Senin, 19 Agustus 2019

Makna Syahadat


Makna Syahadat:





أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

Kalimat syahadatain adalah kalimat yang tidak asing lagi bagi umat Islaam
Kita senantiasa menyebutnya setiap hari, misalnya ketika sholat dan azdan. 
Kalimat syahadatain sering di ucapkan oleh Umat Islaam dalam berbagai ke ada'an. 
Kita menghafal kalimat syahadah dan dapat menyebutnya dengan fasih. 
Namun, demikian sejauh manakah makna kalimat ini di pahami dan di amalkan dalam kehidupan sehari-hari kaum Islaam?

Pertanya'an tersebut perlu di jawab dengan realitas yang ada,tingkah laku Umat Islaam yang terpengaruh dengan budaya jahiliyah atau cara hidup Barat, memberi gambaran bahwa syahadah tidak cukup memberi pengaruh. 
Terbukti tidak sedikit dari Umat Islaam yang masih melakukan perkara-perkara yang di larang Allooh dan meninggalkan perintah-Nya, memberi kesetia'an bukan kepada Kaum Muslimin, atau tidak mensyukuri sesuatu yang di berikan kepada mereka. 
Itu adalah contoh dari wujud seseorang yang tidak memahami syahadah yang di bacanya dan tidak mengerti makna yang sebenarnya dari syahadah.

Kalimat syahadah merupakan asas utama dan landasan penting bagi rukun Islaam
Tanpa syahadah, Rukun Islaam lainnya akan runtuh. 
Begitu juga dengan Rukun Iimaan
Tegaknya syahadah dalam kehidupan individu akan menegakkan ibadah dan dien dalam hidup kita, dengan syahadatain terwujudlah sikap Ruhani yang akan memberikan motivasi kepada tingkah laku jasmaniah dan akal pikiran, serta memotivasi kita untuk melaksanakan Rukun Islaam lainnya.

Tegaknya Islam mesti di dahului oleh tegaknya Rukun Islaam; dan tegaknya Rukun Islaam mesti di dahului oleh tegaknya syahadah. 
Rosulullooh SAW. mengisyaratkan bahwa Islaam itu bagaikan sebuah bangunan, untuk berdirinya bangunan Islaam itu harus di topang oleh 5 (lima) tiang pokok, yaitu syahadatain, Sholat, Shaum, Zakat, dan Haji ke Baitulllooh.

Di zaman Nabi saw., kalangan masyarakat Arab memahami betul makna syahadatain ini.
Terbukti dalam suatu peristiwa di mana Nabi SAW. mengumpulkan para pemimpin Quraisy dari kalangan Bani Hasyim, Nabi SAW. bersabda:
“Wahai saudara-saudara, maukah kalian aku beri satu kalimat, di mana dengan kalimat itu kalian akan dapat menguasai seluruh jazirah Arab?
Kemudian Abu Jahal menjawab:
“Jangankan satu kalimat, sepuluh kalimat berikan kepadaku.
Kemudian Nabi SAW. bersabda:
“Ucapkanlah: "Laa Ilaha Illa Allooh dan Muhammad Rosulullooh.
Abu Jahal pun menjawab:
“Kalau itu yang engkau minta, berarti engkau mengumandangkan peperangan dengan semua orang Arab dan bukan Arab.

Penolakan Abu Jahal kepada kalimat ini bukan karena dia tidak paham akan makna dari kalimat itu, justru sebaliknya. Dia tidak mau menerima sikap yang mesti tunduk, ta'at, dan patuh kepada Allooh SWT. saja Dia sadar betul jika ia bersikap seperti itu, maka semua orang akan tidak tunduk lagi kepadanya. 
Abu Jahal ingin mendapatkan loyalitas dari kaum dan bangsanya, penerima'an syahadah bermakna menerima semua aturan dan segala akibatnya, penerima'an inilah yang sulit bagi kaum jahiliyah untuk mengaplikasikan syahadah.

Sebenarnya, apabila mereka memahami bahwa loyalitas kepada Allooh itu juga akan menambah kekuatan bagi diri mereka, mereka yang beriman semakin di hormati dan semakin di hargai, mereka yang memiliki kemampuan dan ilmu akan mendapatkan kedudukan yang sama apabila ia sebagai muslim (Abu Jahal adalah tokoh di kalangan Arab jahiliyah dan ia memiliki banyak potensi, di antaranya ia sebagai Abu Amr (ahli hukum). 
Setiap individu yang bersyahadah, maka ia menjadi kholifatullooh fil Ardhi.

Kalimat syahadah mesti di pahami dengan benar karena di dalamnya terdapat makna yang sangat tinggi, dengan syahadah kehidupan kita akan di jamin bahagia di dunia ataupun di akhirat. 
Syahadah sebagai kunci kehidupan dan tiang dien (Agama Islaam),oleh karena itu, marilah kita bersama memahami syahadatain ini.

Syahadat adalah Pintu Masuk ke dalam Islaam:

Sahnya Iimaan seseorang adalah dengan menyebutkan syahadatain. 
Kesempurna'an Iimaan seseorang bergantung kepada pemahaman dan pengamalan syahadatain. 
Syahadatain membedakan manusia kepada muslim dan kafir, pada dasarnya setiap manusia telah bersyahadah Rububiyah di alam arwah, tetapi ini saja belum cukup, untuk menjadi muslim, mereka harus berSyahadah Uluhiyah dan Syahadah Risalah di dunia.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ حِينَ بَعَثَهُ إِلَى الْيَمَنِ إِنَّكَ سَتَأْتِي قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ فَإِذَا جِئْتَهُمْ فَادْعُهُمْ إِلَى أَنْ يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَلِكَ فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ

Rosulullooh bersabda kepada Muadz bin Jabal saat mengutusnya ke penduduk Yaman,
“Kamu akan datang kepada kaum ahli kitab, jika kamu telah sampai kepada mereka, ajaklah mereka agar bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allooh dan Muhammad utusan Allooh. 
Jika mereka menta'atimu dalam hal itu, beritakan kepada mereka bahwa Allooh telah mewajibkan kepada mereka lima sholat setiap siang dan malam
Jika mereka menta'atimu dalam hal itu beritakan kepada mereka bahwa Allooh telah mewajibkan sedekah (zakat) yang di ambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan di kembalikan kepada orang-orang miskin. 
Jika mereka menta'atimu dalam hal itu, hati-hatilah kamu terhadap kemulia'an harta mereka dan waspadalah terhadap do'anya orang yang di zdolimi, sebab antaranya dan Allooh tidak ada dinding pembatas.
(HR. Bukhori dan Muslim).

Berikut ini pernyata'an Rosulullooh SAW. tentang misi Laa iIaha Illallooh dan kewajiban manusia untuk menerimanya.

Dari Abdullah bin Umar bahwa Rosulullooh SAW. bersabda:

أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوا عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّهَا وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ

“Aku di perintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allooh dan Muhammad utusan Allooh, mendirikan sholat, dan menunaikan zakat.
Jika mereka telah melakukan hal itu, terperiharalah darah dan harta benda mereka kecuali dengan haknya, sedangkan hisab mereka kepada Allooh
(HR. Bukhori dan Muslim).

Pentingnya mengerti, memahami, dan melaksanakan syahadatain. 
Manusia berdosa akibat melalaikan pemahaman dan pelaksana'an syahadatain.

“Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allooh dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang Mu'min Laki-laki dan Perempuan
Dan Allooh mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.
[QS. Muhammad (47): 19].

Kalimat “dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang Mu'min Laki-laki dan perempuan” menunjukan bahwa ketidak konsistenan sikap seseorang dengan pernyata'an Tauhidnya (Laa Ilaaha Illallooh) adalah perbuatan dosa,karena pernyata'an tersebut pada hakikatnya adalah pernyata'an ikrar kecinta'an, keta'atan, dan rasa takut hanya kepada Allah semata. Maka, bila seseorang muslim tidak menunaikan shalat, tidak menutup aurat, dan atau terlibat dalam pergaulan bebas antar lawan jenis, hal itu merupakan sikap tidak konsisten dengan pernyata'an Laa Ilaaha Illallooh, karena dengan sikap seperti itu, cinta, ta'at, dan rasa takutnya tidak di arahkan kepada Allooh, tetapi kepada hawa nafsunya sendiri.

Manusia menjadi kafir karena menyombongkan diri terhadap Laa Ilaha Illallooh dan tidak mau mengesakan Allooh.

“Sesungguhnya mereka dahulu apabila di katakan kepada mereka: 
Laa Ilaaha Illallooh” (tiada Tuhan yang berhak di sembah melainkan Allooh), mereka menyombongkan diri.
[QS. As-Shoffat (37): 35].

Yang di maksud menyombongkan diri ketika di perdengarkan kalimat ”Laa Ilaaha Illallooh” tidak semata-mata karena tidak mau mengucapkan atau mendengarkannya, tetapi yang yang di maksud adalah substansinya, yaitu hanya ta'at, takut dan cinta kepada Allooh.
Karena itu kesombongan diri dalam ayat ini maksudnya adalah sikap tidak mau ta'at dan tunduk kepada perintah Allooh, seperti tidak mau mengerjakan sholat, tidak menutup aurat, tidak menjauhi pergaulan bebas, berkholwat dengan yang bukan mahramnya, dan sebagainya.

Yang dapat bersyahadat dalam arti sebenarnya adalah hanya Allooh, para Malaikat, dan orang-orang yang berilmu, yaitu para Nabi dan orang yang beriman kepada mereka.

Allooh menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak di sembah), yang menegakkan keadilan; para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu): tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhaq di sembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” 
[QS. Ali Imron (3): 18].

Manusia bersyahadah di alam arwah sehingga fitrah manusia mengakui ke esa'an Allooh.
Ini perlu di sempurnakan dengan syahadatain sesuai ajaran Islaam.

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allooh mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) :
Bukankah Aku ini Tuhanmu?
Mereka menjawab:
“Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
“Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (ke Esa'an Tuhan).
 [QS. Al-A’rof (7): 172].

Syahadat adalah Ringkasan Ajaran Islaam:

Pemahaman muslim terhadap Islaam bergantung kepada pemahamannya terhadap syahadatain., sebab, seluruh ajaran Islam terdapat dalam dua kalimat yang sederhana ini.

Ada 3 hal prinsip syahadatain :

A. Pernyata'an Laa Ilaha Illallooh merupakan penerima'an penghamba'an atau ibadah kepada Allooh saja, melaksanakan minhajillah (way of life yang di tetapkan Allooh) merupakan ibadah kepada-Nya.

B. Menyebut Muhammad Rosulullooh merupakan dasar penerimaan cara penghamba'an itu dari Muhammad SAW. Dan Rosulullooh adalah tauladan dalam mengikuti Manhaj Allooh.

C. Penghamba'an kepada Allooh meliputi seluruh aspek kehidupan, ia mengatur hubungan manusia dengan Allooh, dengan dirinya sendiri, dan dengan masyarakatnya.

Makna Laa Ilaha Illa Allooh adalah penghamba'an kepada Allooh .[QS. Al-Anbiya' (21): 25], dan Rosul di utus dengan membawa ajaran Tauhid.

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa.
[QS. Al-Baqoroh (2): 21].

Manusia di ciptakan untuk menghambakan dirinya kepada Allooh semata.

“Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
 [QS. Az-Dzariyat (51): 56].

Dan kami tidak mengutus seorang Rosul pun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya:
“Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.
 [QS. Al-Anbiya’ (21): 25].

Muhammad SAW. adalah tauladan dalam setiap aspek kehidupan [QS. Ali Imron (3): 31], dan aktifitas hidup orang yang beriman kepada Allooh, hendaknya mengikuti ajaran Muhammad SAW.

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosulullooh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (Rahmat) Allooh dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allooh.
[QS. Al-Ahzab (33): 21].

Meneladani Rosulullooh menjadi parameter ke Iimanan dan kecintaan seseorang kepada Allah. Bukti cinta kepada Allooh adalah dengan mengikuti ajaran Rosululloh SAW.

Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allooh, ikutilah aku, niscaya Allooh mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allooh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. Ali Imron (3): 31].

Seluruh aktivitas hidup manusia secara individu, masyarakat dan negara mesti di tujukan kepada mengabdi Allooh SWT. saja.

“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allooh, Tuhan semesta alam.
 (Al-An’am: 162).

Islaam adalah satu-satunya syariat yang di Ridhoi Allooh dan tidak dapat di campur dengan syariat lainnya.

“Sesungguhnya agama (yang di Ridhoi) di sisi Allooh hanyalah Islaam
Tiada berselisih orang-orang yang telah di beri Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. 
Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allooh, maka sesungguhnya Allooh sangat cepat hisab-Nya.
[QS. Ali Imron (3): 19].

“Barang siapa mencari agama selain agama Islaam, maka sekali-kali tidaklah akan di terima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.
[QS. Ali Imron (3): 85].

“Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syari'at (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syari'at itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.
[QS. Al-Jatsiyah (45): 18].

“Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalannya, yang demikian itu di perintahkan Allooh agar kamu bertaqwa.
[QS. Al-An’am (6): 153].

Syahadat adalah Dasar Sebuah Perubahan:

Syahadatain mampu mengubah manusia dalam aspek keyakinan, pemikiran, maupun jalan hidupnya, perubahan itu juga meliputi berbagai aspek kehidupan manusia secara individu atau masyarakat.

Ada perbeda'an penerima'an syahadatain pada generasi pertama Umat Muhammad dengan generasi sekarang,perbeda'an tersebut di sebabkan perbeda'an derajat kepahaman terhadap makna syahadatain secara bahasa dan pengertian, dan sikap konsisten terhadap syahadah tersebut dalam pelaksana'an ketika menerima maupun menolak.

Umat terdahulu langsung berubah ketika menerima syahadatain,sehingga mereka yang tadinya bodoh menjadi pandai
Yang kufur menjadi beriman
Yang bergelimang dalam maksiat menjadi taqwa dan abid
Yang sesat mendapat hidayah. 
Masyarakat yang tadinya bermusuhan menjadi bersaudara di jalan Allooh.

Syahadatain dapat merubah masyarakat dahulu, maka syahadatain pun dapat mengubah Umat sekarang menjadi baik.

Penggambaran Allooh tentang perubahan yang terjadi pada para sahabat Nabi, yang dahulunya berada dalam kegelapan jahiliyah kemudian berada dalam cahaya Islaam yang gemilang.

“Dan apakah orang yang sudah mati (maksudnya ialah orang yang telah mati hatinya yakni orang-orang kafir) kemudian dia kami hidupkan dan kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang ke ada'annya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? 
Demikianlah kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.
[QS. Al-An’am (6): 122].

Perubahan individu contohnya terjadi pada Mush’ab bin Umair yang sebelum mengikuti da'wah Rosul merupakan pemuda yang paling terkenal dengan kehidupan yang glamour di kota Mekkah,tetapi setelah menerima Islaam, ia menjadi pemuda sederhana yang da'i, duta Rosul untuk kota Madinah, kemudian menjadi syuhada' Uhud,sa'at syahidnya, Rosulullooh membacakan ayat ini.

“Di antara orang-orang Mu'min itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allooh; maka di antara mereka ada yang gugur dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak mengubah (janjinya).
[QS. Al-Ahzab (33): 23].

Reaksi masyarakat Quraisy terhadap kalimat Tauhid [QS. Al-Buruuj (85): 6-10], reaksi musuh terhadap ke Iimanan kaum Mu'minin kepada Allooh [QS. Al-Kahfi (18): 2], musuh memerangi mereka yang konsisten dengan pernyata'an Tauhid [QS. Al-Anfal (8): 20].

Sesungguhnya mereka dahulu apabila di katakan kepada mereka: Laa Ilaaha Illallooh (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allooh), mereka menyombongkan diri. 
Dan mereka berkataL
“Apakah kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?
"Sebenarnya dia (Muhammad) telah datang membawa kebenaran dan membenarkan Rosul-Rosul (sebelumnya). [QS. As-Shoffat (37): 35-37].

“Ketika mereka duduk di sekitarnya sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. 
"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang Mu'min itu melainkan karena orang-orang Mu'min itu beriman kepada Allooh Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allooh Maha Menyaksikan segala sesuatu. 
"Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan coba'an kepada orang-orang yang Mu'min laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak berthaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar.
[QS. Al-Buruj (85): 6-10].

“Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksa'an yang sangat pedih dari sisi Allooh dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal sholih, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik.
 [QS. Al-Kahfi (18): 2].

“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu, mereka memikirkan tipu daya dan Allooh menggagalkan tipu daya itu, dan Allooh sebaik-baik pembalas tipu daya.
[QS. Al-Anfal (8): 30].

Syahadat adalah Hakikat Da'wah Para Rosul:

Setiap Rosul, semenjak Nabi Adam AS. hingga Nabi Muhammad SAW., membawa misi da'wah yang satu, yaitu syahadah. 
Apa yang di wahyukan kepada Rosulullooh sama dengan apa yang di wahyukan kepada Nabi-Nabi sebelumnya. 
Allooh berfirman:

“Sesungguhnya kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan Nabi-Nabi yang kemudiannya, dan kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrohim, Isma’il, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman dan kami berikan Zabur kepada Daud.” 
[QS. An-Nisa’(4): 163].

Mereka semua mengajak manusia untuk mentauhidkan Allooh semata dan hanya menyembah kepada-Nya, seperti yang di serukan Nuh AS. kepada kaumnya.

Sesungguhnya kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkataL
“Wahai kaumku, sembahlah Allooh
"Sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya
"Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allooh)
"Aku takut kamu akan di timpa azab hari yang besar (kiamat).
[QS. Al-A’raf (7): 59].

Nabi Ibrohim berda'wah kepada masyarakat untuk membawa mereka menuju kepada pengabdian Allooh saja serta membebasakan diri dari kesyirikan.

Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrohim dan orang-orang yang bersama dengannya; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:
“Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allooh, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allooh saja. 
Kecuali perkata'an Ibrohim kepada bapaknya:
“Sesungguhnya Aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan Aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksa'an) Allooh”. 
Ibrohim berkata:
“Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami berthaubat, dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.
[QS. Al-Mumtahanah (60): 4].

(Catatan: Nabi Ibrohim pernah memintakan ampunan bagi bapaknya yang musyrik kepada Allooh
Ini tidak boleh di tiru, karena Allooh tidak membenarkan orang Mu'min memintakan ampunan untuk orang-orang kafir. 
Lihat surat An-Nisa ayat 48).

Para Nabi membawa da'wah bahwa Ilah yang satu yaitu Allooh saja.

Katakanlah:
“Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang di wahyukan kepadaku bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa.
Barang siapa mengharap perjumpa'an dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang sholih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.
[QS. Al-Kahfi (18): 110].

Syahadat adalah Kalimat dengan Ganjaran Yang Besar:

Banyak ganjaran yang di berikan oleh Allooh dan di janjikan oleh Nabi Muhammad SAW
Di antaranya seseorang akan di masukkan ke dalam surga dan di keluarkan dari neraka seperti sabda Rosulullooh SAW.

عَنْ عُبَادَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ عَلَى مَا كَانَ مِنْ الْعَمَلِ

Ubadah bin Shamit meriwayatkan dari Nabi SAW., beliau bersabda:
“Barang siapa mengatakan tiada Ilah selain Allooh, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah Utusan-Nya dan Rosul-Nya, bahwa Isa adalah Hamba dan Utusan-Nya, kalimat-Nya yang di campakkan kepada Maryam dan Ruh dari-Nya, dan bahwa surga adalah haq serta neraka itu haq. 
Allooh akan memasukkannya ke surga, apapun amal perbuatannya.
(Bukhori).

عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَخْرُجُ مِنْ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَفِي قَلْبِهِ وَزْنُ شَعِيرَةٍ مِنْ خَيْرٍ وَيَخْرُجُ مِنْ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَفِي قَلْبِهِ وَزْنُ بُرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ وَيَخْرُجُ مِنْ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَفِي قَلْبِهِ وَزْنُ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ

Dari Anas, Nabi SAW. bersabda:
“Keluar dari neraka orang yang mengucapkan Laa Ilaha Illallooh dan di Hatinya ada seberat rambut kebaikan. 
Keluar dari neraka orang yang mengucapkan Laa Ilaha Illallooh sedang di hatinya ada seberat gandum kebaikan. Dan keluar dari neraka orang yang mengatakan la ilaha illallah sedang di Hatinya ada seberat zarrah kebaikan.
(Bukhori).

Orang yang mengikrorkan syahadat akan mendapatkan syafa'at Rosulullooh di hari Kiamat. Seperti sabda beliau:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لَا يَسْأَلُنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ

Abu Hurairoh berkata, Rosulullooh SAW. di tanya:
“Siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafa'atmu di hari Kiamat?
Rosulullooh SAW. bersabda:
“Aku telah mengira, ya Abu Hurairoh, bahwa tidak ada seorang pun yang tanya tentang hadits ini yang lebih dahulu dari pada kamu, karena aku melihatmu sangat antusias terhadap hadits. 
"Orang yang paling bahagia dengan syafa'atku di hari Kiamat adalah yang mengatakan Laa Ilaha Illallooh secara Ikhlash dari Hatinya atau Jiwanya.
(Bukhori).

Walloohu A'lam
___/|\___

¨¨¨˜°♥°˜¨¨¨