Kedudukan Dua Kalimat Syahadat Dalam Islaam
KEDUDUKAN DUA KALIMAT SYAHADAT DALAM SYARI’AT ISLAAM:
(أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ)
(أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ)
Syahadatain (dua kalimat syahadat) adalah kesaksian bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhaq di ibadahi dengan benar kecuali Allooh Azza wa Jalla , dan bahwasanya Muhammad Shollolloohu ‘alaihi wa sallaam adalah hamba serta Rosul-Nya.Ke dua kesaksian ini merupakan keyakinan mantap yang diekspresikan dengan lisan,dengan kemantapannya itu, seakan-akan orang yang mengikrarkannya dapat menyaksikan keberada'an Allooh Azza wa Jalla .
Syahadah (kesaksian) merupakan satu rukun padahal yang di persaksikan itu ada dua hal.
Hal itu, karena Rosûlullooh Shollolloohu ‘alaihi wa sallam adalah penyampai risalah dari Allooh Azza wa Jalla .
Jadi, kesaksian bahwasanya Muhammad Shollolloohu ‘alaihi wa sallaam adalah hamba dan Rosul (utusan) Allooh Azza wa Jalla merupakan kesempurna'an kesaksian لَا إِلٰـهَ إِلَّا اللهُ.
Hal itu, karena Rosûlullooh Shollolloohu ‘alaihi wa sallam adalah penyampai risalah dari Allooh Azza wa Jalla .
Jadi, kesaksian bahwasanya Muhammad Shollolloohu ‘alaihi wa sallaam adalah hamba dan Rosul (utusan) Allooh Azza wa Jalla merupakan kesempurna'an kesaksian لَا إِلٰـهَ إِلَّا اللهُ.
KEDUDUKAN DUA KALIMAT SYAHADAT DALAM SYARI’AT ISLAAM:
Syahadatain (dua kesaksian) merupakan prinsip dasar yang menjadikan penentu keabsahan dan diterima atau tidaknya amalan para hamba, suatu amalan akan sah dan diterima apabila di lakukan dengan ke ikhlashan hanya karena Allooh Azza wa Jalla dan mutâba’ah (mengikuti) Sunnah Rosûlullooh Shollolloohu ‘alaihi wa sallaam .
Ikhlash karena Allooh Azza wa Jalla merupakan realisasi dari syahadat (persaksian) LÂ ILÂHA ILLALLOOH, tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak di ibadahi dengan benar kecuali Allooh Azza wa Jalla , sedangkan mutâba’ah atau mengikuti Sunnah dari Rosûlullooh Shollolloohu ‘alaihi wa sallam merupakan realisasi dari syahadat (kesaksian) bahwa Nabi Muhammad Shollolloohu ‘alaihi wa sallaam adalah hamba dan Rosul-Nya.
Syahadatain (dua kesaksian) merupakan prinsip dasar yang menjadikan penentu keabsahan dan diterima atau tidaknya amalan para hamba, suatu amalan akan sah dan diterima apabila di lakukan dengan ke ikhlashan hanya karena Allooh Azza wa Jalla dan mutâba’ah (mengikuti) Sunnah Rosûlullooh Shollolloohu ‘alaihi wa sallaam .
Ikhlash karena Allooh Azza wa Jalla merupakan realisasi dari syahadat (persaksian) LÂ ILÂHA ILLALLOOH, tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak di ibadahi dengan benar kecuali Allooh Azza wa Jalla , sedangkan mutâba’ah atau mengikuti Sunnah dari Rosûlullooh Shollolloohu ‘alaihi wa sallam merupakan realisasi dari syahadat (kesaksian) bahwa Nabi Muhammad Shollolloohu ‘alaihi wa sallaam adalah hamba dan Rosul-Nya.
Al-Hafizh Ibnu Hajar rohimahullooh (wafat th. 852 H) berkata:
"Yang di maksud dengan syahadat di sini adalah membenarkan apa yang di bawa oleh Rosûlullooh Shollolloohu ‘alaihi wa sallaam sehingga mencakup semua yang di sebutkan tentang keyakinan (rukun Iimaan yang enam dan yang selainnya).”[1]
"Yang di maksud dengan syahadat di sini adalah membenarkan apa yang di bawa oleh Rosûlullooh Shollolloohu ‘alaihi wa sallaam sehingga mencakup semua yang di sebutkan tentang keyakinan (rukun Iimaan yang enam dan yang selainnya).”[1]
PENTINGNYA MENGETAHUI MAKNA SYAHADAT LÂ ILÂHA ILLALLOOH ( لاَإِلٰـهَ إِلَّا اللهُ )
Telah di ketahui secara pasti bahwa persaksian tauhid merupakan kunci agama Islaam, pokoknya agama, dan tiang bangunannya,tidak ada Islaam bagi orang yang belum meyakini, mengucapkan, dan mengamalkannya.
Telah di ketahui secara pasti bahwa persaksian tauhid merupakan kunci agama Islaam, pokoknya agama, dan tiang bangunannya,tidak ada Islaam bagi orang yang belum meyakini, mengucapkan, dan mengamalkannya.
Tidak di ragukan lagi bahwa ke ada'an seperti ini tidak akan terwujud kecuali setelah mengetahui maknanya, karena urutan ini (ilmu, keyakinan, ucapan, dan amal–Pen.)
Bagaikan urutan bangunan dan pondasinya, serta cabang dan pokoknya,karenanya, siapa saja yang tidak mengetahui maknanya dan tidak dapat menggambarkannya maka ia seperti orang yang mengigau di sa'at tidur, tidak mengetahui apa yang ia ucapkan.[2]
Bagaikan urutan bangunan dan pondasinya, serta cabang dan pokoknya,karenanya, siapa saja yang tidak mengetahui maknanya dan tidak dapat menggambarkannya maka ia seperti orang yang mengigau di sa'at tidur, tidak mengetahui apa yang ia ucapkan.[2]
Yang demikian itu, karena setiap yang mengerti akan adanya Allooh Azza wa Jalla , dia mengetahui secara pasti bahwa yang di maksud dari dua kalimat syahadat adalah hakikat dan maknanya serta yang mencakup ilmu dan amal.
Adapun sekedar pengucapan saja tanpa mengetahui maknanya dan tanpa meyakini hakikatnya, maka ini tidak akan memberikan manfa'at dan juga tidak akan membebaskan seorang hamba dari kesyirikan dan cabang-cabangnya[3]
Adapun sekedar pengucapan saja tanpa mengetahui maknanya dan tanpa meyakini hakikatnya, maka ini tidak akan memberikan manfa'at dan juga tidak akan membebaskan seorang hamba dari kesyirikan dan cabang-cabangnya[3]
Ibnu Jarir ath-Thobari rohimahullooh (wafat th. 310 H) ketika menafsirkan firman Allooh Azza wa Jalla :
إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“… Kecuali orang-orang yang menyaksikan dengan benar dan mereka mengetahui.
[Az-Zukhrûf/43: 86]
[Az-Zukhrûf/43: 86]
Beliau rohimahullooh berkata:
“Persaksian dia terhadap kebenaran dan ikrar dia terhadap Tauhid maksudnya: kecuali yang beriman kepada Allooh dan mereka mengetahui hakikat Tauhid.”[4]
“Persaksian dia terhadap kebenaran dan ikrar dia terhadap Tauhid maksudnya: kecuali yang beriman kepada Allooh dan mereka mengetahui hakikat Tauhid.”[4]
Jadi, sesuatu yang harus di perhatikan oleh setiap Muslim adalah memahami kalimat yang agung ini (yaitu kalimat لَا إِلٰـهَ إِلَّا اللهُ , LÂ ILÂHA ILLALLOOH) dan mengetahui kandungannya dengan benar –sebagaimana yang akan di jelaskan nanti.
Lantas, ilmu apa yang bermanfa'at bagi dirinya kalau tidak mengetahui makna kalimat yang bisa mengantarnya pada kesuksesan?!
Lantas, ilmu apa yang bermanfa'at bagi dirinya kalau tidak mengetahui makna kalimat yang bisa mengantarnya pada kesuksesan?!
Pentingnya mengetahui makna LÂ ILÂHA ILLALLOOH semakin di tekankan ketika banyak orang yang menyimpang dari pemahaman yang benar, dan semakin jarang orang yang serius menjelaskan dan menjabarkan makna kalimat ini.
Betapa banyak penafsiran-penafsiran kalimat ini yang keliru menghiasi buku-buku dan lisan-lisan ahli bid’ah, serta berakibat pada penyimpangan dalam agama seseorang. Alloohul Musta’aan!
Betapa banyak penafsiran-penafsiran kalimat ini yang keliru menghiasi buku-buku dan lisan-lisan ahli bid’ah, serta berakibat pada penyimpangan dalam agama seseorang. Alloohul Musta’aan!
Allooh Shubhanahu wa Ta’ala berfirman :
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrohîm dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:
"Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allooh , kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allooh saja…”
[Al-Mumtahanah/60:4]
"Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allooh , kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allooh saja…”
[Al-Mumtahanah/60:4]
Dan Allooh Shubhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ ﴿٢٦﴾ إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ ﴿٢٧﴾ وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Dan ingatlah ketika Ibrohim berkata kepada bapaknya dan kaumnya:
"Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah Robb) Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku.
"Dan (Ibrohim) menjadikan kalimat Tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat Tauhid itu.
[Az-Zukhrûf/43:26-28]
"Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah Robb) Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku.
"Dan (Ibrohim) menjadikan kalimat Tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat Tauhid itu.
[Az-Zukhrûf/43:26-28]
Maksudnya, Ibrohîm Alaihissallaam menjadikan loyalitas karena Allooh Shubhanahu wa Ta’ala dan berlepas diri dari setiap sembahan selain-Nya sebagai kalimat yang kekal pada keturunannya, yang terus di wariskan oleh para Nabi Shollolloohu ‘alaihi wa sallaam dan pengikut-nya, dari sebagian mereka kepada sebagian yang lain.
Yang di maksud ialah kalimat LAÂ ILÂHA ILLALLOOH (tidak ada ilah yang berhaq di ibadahi dengan benar selain Allooh ).
Inilah yang di wariskan oleh imam orang-orang yang hanîf kepada para pengikut beliau sampai datangnya hari Kiamat.
Yang di maksud ialah kalimat LAÂ ILÂHA ILLALLOOH (tidak ada ilah yang berhaq di ibadahi dengan benar selain Allooh ).
Inilah yang di wariskan oleh imam orang-orang yang hanîf kepada para pengikut beliau sampai datangnya hari Kiamat.
Dengan kalimat Tauhid inilah, bumi dan langit dapat tegak. Allooh Azza wa Jalla menjadikan fitrah seluruh makhluk di atas kalimat ini.
Di atasnya agama dan kiblat itu di bangun, serta pedang-pedang jihad di hunuskan, ia murni haq Allooh Shubhanahu wa Ta’ala atas seluruh hamba-Nya, sekaligus merupakan kalimat yang melindungi darah, harta, dan keturunan di kehidupan dunia, kemudian menyelamatkan manusia dari siksa qubur dan Neraka.
Ia adalah lembaran terbuka yang seseorang itu tidak akan masuk Surga, melainkan dengannya.
Ia adalah tali yang jika seseorang tidak berpegang dengannya, niscaya dia tidak akan sampai kepada Allooh Shubhanahu wa Ta’ala .
Ia adalah kalimat Islaam dan kunci pembuka Surga yang penuh keselamatan, dengannya manusia terbagi menjadi orang sengsara, bahagia, di terima, ataupun di tolak, dengannya juga, negeri kekufuran terpisah dengan negeri ke Iimanan, serta terbedakan antara negeri kenikmatan dengan negeri kesengsaraan dan kehina'an, ia adalah tiang yang mengandung perkara yang wajib sekaligus yang sunnah.
Di atasnya agama dan kiblat itu di bangun, serta pedang-pedang jihad di hunuskan, ia murni haq Allooh Shubhanahu wa Ta’ala atas seluruh hamba-Nya, sekaligus merupakan kalimat yang melindungi darah, harta, dan keturunan di kehidupan dunia, kemudian menyelamatkan manusia dari siksa qubur dan Neraka.
Ia adalah lembaran terbuka yang seseorang itu tidak akan masuk Surga, melainkan dengannya.
Ia adalah tali yang jika seseorang tidak berpegang dengannya, niscaya dia tidak akan sampai kepada Allooh Shubhanahu wa Ta’ala .
Ia adalah kalimat Islaam dan kunci pembuka Surga yang penuh keselamatan, dengannya manusia terbagi menjadi orang sengsara, bahagia, di terima, ataupun di tolak, dengannya juga, negeri kekufuran terpisah dengan negeri ke Iimanan, serta terbedakan antara negeri kenikmatan dengan negeri kesengsaraan dan kehina'an, ia adalah tiang yang mengandung perkara yang wajib sekaligus yang sunnah.
Rosûlullooh Shollolloohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلٰـهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الْـجَنَّـةَ.
Barang siapa akhir ucapannya adalah LAÂ ILÂHA ILLALLOOH pasti masuk Surga.[5]
Ruh dan rahasia kalimat ini adalah pengesaan Allooh Shubhanahu wa Ta’ala dalam kecinta'an, pemuliaan, pengagungan, takut dan berharap (hanya kepada Allooh Shubhanahu wa Ta’ala ), dan perkara-perkara lain yang mengiringinya; berupa tawakkal, taubat, ke inginan, dan ketakutan.
Seorang hamba tidak mencintai selain-Nya, kalaupun mencintai selain Allooh Azza wa Jalla itu karena ke cinta'an itu merupakan bagian dari cinta kepada Allooh Azza wa Jalla dan merupakan sarana untuk menambah rasa cinta kepada Allooh Azza wa Jalla .
Seorang hamba juga tidak takut kepada selain Allooh Azza wa Jalla , tidak berharap kepada selain-Nya, tidak bertawakkal selain kepada-Nya, ia hanya mengharap kepada Allooh, tidak takut selain kepada-Nya, hanya ber-sumpah dengan nama-Nya, tidak bernadzar selain kepada-Nya, hanya bertaubat kepada-Nya, tidak menta'ati selain perintah-Nya, hanya mengharapkan ganjaran dari-Nya, tidak memohon pertolongan ketika terjadinya kesulitan selain kepada-Nya, hanya bersandar kepada-Nya, tidak sujud selain kepada-Nya, serta hanya menyembelih untuk-Nya dan dengan nama-Nya.
Seluruh perkara ini terkumpul pada satu kalimat, yaitu, “Tidaklah di sembah dengan semua macam ibadah, melainkan hanya Allooh semata.
”Inilah realisasi dari kalimat syahadat لَا إِلٰـهَ إِلَّا اللهُ.
Seorang hamba tidak mencintai selain-Nya, kalaupun mencintai selain Allooh Azza wa Jalla itu karena ke cinta'an itu merupakan bagian dari cinta kepada Allooh Azza wa Jalla dan merupakan sarana untuk menambah rasa cinta kepada Allooh Azza wa Jalla .
Seorang hamba juga tidak takut kepada selain Allooh Azza wa Jalla , tidak berharap kepada selain-Nya, tidak bertawakkal selain kepada-Nya, ia hanya mengharap kepada Allooh, tidak takut selain kepada-Nya, hanya ber-sumpah dengan nama-Nya, tidak bernadzar selain kepada-Nya, hanya bertaubat kepada-Nya, tidak menta'ati selain perintah-Nya, hanya mengharapkan ganjaran dari-Nya, tidak memohon pertolongan ketika terjadinya kesulitan selain kepada-Nya, hanya bersandar kepada-Nya, tidak sujud selain kepada-Nya, serta hanya menyembelih untuk-Nya dan dengan nama-Nya.
Seluruh perkara ini terkumpul pada satu kalimat, yaitu, “Tidaklah di sembah dengan semua macam ibadah, melainkan hanya Allooh semata.
”Inilah realisasi dari kalimat syahadat لَا إِلٰـهَ إِلَّا اللهُ.
Oleh karena itulah, Allooh Shubhanahu wa Ta’ala mengharamkan api neraka bagi orang yang mengucapkan dan merealisasikan kalimat syahadat لَا إِلٰـهَ إِلَّا اللهُ dengan benar.
Mustahil orang yang merealisasikan dan menerapkan syahadat ini masuk Neraka.
Pernyata'an ini sesuai dengan firman Allooh Shubhanahu wa Ta’ala :
Mustahil orang yang merealisasikan dan menerapkan syahadat ini masuk Neraka.
Pernyata'an ini sesuai dengan firman Allooh Shubhanahu wa Ta’ala :
وَالَّذِينَ هُمْ بِشَهَادَاتِهِمْ قَائِمُونَ
“Dan orang-orang yang berpegang teguh pada kesaksiannya.
[Al-Ma’ârij/70:33]
[Al-Ma’ârij/70:33]
Hamba tersebut telah melaksanakan syahadat tersebut secara lahir dan bathin, baik melalui hati maupun anggota badannya.
Sebagian manusia ada yang syahadatnya mati, sebagian lagi syahadatnya tertidur sehingga harus di bangunkan supaya terjaga, sebagian lagi ada yang syahadatnya berbaring, dan sebagian lagi ada yang syahadatnya miring hampir berdiri.
Kedudukan syahadat dalam hati seperti kedudukan Roh terhadap badan.
Ada Roh yang mati, Roh yang sakit dan lebih dekat kepada kematian, Roh yang lebih dekat dengan kehidupan, serta ada Roh yang sehat dan melaksanakan kemaslahatan badan.
Kedudukan syahadat dalam hati seperti kedudukan Roh terhadap badan.
Ada Roh yang mati, Roh yang sakit dan lebih dekat kepada kematian, Roh yang lebih dekat dengan kehidupan, serta ada Roh yang sehat dan melaksanakan kemaslahatan badan.
Nabi Shollolloohu ‘alaihi wa sallaam bersabda :
إِنِّـيْ لَأَعْلَمُ كَلِمَةً لَا يَقُوْلُـهَا عَبْدٌ عِنْدَ الْـمَوْتِ إِلَّا وَجَدَتْ رُوْحُهُ لَـهَا رُوْحًا.
Sesungguhnya aku mengetahui suatu kalimat yang tidaklah seorang hamba mengucapkannya ketika dia meninggal dunia, melainkan Rohnya akan mendapatkan Roh baginya.[6]
Dengan demikian, kehidupan Roh bergantung pada kalimat tersebut, seperti halnya kehidupan badan tergantung dari keberada'an Roh;
Juga sebagaimana orang yang meninggal di atas kalimat ini sehingga berhak berada di Surga dan bergerak bebas di dalamnya.
Oleh karena itu, barang siapa merealisasikan dan melaksanakan inti kalimat ini niscaya rohnya akan bergerak bebas dalam Surga, bahkan tempat tinggal dan hidupnya menjadi kehidupan yang terbaik.
Allooh Azza wa Jalla berfirman :
Juga sebagaimana orang yang meninggal di atas kalimat ini sehingga berhak berada di Surga dan bergerak bebas di dalamnya.
Oleh karena itu, barang siapa merealisasikan dan melaksanakan inti kalimat ini niscaya rohnya akan bergerak bebas dalam Surga, bahkan tempat tinggal dan hidupnya menjadi kehidupan yang terbaik.
Allooh Azza wa Jalla berfirman :
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ ﴿٤٠﴾ فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Robb-nya dan menahan diri dari ke inginan hawa nafsunya.
"Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).
[An-Nâzi’ât/79:40-41]
"Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).
[An-Nâzi’ât/79:40-41]
Surga adalah tempat tinggal bagi mereka pada hari Pertemuan dengan-Nya kelak.
Surga pengetahuan, kecinta'an, kedekatan dengan Allooh , kerinduan terhadap pertemuan dengan-Nya, senang dengan Allooh, dan ridho' terhadap-Nya merupakan tempat tinggal Rohnya di dunia.
Barang siapa surga tersebut adalah tempat tinggalnya di dunia maka Surga yang abadi akan menjadi tempat tinggalnya di akhirat.
Sebaliknya, orang yang terhalang dari Surga dunia maka dia akan lebih terhalang dari Surga yang abadi.
Orang-orang yang melakukan kebajikan berada di dalam Surga kenikmatan meskipun mereka mengalami kesulitan dan kesempitan hidup di dunia; sedangkan orang-orang yang durhaka berada dalam Neraka kepedihan meskipun kehidupan dunia mereka serba cukup.
Allooh Shubhanahu wa Ta’ala berfirman :
Barang siapa surga tersebut adalah tempat tinggalnya di dunia maka Surga yang abadi akan menjadi tempat tinggalnya di akhirat.
Sebaliknya, orang yang terhalang dari Surga dunia maka dia akan lebih terhalang dari Surga yang abadi.
Orang-orang yang melakukan kebajikan berada di dalam Surga kenikmatan meskipun mereka mengalami kesulitan dan kesempitan hidup di dunia; sedangkan orang-orang yang durhaka berada dalam Neraka kepedihan meskipun kehidupan dunia mereka serba cukup.
Allooh Shubhanahu wa Ta’ala berfirman :
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam ke ada'an beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
[An-Nahl/16: 97]
[An-Nahl/16: 97]
Kehidupan yang baik adalah Surga dunia. Allooh Shubhanahu wa Ta’ala berfirman :
فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ ۖ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ
"Barang siapa yang Allooh menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islaam.
"Dan barang siapa yang di kehendaki Allooh kesesatannya, niscaya Allooh menjadikan dadanya sesak lagi sempit…”
[Al-An’âm/6:125]
"Dan barang siapa yang di kehendaki Allooh kesesatannya, niscaya Allooh menjadikan dadanya sesak lagi sempit…”
[Al-An’âm/6:125]
Kenikmatan manakah yang lebih baik di bandingkan kelapangan dada ?
Dan, adzab manakah yang lebih pedih daripada sempitnya dada?
Allooh Azza wa Jalla berfirman :
Dan, adzab manakah yang lebih pedih daripada sempitnya dada?
Allooh Azza wa Jalla berfirman :
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿٦٢﴾ الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ ﴿٦٣﴾ لَهُمُ الْبُشْرَىٰ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۚ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allooh itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa.
Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat.
"Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allooh . Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.
[Yûnus/10:62-64]
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa.
Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat.
"Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allooh . Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.
[Yûnus/10:62-64]
Mu'min yang ikhlash kepada Allooh merupakan manusia yang paling baik hidupnya, paling tenteram pikirannya, paling lapang dadanya, dan paling bahagia hatinya.
Inilah Surga yang di segerakan sebelum Surga yang abadi.[7]
Inilah Surga yang di segerakan sebelum Surga yang abadi.[7]
Walloohu
A’lam.
___/|\___
___/|\___
¨¨¨˜°♥°˜¨¨¨