Senin, 19 Agustus 2019

Jamus Kalimasada


Jamus Kalimasada:

Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian
Serat Jamus Kalimasada adalah nama sebuah pusaka dalam dunia pewayangan yang di miliki oleh Prabu Puntadewa (alias Yudistira), pemimpin para Pandawa
Pusaka ini berwujud kitab, dan merupakan benda yang sangat di keramatkan dalam Keraja'an Amarta.

Asal-Usul Kata:

Sebagian pendapat mengatakan bahwa istilah Kalimasada berasal dari kata Kalimat Syahadat, yaitu sebuah kalimat utama dalam agama IslaamKalimat tersebut berisi pengakuan tentang adanya Tuhan yang tunggal, serta Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya.
Menurut pendapat tersebut, istilah Kalimasada di ciptakan oleh Sunan Kalijaga, salah seorang penyebar agama Islaam di Pulau Jawa pada abad ke-16.
Konon, Sunan Kalijaga menggunakan 
wayang kulit sebagai media da'wah, antara lain ia memasukkan istilah Kalimat Syahadat ke dalam dunia pewayangan.
Namun pendapat lain mengatakan bahwa sebelum datangnya agama Islaam, istilah Kalimasada sudah di kenal dalam kesusastra'an Jawa.
Pendapat ini antara lain di kemukakan oleh Dr. Kuntara Wiryamartana, SJ.
Istilah Kalimasada bukan berasal dari kata 
Kalimat Syahadat, melainkan berasal dari kata Kalimahosaddha.
Istilah Kalimahosaddha di temukan dalam naskah Kakawin Bharatayuddha yang di tulis pada tahun 1157 atau abad ke-12,pada masa pemerintahan Maharaja Jayabhaya di  Keraja'an Kadiri.
Istilah tersebut jika di pilah menjadi Kali-Maha-Usaddha, yang bermakna "Obat Mujarab Dewi Kali".
Kakawin Bharatayuddha mengisahkan perang besar antara keluarga Pandawa melawan Korawa.
Pada hari ke-18 panglima pihak Korawa yang bernama Salya bertempur melawan Yudistira.
Yudistira melemparkan kitab pusakanya yang bernama Pustaka Kalimahosaddha ke arah Salya.
Kitab tersebut berubah menjadi tombak yang menembus dada Salya.
Dari uraian tersebut dapat di simpulkan bahwa istilah Kalimahosaddha sudah di kenal masyarakat Jawa sejak beberapa abad sebelum munculnya Sunan Kalijaga.
Mungkin yang terjadi adalah Sunan Kalijaga memadukan istilah Kalimahosaddha dengan Kalimat Syahadat menjadi Kalimasada sebagai sarana untuk berda'wah.
Tokoh ini memang terkenal sebagai Ulama' sekaligus budayawan di Tanah Jawa.
Kisah dalam Pewayangan Salah satu kisah pewayangan Jawa menceritakan tentang asal usul terciptanya pusaka Jamus Kalimasada. Pada mulanya terdapat seorang raja bernama Prabu Kalimantara dari Keraja'an Nusahantara yang menyerang kahyangan bersama para pembantunya, yaitu Sarotama dan Ardadedali.
Dengan mengendarai Garuda Banatara, Kalimantara mengobrak-abrik tempat tinggal para
 dewa.
Batara Guru raja kahyangan meminta bantuan Bambang Sakutrem dari pertapa'an Sapta Arga untuk menumpas Kalimantara.
Dengan menggunakan kesaktiannya, Sakutrem berhasil membunuh semua musuh para dewa tersebut.
Jasad mereka berubah menjadi Pusaka.
Kalimantara berubah menjadi kitab bernama Jamus Kalimasada
Sarotama
dan Ardadedali masing-masing menjadi PanahSedangkan Garuda Banatara menjadi Payung bernama Tunggulnaga.
Sakutrem kemudian memungut ke empat pusaka tersebut dan mewariskannya secara turun-temurun, sampai kepada cicitnya yang bernama Resi Wiyasa atau Abiyasa.
Ketika kelima cucu Abiyasa, yaitu para Pandawa membangun keraja'an baru bernama Amarta, pusaka-pusaka tersebut pun di wariskan kepada mereka sebagai pusaka yang di keramatkan dalam istana.
Di antara pusaka-pusaka Keraja'an Amarta, Jamus Kalimasada menempati peringkat utama.
Kisah-kisah pedalangan banyak yang bercerita tentang upaya musuh-musuh Pandawa untuk mencuri Kalimasada.
Meskipun demikian pusaka keramat tersebut senantiasa kembali dapat di rebut oleh Yudistira dan ke empat adiknya.

Walloohu A'lam.

___/|\___
¨¨¨˜°♥°˜¨¨¨