Semangat Tarawih Berjama’ah
Sudah sepantasnya setiap Muslim mendirikan sholat tarawih tersebut secara berjama’ah dan terus melaksanakannya hingga imam salaam. Karena siapa saja yang sholat tarawih hingga imam selesai, ia akan mendapat pahala sholat semalam penuh.
Padahal ia hanya sebentar saja mendirikan sholat di waqtu malam. Sungguh inilah karunia besar dari Allooh Ta’ala.
Dari Abu Dzar, Rosulullooh shollolloohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ
“Barang siapa yang sholat bersama imam hingga
imam selesai, maka ia di catat seperti melakukan sholat semalam penuh.”(HR. Tirmidzi no. 806, shohih menurut Syaikh Al Albani)
Imam Nawawi rohimahullooh berkata:
“Para Ulama’ sepakat bahwa sholat tarawih itu sunnah.
Namun mereka berselisih pendapat apakah sholat tarawih itu afdhol di laksanakan sendirian atau berjama’ah di masjid.
Imam Syafi’i dan mayoritas Ulama’ Syafi’iyah, juga Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad dan sebagian Ulama’ Malikiyah berpendapat bahwa yang afdhol adalah sholat tarawih di lakukan secara berjama’ah sebagaimana di lakukan oleh ‘Umar bin Al Khottob dan sahabat rodhiyalloohu ‘anhum.
Kaum Muslimin pun terus ikut melaksanakannya seperti itu.”
(Al Minhaj Syarh Shohih Muslim, 6:39).
11 ataukah 23 Raka’at?
Ibnu ‘Abdil Barr rohimahullooh mengatakan:
“Sesungguhnya sholat malam tidak memiliki batasan jumlah raka’at tertentu.
Sholat malam adalah shalat nafilah (yang di anjurkan), termasuk amalan dan perbuatan baik.
Siapa saja boleh mengerjakan sedikit raka’at.
Siapa yang mau juga boleh mengerjakan dengan jumlah raka’at yang banyak.”
(At Tamhid, 21/70).
Nabi shollolloohu ‘alaihi wa sallam di tanya mengenai sholat malam, beliau menjawab:
صَلاَةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى ، فَإِذَا خَشِىَ أَحَدُكُمُ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً ، تُوتِرُ لَهُ مَا قَدْ صَلَّى
“Sholat malam itu dua
raka’at-dua raka’at. “Jika salah seorang di antara kalian takut masuk waqtu shubuh, maka kerjakanlah satu raka’at.
“Dengan itu berarti kalian menutup sholat tadi dengan witir.”
(HR. Bukhori no. 990 dan Muslim no. 749).
Padahal ini dalam konteks pertanya’an.
Seandainya sholat malam itu ada batasannya, tentu Nabi shollolloohu ‘alaihi wa sallam akan menjelaskannya.
Al Baaji rahimahullah mengatakan:
“Boleh jadi ‘Umar memerintahkan para sahabat untuk melaksanakan sholat malam sebanyak 11 raka’at.
Namun beliau memerintahkan seperti ini di mana baca’an tiap raka’at begitu panjang, yaitu imam sampai membaca 200 ayat dalam satu raka’at.
Karena baca’an yang panjang dalam sholat adalah sholat yang lebih afdhol.
Ketika manusia semakin lemah, ‘Umar kemudian memerintahkan para sahabat untuk melaksanakan sholat sebanyak 23 raka’at, yaitu dengan raka’at yang ringan-ringan.
Dari sini mereka bisa mendapat sebagian ke utama’an dengan menambah jumlah raka’at.”
(Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, 27/142)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahullooh berkata:
“Semua jumlah raka’at di atas (dengan 11, 23 raka’at atau lebih dari itu, -pen) boleh di lakukan.
Melaksanakan sholat malam di bulan Ramadhan dengan berbagai macam cara tadi itu sangat bagus dan memang lebih utama adalah melaksanakan sholat malam sesuai dengan kondisi para jama’ah.
Kalau jama’ah kemungkinan senang dengan raka’at-raka’at yang panjang, maka lebih bagus melakukan sholat malam dengan 10 raka’at di tambah dengan witir 3 raka’at, sebagaimana hal ini di praktekkan oleh Nabi shollolloohu ‘alaihi wa sallam sendiri di bulan Ramdhan dan bulan lainnya.
Dalam kondisi seperti itu, demikianlah yang terbaik.
Namun apabila para jama’ah tidak mampu melaksanakan raka’at-raka’at yang panjang, maka melaksanakan sholat malam dengan 20 raka’at itulah yang lebih utama.
Seperti inilah yang banyak di praktekkan oleh banyak Ulama’.
Sholat malam dengan 20 raka’at adalah jalan pertengahan antara jumlah raka’at sholat malam yang sepuluh dan yang empat puluh.
Kalaupun seseorang melaksanakan sholat malam dengan 40 raka’at atau lebih, itu juga di perbolehkan dan tidak di katakan makruh sedikit pun.
Bahkan para Ulama’ juga telah menegaskan di bolehkannya hal ini semisal Imam Ahmad dan Ulama lainnya.
Oleh karena itu, barang siapa yang menyangka bahwa sholat malam di bulan Ramadhan memiliki batasan bilangan tertentu dari Nabi shollolloohu ‘alaihi wa sallam sehingga tidak boleh lebih atau kurang dari 11 raka’at, maka sungguh dia telah keliru.”
(Majmu’ Al Fatawa, 22/272)
Tuntunan Lain Sholat Tarawih
Sholat tarawih lebih afdhol di lakukan dua raka’at salaam, dua raka’at salaam.
Dasarnya adalah sabda Nabi shollollohu ‘alaihi wa sallaam:
“Sholat malam adalah dua raka’at dua raka’at.”
(HR. Bukhori no. 990 dan Muslim no. 749).
Ulama’ besar Syafi’iyah, An Nawawi ketika menjelaskan hadits “Sholat sunnah malam dan siang itu dua raka’at, dua raka’at”,
Beliau rohimahullooh mengatakan:
“Yang di maksud hadits ini adalah bahwa yang lebih afdhol adalah mengerjakan sholat dengan setiap dua raka’at salaam baik dalam sholat sunnah di malam atau siang hari.
Di sini di sunnahkan untuk salaam setiap dua raka’at.
Namun jika menggabungkan seluruh raka’at yang ada dengan sekali salaam atau mengerjakan sholat sunnah dengan satu raka’at saja, maka itu di bolehkan menurut kami.”
(Al Minhaj Syarh Shohih Muslim, 6:30)
Para Ulama’ sepakat tentang di syariatkannya istirahat setiap melaksanakan sholat tarawih empat raka’at.
Inilah yang sudah turun temurun di lakukan oleh para salaf.
Namun tidak mengapa kalau tidak istirahat ketika itu dan juga tidak di syariatkan untuk membaca do’a tertentu ketika istirahat.
(Lihat Al Inshof, 3/117)
Tidak ada riwayat mengenai baca’an surat tertentu dalam sholat tarawih yang di lakukan oleh Nabi shollolloohu ‘alaihi wa sallam.
Jadi, surat yang di baca boleh berbeda-beda sesuai dengan ke ada’an.
Imam di anjurkan membaca baca’an surat yang tidak sampai membuat jama’ah bubar meninggalkan sholat.
Seandainya jama’ah senang dengan baca’an surat yang panjang-panjang, maka itu lebih baik.
(Lihat Shohih Fiqh Sunnah, 1:420)
Menutup Sholat Malam dengan Witir
Sholat witir adalah sholat yang di lakukan dengan jumlah raka’at ganjil (1, 3, 5, 7 atau 9 raka’at).
Nabi shollolloohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اجْعَلُوا آخِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرً
“Jadikanlah akhir sholat malam kalian adalah sholat witir.”(HR. Bukhori no. 998 dan Muslim no. 751).
Jika sholat witir di lakukan dengan tiga raka’at, maka dapat di lakukan dengan dua cara:
(1) tiga raka’at, sekali salaam [HR. Al Baihaqi]
(2) mengerjakan dua raka’at terlebih dahulu kemudian salaam, lalu di tambah satu raka’at kemudian salaam
[HR. Ahmad 6:83].
Di tuntunkan pula ketika witir untuk membaca do’a qunut.
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rohimahullooh di tanya:
” Apa hukum membaca do’a qunut setiap malam ketika (sholat sunnah) witir?”
Jawaban beliau rohimahullooh:
“Tidak masalah mengenai hal ini.
“Do’a qunut (witir) adalah sesuatu yang di sunnahkan.
“Nabi shollolloohu ‘alaihi wa sallam pun biasa membaca qunut tersebut.
Beliau pun pernah mengajari (cucu beliau) Al Hasan beberapa kalimat qunut untuk sholat witir:
(Alloohummahdiini fiiman hadait, wa’aafini fiiman ‘afait, watawallanii fiiman tawallait, wabaarik lii fiima a’thoit, waqinii syarroma qodloit, fainnaka taqdhi walaa yuqdho ‘alaik, wainnahu laa yadzillu man waalait, tabaarakta robbana wata’aalait, -pen)
[HR. Abu Daud no. 1425, An Nasai no. 1745, At Tirmidzi no. 464, shohih kata Syaikh Al Albani].
Ini termasuk hal yang di sunnahkan,jika engkau merutinkan membacanya setiap malamnya, maka itu tidak mengapa.
Begitu pula jika engkau meninggalkannya suatu waqtu sehingga orang-orang tidak menyangkanya wajib, maka itu juga tidak mengapa.
Jika imam meninggalkan membaca do’a qunut suatu waqtu dengan tujuan untuk mengajarkan manusia bahwa hal ini tidak wajib, maka itu juga tidak mengapa.
Nabi shollolloohu ‘alaihi wa sallam ketika mengajarkan do’a qunut pada cucunya Al Hasan, beliau tidak mengatakan padanya:
“Bacalah do’a qunut tersebut pada sebagian waktu saja”.
Sehingga hal ini menunjukkan bahwa membaca qunut witir terus menerus adalah sesuatu yang di bolehkan. (Fatawa Nur ‘alad Darb, 2:1062)
Setelah witir di tuntunkan membaca:
“Subhaanal malikil qudduus”,
Sebanyak tiga kali dan mengeraskan suara pada baca’an ketiga
(HR. An Nasai no. 1732 dan Ahmad 3/406, shahih menurut Syaikh Al Albani).
Juga bisa membaca baca’an:
“Alloohumma inni a’udzu bika bi ridhooka min sakhotik wa bi mu’afaatika min ‘uqubatik, wa a’udzu bika minka laa uh-shi tsanaa-an ‘alaik, anta kamaa atsnaita ‘ala nafsik”
[Ya Allooh, aku berlindung dengan keridho’an-Mu dari kemarahan-Mu, dan dengan keselamatan-Mu dari hukuman-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa-Mu.
Aku tidak mampu menghitung pujian dan sanjungan kepada-Mu, Engkau adalah sebagaimana yang Engkau sanjukan kepada diri-Mu sendiri]
(HR. Abu Daud no. 1427, Tirmidzi no. 3566, An Nasai no. 1100 dan Ibnu Majah no. 1179, shohih kata Syaikh Al Albani)
Kekeliruan Seputar Sholat Tarawih
Berikut beberapa kekeliruan saat pelaksanaan sholat tarawih berjama’ah dan tidak ada dasarnya dari Nabi shollolloohu ‘alaihi wa sallam.
1. Dzikir berjama’ah di
antara sela-sela shalat tarawih. Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz
berkata:
“Tidak di perbolehkan para jama’ah membaca dzikir secara berjama’ah.
Akan tetapi yang tepat adalah setiap orang membaca dzikir
sendiri-sendiri tanpa di komandai oleh yang lain.
Karena dzikir secara berjama’ah (bersama-sama) adalah sesuatu yang
tidak ada tuntunannya dalam syari’at Islaam yang suci ini”.
(Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 11:190)
2.Melafazhkan niat selepas sholat tarawih. Imam Nawawi berkata:
“Tidaklah sah puasa seseorang kecuali dengan niat.
Letak niat adalah dalam hati, tidak di syaratkan untuk di ucapkan dan pendapat ini
tidak terdapat perselisihan di antara para ulama.”
(Rowdhotuth Tholibin, 1:268).
3.Memanggil jama’ah dengan ‘ash sholaatul jaami’ah’. Tidak
ada tuntunan untuk memanggil jama’ah dengan ucapan ‘ash sholaatul jaami’ah’.
Ini termasuk perkara yang di ada-adakan
(Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, 27:140).
4.
Mengkhususkan dzikir atau do’a tertentu antara sela-sela
duduk shalat tarawih, apalagi di baca secara berjama’ah.
Karena ini jelas tidak ada tuntunannya (Lihat Al Mawsu’ah Al
Fiqhiyyah, 27:144).
Semoga Allooh memberikan kita kekuatan
dan ke istiqomahan untuk menghidupkan malam-malam kita dengan sholat tarawih. Walloohu waliyyut taufiq.
___/|\___
¨¨¨˜°♥°˜¨¨¨