahkan kurnia-Nya atas kita benar-benar Dia {Allooh} telah membenamkan kita {pula}.
“Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari {nikmat } Allooh.
{ Al-Qoshosh : 76 ~ 82 }
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa maka Allooh membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakana,dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allooh.
{ Al-Ahzaab : 69 }

Tholout di angkat sebagai raja Bani Isro’il;
Setelah Bani Isro’il memasuki Palestin dan menguasainya di bawah pimpinan Yusya bin Nun mereka selalu menjadi sasaran penyerbuan dan serangan dari bangsa-2 sekelilingnya, seperti suku Amaliqah dari bangsa Arab, bangsa Palestin sendiri dan bangsa Aramiyin.
Kemenangan dan kekalahan di antara mereka silih berganti.
Pada suatu waqtu datanglah bangsa Palestin penduduk “Usydud” suatu daerah dekat Gaza menyerbu dan menyerang mereka dan terjadilah pertempuran yang berakhir dengan kemenangan bangsa Palestin yang berhasil, mencerai-beraikan Bani Isroil dan merampas benda keramat mereka yang bernama “Tabout ”, yaitu sebuah peti tempat penyimpanan kitab Taurat .
Peti yang di sebut Tabout itu adalah merupakan salah satu dari banyak kurnia
yang telah di berikan oleh Allooh kepada Bani Isro’il,mereka menganggap Tabout itu suatu benda keramat yang dapat menginspirasikan kekuatan dan keberanian kepada mereka di kala menghadapi musuh,maka karenanya dalam tiap medan perang di bawanyalah Tabout itu untuk memberi kekuatan bathin dan semangat juang bagi mereka memberi rasa berani bagi mereka dan rasa takut bagi musuh,maka dengan di rampasnya Tabout itu oleh bangsa Palestin hilanglah pegangan mereka dan berantakanlah barisannya, retaklah kesatuannya sehingga menjadi laksana binatang ternakan yang di tinggalkan gembalanya.
Dan memang sejak di tinggalkan oleh Nabi Mua, Bani Isro’il tidak mempunyai seorang raja atau seorang pemimpin yang berwibawa yang dapat mengikat mereka di bawah satu bendera dan menghimpun mereka di bawah satu
komando bila terjadi serangan dari luar dan penyerbuan oleh musuh,mereka hanya di pimpin oleh hakim-hakim penghulu yang memberi tuntunan kepada mereka dalam bidang ke Agama’an dan kadangkala menjadi juru damai jika timbul perselisihan dan sengketa di antara sesama mereka,di antara
penghulu itu terdapat seorang penghulu yang paling di segani dan di hormati bernama Somu’il,kata-kat anya selalu di dengar dan nasehat-2nya selalu di terima dan di ta’ati.
Kepada Somu’il datanglah beberapa pemuda Bani Isro’il yang merasa sedih melihat ke ada’an kaumnya menjadi kacau bilau dan bercerai berai setelah di kalahkan oleh bangsa Palestin dan di keluarkan dari negeri mereka serta di rampasnya Tabout yang merupakan peti wasiat dan benda keramat bagi mereka.
Mereka mengutarakan kepada Samu’il bahwa mereka memerlukan seorang pemimpin yang kuat yang berwibawa dan mempunyai kekuasa’an sebagai seorang raja untuk menghimpun mereka dan seterusnya menjadi
panglima perang.
Samu’il yang mengenal baik watak mereka dan titik-titik kelemahan serta sifat -2 licik dan pembangkang yang melekat pada diri mereka berkata:
“Aku khuatir bahwa kamu akan takut dan enggan bertempur melawan musuh bila kepadamu di perintahkan untuk berperang menghalau musuh dari negerimu.
Mereka menjawab:
“Bagaimana kami menolak perintah semacam itu dan enggan maju bertempur melawan musuh sedangkan kami telah di hina di usir
dari rumah-rumah kami dan di pisahkan dari sanak keluarga kami.
“Bukankah suatu hal yang memalukan dan menurun derajat kami sebagai bangsa, bila dalam ke ada’an yang sedang kami alami ini, kami masih juga enggan berperang melawan musuh yang datang menyerang dan menyerbu daerah kami.
“Kami akan maju dan tidak akan gentar masuk dalam medan perang,asalkan saja kami akan dapat pimpinan dari seorang yang pandai, berani serta berwibawa sehingga komandonya dan segala perintahnya akan di patuhi oleh kaum kami semuanya.
Somu’il berkata:
“Jika demikian ketetapan hatimu dan demikian pula ke inginanmu untuk memperoleh seorang raja yang akan memimpin dan membimbing kamu , maka berilah waqtu kepadaku untuk beristikhoroh memohon pertolongan Allooh menunjukkan kepadaku seseorang yang patut dan layak menjadi raja bagimu.
Di dalam istikhorohnya, Somuil mendapat ilham dan petunjuk dari Allooh, agar ia memilih serta mengangkat seorang yang bernama “Thalout ” menjadi raja Bani Isro’il ,dan walaupun ia belum pernah mendengar nama itu atau mengenalkan orangnya Allooh akan memberinya jalan dan tanda-tanda yang akan memungkinkan ia bertemu muka dengan orang itu dan mengenalinya dengan segera.
Thalout adalah seorang berbadan gemuk dan jangkung, tegak, kuat dan berparas tampan, dari pancaran kedua matanya orang dapat mengetahui bahwa ia adalah seorang yang cerdik,pandai dan bijaksana, memiliki hati yang tabah dan berani,ia hidup dan bertempat tinggal di sebuah desa yang agak terpencil sehingga tidak banyak di kenal orang Ia hidup bersama ayahnya bercocok tanam dan memelihara hewan ternak.
Pada suatu hari di kala Thalout sedang sibuk bersama ayahnya menguruskan tanah ladangnya terlepaslah dari kadang se’ekor keledai dari hewan-2 pelihara’annya dan menghilang sesat .
Pergilah Thalout bersama seorang bujangnya mencari keledai yang hilang itu di celah-2 lembah dan bukit-2 di sekitar desanya, namun tidak berhasil menemukan kembali hewan yang terlepas itu.
Akhirnya ia mengajak bujangnya kembali karena khuatir ayahnya akan menjadi gelisah bila ia lebih lama meninggalkan rumahnya mencari keledai yang hilang itu.
Berkata sang bujang kepada Thalout :
“Kami sekarang sudah berada di daerah Shuf tempat di mana Somu’il berada.
“Alangkah baiknya kalau kami pergi kepadanya menanyakan kalau-2 ia dapat memberikan keterangan dan petunjuk kepada kami di mana kiranya kami dapat menemukan keledai kami itu.
Ia adalah seorang Nabi yang menerima petunjuk dari Tuhannya melalui para Malaikat dan dia telah banyak kali mengungkapkan hal-hal ghaib yang di tanyakan oleh orang kepadanya.
Thalout menerima baik cadangan bujangnya dan berangkatlah mereka berdua menuju tempat tinggal Somu’il.
Di tengah-2 perjalanan, mereka bertanya kepada beberapa gadis yang di temuinya sedang menimpa air dari sebuah perigi:
“Di manakah tempat tinggal Nabi Somu’il?
“Tidak usah kamu cepat-2 meneruskan perjalananmu.
“Somu’il sebentar lagi akan datang ke sini.
“Ia sedang di tunggu kedatangannya di atas bukit oleh rakyat tempat itu.
Para gadis itu menjawab.
Ternyata bahwa belum selesai para gadis itu memberikan keteranagnnya,muncullah Somu’il dengan wajahnya yang berseri-seri memancarkan cahaya keNabian dan ke aliman yang mengesahkan.
Thalout segera mendekati Somu’il dan setelah saling pandang memandang,berkatalah Thalout :
“Wahai Nabi Allooh, kami datang menemui bapak untuk memohon pertolongan yaitu dapatkah kiranya kami di beri keterangan dan petunjuk di manakah kami dapat menemukan kembali keledai kami yang telah terlepas dari kandang dan menghilang tidak kami temukan jejaknya walaupun sudah tiga hari kami berusaha mencarinya.
Somu’il setelah memandang wajah Thalout dengan teliti sadarlah ia bahwa inilah orangnya yang oleh Allooh di tunjuk untuk menjadi raja pemimpin dan penguasa Bani Isro’il.
Ia berkata kepada Thalout :
“Keledai yang engaku cari itu sedang berada dalam perjalanan kembali ke kandangnya di tempat ayahmu.
“Janganlah engkau rungsingkan fikiranmu dan ributkan dirimu dengan urusan keledai itu,karena aku memang mencarimu dan ingin menemuimu untuk urusan yang lebih besar dan lebih penting dari soal keledai.
“Engaku telah di pilih oleh Allooh untuk memimpin Bani Isro’il sebagai raja, mempersatukan barisan mereka yang sudah kacau-balau serta membebaskan mereka dari musuh-musuh yang sedang menyerbu dan menduduki negeri mereka,dan insya-Allooh Tuhan akan menyertaimu memberi perlindungan kepadamu dan mengurniakan kemenangan dan kemujuran dalam segala sepak terajangmu.
Thalout menjawab:
“Bagaimana aku dapat menjadi seorang raja dan pemimpin Bani Isro’il sedang aku ini seorang dusun anak cucu Benyamin yang paling papa, terasing dari pengaulan orang ramai, seorang anak tani dan penggembala hewan yang tidak di kenal orang?
Berkata Somu’il:
“Itu adalah kehendak Allooh dan perintah-Nya,dan lebih tahu pada siapa ia meletakkan amanat dan tugas-tugas-Nya.
“Dialah yang menugaskan dan Dia pulalah yang akan melengkapi segala kekuranganmu.
“Bersyukurlah engkau atas nikmat dan kurnia Allooh ini.
“Terimalah tugas suci ini dengan keteguhan hati dan kepercaya’an penuh akan pertolongan dan perlindungan Allooh kepadamu.
Kemudian di peganglah tangan Thalout ,di angkatnya ke atas seraya menghadap kepada kaumnya dan berkata:
“Wahai kaumku, inilah orangnya yang oleh Allooh telah di pilih untuk menjadi Rajamu, ia berkewajiban memimpin kamu dan mengurus segala urusanmu dengan sebaik-baiknya dan setepat -tepatnya dan kamu berkewajiban ta’at
kepadanya, mematuhi segala perintahnya dan berdiri tegak di belakang komandonya.
“Bersatu padulah kamu di bawah bendera raja Thalout dan bersiap-siaplah untuk berjuang melawan musuh-musuhmu.
Bani Isro’il yang sedang berkumpul mengerumuni somu’il mendengarkan pidato pelantikannya mengangkat Thalout sebagai raja, tercengang dan terkejut dengan mulut ternganga mereka melihat satu kepada yang lain, berpindahan pandangan mereka dari wajah Somu’il ke wajah Thalout yang menandakan keheranan dan ketidak-puasan dengan pengangkatan itu.
Selintas pun tidak  terfikir oleh mereka bahwa seorang seperti Thalout yang papa dan miskin dan tidak di kenal orang ialah yang akan di pilih oleh Somu’il soal pemilihan dan pengangkatan seorang raja bagi mereka.
Berkata mereka kepada Somu’il:
“Bagaimana seorang seperti Thalout ini akan dapat memimpin kami sebagai raja padahal ia seorang yang miskin yang tidak di kenal orang dan pergaulan sehari-harinya hanya terbatas di desanya,selain itu ia bukannya dari keturunan “Lawi” yang menurunkan para Nabi Bani Isroil,juga bukan dari keturunan “Yahuda” yang menurunkan raja-raja Bani Isro’il sejak
dahulu kala,ia pun tidak memiliki pengalaman dan kepandaian yang di perlukan oleh seorang raja untuk mengurus serta mempertahankan keraja’annya.
Mengapa tidak di pilih saja seorang daripada mereka yang berada di kota yang pandai-pandai, berpengalaman dan berkeada’an cukup?”
Berkata Somu’il menanggapi keberatan-2 yang di kemukakan oleh kaumnya:
“Pengurusan keraja’an dan pemimpin perang tidak memerlukan kebangsawanan atau kekaya’an,ia memerlukan kepandaian, kebijaksana’an,kecerdasan berfikir dan cekatan dalam bertindak,sifat-2 itu terdapat dalam diri Thalout di samping ia memiliki tubuh yang kuat , perawakan tegap dan kekar
serta paras muka yang tampan yang memberi kesan baik bagi orang-orang yang menghadapinya, selain itu semuanya, ia adalah pilihan dan di tunjukan Allooh Yang Maha Mengetahui dan Maha Mengenal hamba-hamba-Nya.
“Maka tidak patutlah kami memilih orang lain setelah Allooh menjatuhkan pilihan-Nya.
“Baiklah”, kata mereka
“Jika yang demikian itu pilihan dan kehendak Allooh,maka kami tidak dapat berbuat lain selain meneriam kenyata’an ini.
“Akan tetapi untuk menghilangkan keragu-raguan kami tentang diri Thalout , berilah kepada kami suatu tanda yang dapat menyakinkan kami bahwa Thalout benar-benar pilihan Allooh.”
Somu’il menjawab:
“Sesungguhnya Allooh telah mengetahui watak dan tabi’at kamu yang kaku dan keras kepala.
“Imanmu tidak berada di dalam hati tetapi di kelopak mata.
“Kamu tidak mempercayai sesuatu tanpa bukti yang dapat kamu rasa dengan pancaindera kamu.
“Maka sebagai bukti bahwa Allooh merestui
pengangkatan Thalout menjadi raja kamu, ialah bahwa kamu akan menemukan kembali peti keramatmu “Tabout ” yang telah hilang dan di rampas oleh bangsa Palestin.
“Kamu akan menemukan itu datang kepadamu di bawa oleh Malaikat .
“Pergilah kamu keluar kota sekarang juga untuk menerimanya.
Setelah ternyata bagi mereka kebenaran kata-kata Somu’il dengan di temuinya kembali Tabout yang sudah tujuh bulan berada di tangan orang_orang Palestin itu, maka di terimalah pengangkatan Thalout sebagai raja mereka dengan memberikan bai’at kepadanya dan janji akan ta’at serta mematuhi segala nasehat dan perintahnya.

Raja Thalout;
Tugas pertama yang di lakukan oleh Thalout setelah di nobatkan sebagai raja ialah menyusun kekuatan dengan menghimpunkan para pemuda dan orang_orang yang masih kuat untuk menjadi tentara yang akan mengahdapi bangsa Palestin yang terkenal kuat dan berani.
Ia menyusun bala tentaranya dari orang-orang yang masih kuat , tidak mempunyai tanggungan keluarga, tidak mempunyai ikatan-2 dagang usaha sehingga dapat membulatkan tekadnya untuk berjuang dan memusatkan
fikiran dan tenaga bagi mencapai kemenangan dalam menghalaukan musuh dari negeri mereka dengan semangat yang teguh yang tidak tergoyahkan,sebagai ujian untuk mengetahui sampai sejauh mana rakyat nya atau barisan tentaranya yang di susun itu berdisiplin mengikuti komando dan perintahnya,Thalout berkata mereka:
“Kamu dalam perjalananmu di bawah terik panasnya matahari akan melalui sebuah sungai.
“Maka barang siapa di antara kamu minum dari air sungai itu, ia bukan pengikutku yang setia yang dapat kupercayai kesungguhan hatinya dan kebulatan tekadnya.
“Sebaliknya barang siapa di antara kamu yang hanya menciduk air sungai itu seciduk tangan untuk sekadar membasahi kerongkongannya, maka ia ialah seorang pengikutku dan tentara yang benar-benar dapat ku andalkan keberaniannya dan kedisiplinannya.
Ternyata apa yang di khuatirkan oleh Thalout telah terjadi dan menjadi Kenyata’an,setiba barisan tentara Thalout di sungai yang di maksudkan itu,hanya sebagian kecil sajalah dari mereka yang berdisiplin mengikuti petunjuk Thalout secara tepat ,sedangkan sebagian besar tidak dapat bersabar menahan dahaganya dan minumlah mereka dari air sungai itu sepuas-puas hatinya.
Walaupun telah terjadi pelanggaran disiplin oleh sebagian besar dari anggota tentaranya, Thalout tetap berkeras hati melanjutkan perjalanannya menuju ke medan perang dengan pasukan yang tidak bersatu padu dan berdisiplin sebagaimana ia menduga dan mengharapkannya,ia hanya bersandar dan mengandalkan kekuatan tentaranya kepada sebagian kecil yang sudah ternyata setia dan patuh kepada perintah dan petunjuknya. Sedang terhadap mereka yang sudah melanggar perintahnya dan minum dari air sungai itu,Thalout bersikap sabar, lunak dan bijaksana untuk menghindari keretakan di dalam barisan tentaranya sebelum menghadapi musuh.
Tatkala mereka tiba di medan perang dan berhadapan dengan musuh,
sebagian daripada pasukan Thalout ialah mereka yang telah melanggar disiplin dan minum dari air sungai, merasa kecil hati dan ketakutan melihat pasukan musuh yang terdiri dari orang-orang kuat dan besar-besar dengan peralatan yang lebih lengkap dan jumlah tentara yang lebih besar di bawah pimpinan seorang komandan bernama “Jalout ”.
Jalout , panglima komandan pasukan musuh terkenal seorang panglima yang berani,pandai dan terkenal tidak pernah kalah dalam peperangan,tiap orang yang berani bertarung dengan dia pasti jatuh terbunuh.
Namanya telah menimbulkan rasa takut dan kecil hati pada bagian besar dari pasukan Thalout berkata mereka kepadanya:
“Kami tidak berdaya dan tidak akan sanggup menghadapi dan melawan Jalout berserta tentaranya hari ini,mereka lebih lengkap peralatannya dan lebih besar bilangannya daripada pasukan kami.
Akan tetapi kelompok yang setia yang merupakan golongan yang kecil dalam
pasukan Thalout , tidak merasa takut dan gentar menghadapi Jalout dan bala tentaranya, walaupun mereka lebih besar dan lebih lengkap peralatannya karena mereka keluar ke medan perang mengikuti Thalout dengan tekad yang bulat hendak membebaskan negerinya dari para penyerbu dengan berbekal tawakkal dan Iimaan kepada Allooh.
Sejak mereka melangkahkan kaki keluar dari rumah mereka sudah berniat bulat berjuang bermati-matian melawan musuh yang telah merampas rumah dan tanah mereka dan bersedia mati untuk tugas suci itu.
Berkata mereka kepada kawan-2nya kelompok pengecut itu:
“Majulah terus untuk bertempur melawan musuh.
“Kami tidak akan kalah karena bilangan yang sedikit atau karena kelemahan fizikal.
“Kami akan menggondol kemenangan bila Iimaan di dalam dada kami tidak tergoyahkan dan kepercaya’an kami akan pertolongan Allooh tidak menipis.
“Berapa banyak terjadi sudah, bahwa kelompok yang kecil jumlahnya mengalahkan kelompok yang besar, bila Allooh mengizinkannya dan memberikan pertolongan-Nya.
“Dan Allooh selalu berada di sisi orang-orang yang beriman, sabar dan bertawakkal.
Dengan tidak menghiraukan kasak-kusuk dan bisikan kelompok pengecut yang ingin mundur dan melarikan diri dari kewajiban berperang, Raja Thalout terus maju memimpin pasukannya seraya bertawakkal kepada Allooh memohon pertolongan dan perlindungan-Nya.
Setelah kedua pasukan merapat berhadapan satu dengan yang lain dan pertempuran di mulai, keluarlah dari tengah-2 barisan bangsa Palestin,panglima besarnya yang bernama Jalout berteriak dengan sekuat suaranya
menentang pasukan Thalout mengajak bertarung seorang lawan seorang Berulang-ulang ia berseru dengan suara yang lantang agar pihak Thalout mengeluarkan seorang yang akan melawan dia bertanding dan bertarung namun tidak seorang pun keluar dari tengah pasukan Bani Isro’il menghadapinya.
Kata-kata ejekan dan hina’an di lontarkan oleh Jalout kepada pihak musuhnya, pasukan Bani Isro’il yang sedang di cekam oleh rasa takut dan bimbang menghadapi Jalout yang sudah termasyur sebagai jago yang tidak pernah terkalahkan itu.
Pada sa’at yang kritis dan tegang itu di mana rasa malu rendah diri memenuhi dada dan hati para pemimpin pasukan Bani Isro’il yang sedang memandang satu kepada yang lain, seraya bertanya-tanya dalam hati masing-2 gerangan siapakah di antara mereka yang dapat maju membungkam,mulut si Jalout yang berteriak-teriak itu dan melawannya, datanglah pada sa’at itu menghadap raja Thalout seorang lelaki remaja berparas tampan, bertubuh kekar dan tegak,sinar matanya memancarkan keberanian dan kecerdasan,ia meminta izdin dari sang raja untuk keluar menyambut tantangan Jalout dan menandinginya.
Thalout merasa kagum akan keberanian pemuda yang telah menawarkan dirinya untuk bertarung dengan Jalout , sementara orang-orang dari pasukannya sendiri yang sudah berpengalaman berperang tidak ada yang
tergerak hatinya untuk menyahut cabaran Jalout yang berteriak-teriak melontarkan ejekan dan hina’an.
Thalout dengan cermat memperhatikan perawakan sang pemuda itu merasa berat dan ragu-ragu untuk memberi izdin kepadanya turun ke gelanggang melawan Jalout ,ia tidak membayangkan seorang dalam usia semuda itu, yang belum pernah turun ke medan perang dan tidak berpengalaman bertarung akan selamat dan keluar hidup dari pertarungan melawan Jalout ,ia benar-benar bukan tandingannya, kata hati Thalout , bahkan merupakan suatu dosa bila ia melepaskan pemuda itu bertarung dengan Jalout .
Sayang bagi usianya yang masih muda itu bila ia akan menjadi korban dan makanan pedang Jalout yang tidak pernah memberi ampun kepada lawan-lawannya.
Sang pemuda dengan memperhatikan roman muka Thalout dapat menangkap isi hatinya bahwa ia ragu-ragu dan bimbang untuk melepaskannya bertarung dengan Jalout maka berkatalah ia kepadanya:
“Janganlah engkau terpengaruh oleh usia mudaku dan ke ada’an fizikalku yang menjadikan engkau ragu-ragu dan khuatir melepaskan aku melawan Jalout karena yang menentukan dalam pertarungan bukanlah hanya kekuatan fizikal dan kebesaran badan akan tetapi yang lebih penting dari itu ialah keteguhan hati dan ke uletan bertempur serta Iimaan dan kepercaya’an kepada Allooh yang menentukan hidup matinya seseorang hamba-Nya.
Beberapa hari yang lalu aku telah berhasil menangkap se’ekor singa dan membunuhnya tatkala ia hendak menyergap dombaku dan sebelum itu terjadi pula aku menghadang se’ekor beruang yang ganas dan berhasil membunuhnya setelah bergulat mati-matian.
“Maka bukanlah usia atau kekuatan badan yang merupakan faktor yang menentukan dalam pertempuran tetapi keberanian dan keteguhan hati serta kelincahan dan kecepatan bergerak dengan di sertai perhitungan yang tepat , itulah merupakan senjata yang lebih ampuh dalam setiap pertarungan.
Mendengar kata-kata yang penuh semangat yang keluar dari hati yang ikhlash dan jujur sadarlah Thalout bahwa pemuda itu berkemauan keras ingin melawan Jalout ,ia percaya kepada dirinya sendiri bahwa ia dapat
mengalahkannya maka di berinyalah izdin dan restu oleh Thalout untuk melaksanakan kehendaknya dengan di iringi do’a semoga Allooh melindunginya dan mengurniainya dengan kemenangan yang di harap-harapkan oleh seluruh anggota pasukan.
Kemudian ia di berinya pedang, topi baja dan zirah baju besi namun ia enggan mengenakan pakaian yang berat itu dan pedang pun ia menolak untuk membawanya dengan alasan ia belum biasa menggunakan senjata itu, Ia hanya membawa sebuah tongkat beberapa batu kerikil dan sebuah bandul untuk melemparkan batu-batu itu.
Berkatalah Thalout kepadanya:
“Bagaimana engkau dapat bertarung dengan hanya bersenjatakan tongkat , bandul dan batu-batu melawan Jalout yang bersenjatakan pedang, panah dan berpakaian lengkap?
Pemuda itu menjawab:
“Tuhan yang telah melindungiku dan taring singa dan kuku beruang akan melindungiku pula dari pedang dan panah Jalout yang durhaka itu.
Lalu dengan berbekalkan senjata yang sangat sederhana itu, keluarlah ia dari tengah-2 barisan Bani Isro’il menuju gelanggang di mana Jalout sedang menari-nari mengelu-elukan pedangnya seraya berteriak-teriak mengejek dan menyombangkan diri.
Tatkala Jalout melihat bahwa yang masuk gelanggang hendak bertanding dengan dia adalah seorang pemuda remaja tidak bersenjatakan pedang atau panah dan tidak pula mengenakan topi baja dan zirah, di hinalah ia dan di ejek dengan kata-kata:
“Untuk apakah tongkat yang engkau bawa itu.
”Untuk mengejar anjingkah atau untuk memukul anak-anak yang sebaya dengan engkau?
“Di mana pedangmu dan zirahmu?
“Rupa-rupanya engkau sudah bosan hidup dan ingin mati padahal engkau masih muda yang belum merasakan suka-dukanya kehidupan dan yang masih harus banyak belajar dari pengalaman.
“Majulah engkau ke sini akan aku habiskan nyawamu dalam sekelip mata dan akan ku jadikan dagingmu makanan yang lezat bagi binatang-2 di darat dan burung-2 di udara.
Sang pemuda menjawab:
“Engkau boleh bangga dengan zirah dan topi bajamu, boleh merasa kuat dan ampuh dengan pedang dan panahmu yang tidak akan sanggup menyelamatkan nyawamu dan tanganku yang masih halus dan bersih ini.
“Aku datang ke sini dengan nama Allooh Tuhan Bani Isro’il yang telah lama engkau hina, engkau jajah dan engkau tundukkan.
“Engkau sebentar lagi akan mengetahui pedang dan panahkah yang akan mengakhiri hayatku atau kehendak Allooh dan kekuasa’an-Nya yang akan meranggut nyawamu dan mengirimkan engkau ke neraka Jahannam?
Melihat Jalout melangkah maju, maka sebelum ia sempat mendekatinya, sang pemuda segera mengeluarkan batu dari sakunya, melemparkannya dengan bandul tepat ke arah kepala Jalout yang seketika itu juga mengalirkan darah dengan derasnya hingga menutupi kedua matanya, lalu di ikuti dengan
lemparan batu kedua dan ketiga oleh sang pemuda hingga terjatuhlah Jalout bertiarap di atas lantai menghembuskan nafas terakhirnya.
Bergemuruhlah suara teriakan gembira dan sorak-sorai dari pihak pasukan Bani Isro’il menyambut kemenangan pemuda gagah perkasa itu atas Jalout jago dan kebangga’an bangsa Palestin dan dengan matinya Jalout hilanglah semangat tempur pasukan Palestin dan mundurlah mereka melarikan diri tunggang-langgang seraya di kejar dan di ajar tanpa ampun oleh pasukan Thalout yang telah memperoleh kembali semangat juangnya dan harga diri serta kebangga’an nasionalnya.
Isi cerita di atas di kisahkan oleh Al-Qur’an dalam surah “Al-Baqoroh” ayat 246 sehingga 251 yang bermaksud :
~“246~ Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Isro’il sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka:
“Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami dapat berperang {di bawah pimpinannya} di jalan Allooh.
Nabi mereka berkata:
“Mungkin sekali jika kamu nanti di wajibkan berperang, kamu tidak akan berperang`.
Mereka menjawab :
“Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allooh, padahal sesungguhnya kami telah di usir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami?” Maka tatkala perang itu di wajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka.
Dan Allooh Maha Mengetahui akan orang-orang yang zdolim.
247~ Nabi mereka mengatakan kepada mereka:
“Sesungguhnya Allooh mengangkat Thalout menjadi rajamu.
Mereka menjawab:
“Bagaimana Thalout memerintah kami padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak di beri kekaya’an yang cukup banyak?
Nabi mereka berkata:
“Sesungguhnya Allooh telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.
”Allooh memberi pemerintahan kepada siapa yang di kehendaki-Nya.
“Dan Allooh Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.
248~ Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka:
“Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja ialah kembalinya tabout kepadamu di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun tabout itu di bawa oleh Malaikat .
“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu jika kamu orang yang beriman.
249~ Maka tatkala Thalout ke luar membawa tentaranya ia berkata:
“Sesungguhnya Allooh akan menguji kamu dengan satu sungai.
“Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku.
“Dan barang siapa tidak merasakan airnya kecuali orang yang hanya menciduk seciduk tangan, maka ia adalah pengikutku.
Kemudian mereka meminumnnya terkecuali beberapa orang di antara mereka.
Maka tatkala Thalout dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata:
“Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalout dan tentaranya.
Orang-orang yang menyakini bahwa mereka akan menemui jalan Allooh berkata:
“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allooh dan Allooh berserta orang-orang yang sabar.
250~ Tatkala Jalout dan tentaranya telah nampak oleh mereka, mereka pun berdo’a:
“Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami dan kukuhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.
251~ Mereka {tentara Thalout } mengalahkan tentara Jalout dengan izdin Allooh dan {dalam peperangan itu} Daud membunuh Jalout , kemudian Allooh memberikan kepadanya {Daud} pemerintahan dan hikmah {sesudah
meninggalkan Thalout } serta Allooh mengajarkan kepadanya apa yang di kehendaki-Nya.
 { Al-Baqoroh : 246 ~ 251 }

Catatan tambahan;
Nabi Musa wafat pada usia 150 tahun di atas sebuah bukit bernama “Nabu”, di mana ia di perintahkan oleh Allooh untuk melihat tanah suci yang di janjikan {Palestin} namun tidak sampai memasukinya.

Walloohu Alam.

     _______/|\______
  ¨¨¨¨¨¨¨˜°°˜¨¨¨¨¨¨
    SALAAM SILIWANGI