Senin, 19 Agustus 2019
Faidah Berzdikir Dengan Dua Kalimah Syahadat
.
Faidah Berzdikir Dengan Dua Kalimah Syahadat:
Setiap
zdikir mengandung banyak faedah.
Kalimat
syahadah:
Laa
ilaaha illallooh Muhammadurrosulullooh
Tidak
hanya sebagai bukti seseorang masuk Islaam,kalimat ini
merupakan lafal zdikir yang bisa kita amalkan setiap hari.
Zdikir
merupakan amalan untuk mendekatkan diri kepada Allooh SWT.
Ada faedah di balik amalan zdikir rutin mengucapkan lafal
syahadah.
Di kutip dari laman NU
Online, Imam Abdullah Muhammad bin Yusuf As Sanusi Al Asy'ari dalam kitab Syarah Ummul Barahin,
mengatakan ada banyak ke utama'an jika kita istiqomah membaca lafal syahadat
sa'at berzdikir.
Ke utama'an tersebut seperti tumbuhnya sifat zuhud.Hati
menjadi kosong dari segala hal yang bersifat duniawi.
Lalu, sifat tawakal lahir,Hati menjadi mantap beriman
kepada Allooh yang Maha Pemelihara dan Maha Haq
Bertawakal kepada Allooh membuat jiwa menjadi tenang.
Kemudian, sifat malu semakin menguat sehingga senantiasa
mengagungkan Allooh SWT.
Dia akan selalu mengingat-Nya, mematuhi segala perintah-Nya
dan menjauhi larangan-Nya.
Selanjutnya, hati menjadi kaya dan menyelamatkan diri dari
segala fitnah,lalu muncul sifat fakir yang memutuskan diri manusia dari segala
kesenangan duniawi.
Zdikir ini juga dapat memberikan keberkahan bagi yang rutin
melafalkannya,membuat kita mudah mendapatkan segala yang di butuhkan.
Selain itu, zdikir syahadat juga membukakan hakikat atas
apa yang sedang kita butuhkan,juga dapat mengarahkan kita untuk lebih mudah
mengenali mana yang haram dan yang halal.
Sedikit banyak telah ada beberapa salah persepsi mengenai
dua kalimat syahadat,padahal bila kita salah dalam memahami dua kalimat
syahadat ini, bisa di pastikan dalam melaksanakan ibadah selanjutnya akan ada
kesalahan di sana sini.
1. Pintu masuk ke dalam Islaam Sahnya Iiman seseorang adalah dengan
menyatakan syahadatain,tanpa mengucapkan kalimat ini, maka amal yang di
kerjakan bagaikan abu, atau fatamorgana yang terlihat tapi tidak ada.
Melaksanakan minhajillah
(sistem/aturan Allooh SWT) merupakan ibadah kepada-Nya.
Jadi, Rasulullooh merupakan teladan
dan ikutan dalam mengikuti minhajillah.
2. Dasar-dasar Perubahan Total Syahadatain merupakan dasar yang dapat
merubah seorang manusia dalam aspek keyakinannya, pemikirannya, maupun jalan
hidupnya.
Perubahan di sini meliputi
berbagai aspek kehidupan manusia secara individu atau masyarakat.
Umat terdahulu langsung
berubah ketika menerima kalimat syahadatain ini.
Sehingga mereka yang tadinya
bodoh (jahiliyah) menjadi pandai, yang kufur menjadi beriman, yang sesat
mendapat hidayah, dsb.
Artinya, syahadatain selain
dapat merubah individu, juga mampu merubah sebuah masyarakat, misalnya yang tadinya
saling bermusuhan dapat berubah menjadi masyarakat yang bersaudara di jalan
Allooh.
Contohnya adalah masyarakat
Mekkah ketika zaman Rosulullooh.
Ketika sebelum di utusnya
Rosulullooh SAW, masyarakat Mekkah ketika itu adalah masyarakat yang jahil,
banyak melakukan maksiat, suka mengqubur hidup-hidup anak perempuan mereka,
menyembah berhala, dsb.
Namun ketika Rosulullooh di utus
membawa risalah dengan syahadatainnya, maka masyarakat Mekkah dapat berubah
menjadi masyarakat yang penuh hidayah, menjauhi maksiat, tidak menyembah
berhala, dll.
3. Hakikat Da'wah Para Rosul Syahadah juga merupakan hakikat da'wah para
Rosul.
Setiap Rosul semenjak Nabi
Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW, membawa misi da'wah yang sama, yaitu:
“Laa ilaaha ilallooh
(syahadah).
Da'wah mereka senantiasa
membawa dan mengarahkan umatnya kepada pengabdian kepada Allooh SWT saja.
4. Ke utama’an yang Besar Yang terakhir yang menyebabkan syahadah itu
penting adalah karena syahadah itu sendiri merupakan ke utama’an yang besar.
Banyak ganjaran dan pahala
yang di berikan oleh Allooh SWT dan di janjikan oleh Nabi Muhammad SAW.
Dan syahadah ini sendiri
dapat menghindarkan kita dari neraka.
Dalam Hadits di katakana:
"Allooh SWT akan
menghindarkan neraka bagi mereka yang menyebut kalimat syahadah."
Atau dalam hadits lain,
Rosulullooh SAW bersabda:
"Dua perkara yang pasti,
kata Rosulullooh SAW.
Maka seorang sahabat
bertanya:
"Apakah perkara itu ya
Rosulullooh?"
Rosulullooh SAW menjawab:
"Barang siapa yang mati
dalam ke ada’an tidak menyekutukan Allooh dengan sesuatu, ia tetap masuk
surga."
(HR. Ahmad).
Demikianlah ke lima hal yang
menyebabkan syahadatain ini menjadi sangat penting.
Semoga setelah memahami hal
ini, kita semakin termotivasi untuk lebih jauh memahami apa itu Syahadatain,
apa itu Islaam yang pada akhirnya, memudahkan kita dalam beribadah kepada Allooh
SWT.
Aamiin.
Syahadat yang Di Terima Allooh
SWT Hudzaifah - Sebagai seorang muslim, tentu harus senantiasa mempertahankan
diri agar keimanan kita tetap terjaga dengan kata lain, kita harus berusaha
untuk menjaga kalimat syahadatain yang kita ucapkan dari kondisi kendor (futur)
atau melemah.
Lebih jauh lagi, kalimat:
“Laa ilaaha illallooh tidak
mungkin kita aplikasikan kecuali dengan dua hal, yaitu terpenuhinya
syarat-syarat syahadatain, dan tidak adanya hal-hal yang membatalkan
syahadatain.
Untuk itu, kita perlu
mengetahui apa saja syarat-syaratnya agar kalimat syahadatain kita dapat di
terima Allooh SWT, dan hal-hal apa saja yang dapat membatalkannya.
Artikel ini mencoba mengupas
yang pertama, yaitu syarat-syarat di terimanya syahadat.
Untuk bagian yang ke dua,
insya Allooh akan di kupas pada artikel lain.
Syarat Syahadatain:
"Syarat" adalah
sesuatu yang tanpa keberada’annya, maka yang disyaratkannya itu tidak sempurna
atau tidak dapat terealisasi.
Jadi, jika kita mengucapkan
dua kalimat syahadat tanpa memenuhi syarat-syaratnya, bisa di katakan syahadat
itu tidak sah.
Syarat syahadatain itu
sendiri ada tujuh, yaitu:
1. Pengetahuan (lawan dari
kebodohan)
2. Ke yakinan (lawan dari ke ragu-raguan)
3. Ke ikhlashan (lawan dari
ke musyrikan)
4. Kejujuran (lawan dari
kebohongan)
5. Kecinta’an (lawan dari
kebencian)
6. Penerima’an (lawan dari
penolakan)
7. Ketundukan (lawan dari
pengingkaran)
1. Pengetahuan Manusia yang
menyatakan sesuatu, tentu harus mengetahui dan memahami dahulu apa yang dia
ucapkan, begitu juga dengan syahadatain.
Seseorang yang bersyahadat,
harus memiliki pengetahuan tentang syahadatnya.
Dia wajib memahami isi dari
dua kalimat yang dia nyatakan itu, serta bersedia menerima konsekuensi
ucapannya.
Orang-orang yang bodoh
(jahil) tentang makna syahadatain, tidak mungkin dapat mengamalkannya.
Contohnya yaitu dalam
kalimat:
“Laa ilaaha illallooh.
Kita harus pahami bahwa
kalimat ini mencakup dua dimensi, yaitu penafikan (Laa ilaaha = tiada ilah) dan
penetapan (illallah = selain Allooh).
Artinya, kita harus
mengetahui bahwa dimensi penafikan di sini berarti penolakan terhadap semua sembahan
selain Allooh.
Dan dimensi penetapan dalam
kalimat ini adalah penetapan bahwa haq Uluhiyah (ketuhanan / yang di sembah)
hanya bagi Allooh semata.
Allooh SWT berfirman:
"Maka ketahuilah bahwa
tiada Tuhan selain Allooh."
(QS. Muhammad: 19)
Allooh SWT juga menfirmankan
hal serupa dalam ayat lain, antara lain di Al Qur'an surat Ali Imron ayat :18.
Lawan dari pengetahuan ini
adalah ketidak tahuan akan makna syahadat (kebodohan).
Mempelajari hal ini merupakan
salah satu kunci mendapatkan rahmat dari Allooh dan mendapatkan kebaikan.
Dalam suatu hadits,
Rosulullooh SAW bersabda:
"Barang siapa meninggal,
sedang ia mengetahui bahwa tidak ada Tuhan yang di sembah kecuali Allooh, ia
masuk surga.
(Hadits, dalam As Shohih di riwayatkan
dari Usman RA.)
2. Keyakinan Keyakinan di
sini berarti mengetahui dengan sempurna makna dari syahadat tanpa sedikitpun
keraguan terhadap makna tersebut.
Artinya, seseorang yang
bersyahadat mesti meyakini ucapannya dengan makna yang sebenarnya, tanpa ragu
sedikitpun.
Dalam Al Qur'an Allooh
berfirman:
"Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allooh
dan Rosul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad)
dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allooh.
Mereka itulah orang-orang
yang benar."
(QS. Al Hujurat: 15).
Artinya, lawan dari keyakinan
adalah keraguan. Keyakinan akan membawa seseorang kepada keistiqomahan,
sedangkan keraguan akan menimbulkan kemunafikan.
Dalam Hadits, juga di nyatakan
sebagai berikut:
Dari Abu Hurairoh RA
Rosulullooh SAW bersabda:
"Aku bersaksi bahwa
tidak ada Tuhan selain Allooh.
Tidak ada seorang hamba yang
bertemu dengan Allooh dengan dua kalimat ini dan tidak ragu tentang
kedua-duanya, kecuali masuk surga."
(HR. Muslim)
3. Ke ikhlashan Istilah
"ke ikhlashan" di ambil dari kata "susu murni" (al laban al
khalish), yang maksudnya tidak lagi di campuri kotoran yang merusak kemurnian
dan kejernihannya.
Artinya, ikhlash berarti
bersihnya hati dari segala sesuatu yang bertentangan dengan makna syahadat.
Dengan demikian, ucapan
syahadat mesti di iringi dengan Niat yang ikhlash, Lillahi Ta'ala.
Ucapan yang bercampur dengan
riya' atau kecenderungan tertentu tidak akan di terima Allooh SWT.
Allooh SWT berfirman:
"Padahal mereka tidak di
suruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya
dalam (menjalankan) agama yang lurus..."
(QS. Al Bayinah : 5)
Syahadat sendiri merupakan
bagian dari ibadah, oleh karena itu harus di lakukan dengan ikhlash.
Dan ikhlash, merupakan lawan
dari kemusyrikan.
Setiap perbuatan yang
mengandung kemusyrikan, maka akan menghapus amal perbuatan itu sendiri.
Dan orang yang melakukannya
menderita kerugian, karena pekerjaannya sia-sia tidak bermakna.
Dan tidak ikhlash juga
berarti mengadakan tandingan-tandingan selain Allooh SWT selain Tuhannya.
Allooh SWT berfirman:
"Dan sesungguhnya telah
di wahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu.
"Jika kamu
mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu
termasuk orang-orang yang merugi."
(QS. Az Zumar : 39).
4.Kejujuran Dalam hal ini,
kejujuran adalah bahwa "lahirnya" tidak boleh menyalahi
"batinnya".
Keduanya harus saling sesuai
dan sejalan, yaitu antara lahir dan bathinnya:
Antara Ilmu dan Amalnya
Antara apa yang ada di dalam
Hatinya dengan apa yang di Kerjakan oleh Raganya.
Oleh karena itulah pernyata’an
syahadat harus di nyatakan dengan lisan di yakini dalam hati, lalu di aktualisasikan
dalam amal perbuatan.
Rosulullooh SAW bersabda:
"Siapa yang mengucapkan:
"Tiada Tuhan selain
Allooh" dengan jujur dalam hatinya, maka ia akan masuk surga."
(HR. Bukhori).
Allooh SWT berfirman:
"Orang-orang yang
beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik),
mereka itulah yang mendapat ke amanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk."
(QS. Al An'am: 82)
Lawan dari sikap ini adalah
kebohongan yang melahirkan kemunafikan, yaitu menampakan sesuatu yang
sebenarnya tak ada dalam hatinya.
Atau bahwa ia menyimpan
kekufuran dalam bathinnya, tetapi menampakkan iman dalam lisan dan raganya.
Kejujuran dan kemunafikan
diuji melalui coba’an.
Coba’an ini akan menjadi
seleksi bagi seseorang.
Sejarah menunjukkan bahwa
coba’an merupakan cara untuk mengetahui siapa yang betul-betul berjuang di
jalan Allooh, dan siapa yang tidak bersungguh-sungguh berjuang.
Dalam hal ini, Allooh SWT
berfirman:
"Di antara orang-orang Mu'min
itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allooh;
maka di antara mereka ada yang gugur.
Dan di antara mereka ada
(pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya)."
(QS. Al Ahzab : 33)
5.Ke cinta’an ke cinta’an dalam hal ini
yaitu mencintai Allooh
dan Rosul-Nya.
Dan juga mencintai
orang-orang yang beriman. "...Adapun orang-orang yang beriman amat sangat
cintanya kepada Allooh..."
(QS. Al Baqoroh : 165)
Cinta kepada Allooh SWT yang
teramat sangat, merupakan sifat utama orang yang beriman.
Mereka juga membenci apa saja
yang di benci oleh Alloh SWT.
Cinta juga berarti rasa suka
yang dapat melapangkan dada, ia merupakan Ruh dari ibadah, sedangkan
syahadatain merupakan ibadah yang paling utama.
Dengan rasa cinta ini, segala
perintah dan larangan akan terasa ringan, tuntutan dari syahadatain akan terasa
ringan.
Seseorang yang beriman, akan
melimpahkan cintanya terlebih dahulu kepada Allooh SWT, Rosul-Nya, dan jihad,
sebelum mencintai yang lainnya.
"Katakanlah:
"Jika bapak-bapak,
anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekaya’an
yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat
tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allooh dan Rosul-Nya dan
dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allooh mendatangkan
keputusan-Nya".
Dan Allooh tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasik."
(QS. At Taubah: 9)
Dan jika seseorang ingin
merasakan manisnya Iiman, maka ada baiknya pahami hadits berikut ini:
"Tiga hal, yang barang siapa
dalam dirinya ada ke tiganya, akan mendapatkan manisnya Iiman.
“Bila Allooh dan Rosul-Nya
lebih ia cintai dari pada selain ke duanya
“Bila seseorang mencintai
seseorang yang lain, ia tidak mencintainya kecuali karena Allooh;
“Dan apabila ia tidak ingin
kembali kepada kekafiran setelah Allooh menyelamatkan dirinya dari kekufuran
itu sebagaimana ia tidak ingin di jebloskan ke dalam neraka."
(HR. Bukhori).
Cinta itu juga harus di
sertai amarah,yaitu kemarahan terhadap segala sesuatu yang bertentangan dengan
syahadat, atau dengan kata lain, semua ilmu dan amal yang menyalahi sunnah
Rosulullooh SAW.
Selain itu ia juga murka
terhadap para pelaku atau pembawa ajaran dengan segala ilmu dan amal yang
mereka bawa.
Rosulullooh SAW bersabda:
"Ikatan Iiman yang terkuat
adalah cinta karena Allooh dan marah karena Allooh."
(HR. Thobroni dari Ikrimah
dan Ibnu Abbas).
Lawan dari kecintaan adalah
kebencian.
5. Penerimaan Penerima’an di sini yaitu kerendahan dan ketundukan, serta
penerima’an hati terhadap segala sesuatu yang datang dari Allooh dan Rosul-Nya.
Dan hal ini harus membuahkan
keta’atan dan ibadah kepada Allooh SWT, dengan jalan meyakini bahwa tak ada
yang dapat menunjuki dan menyelamatkannya kecuali ajaran yang datang dari
syariat Islaam.
Allooh SWT berfirman:
"Dan tidaklah patut bagi
laki-laki yang Mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang Mu'min, apabila
Allooh dan Rosul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka
pilihan (yang lain) tentang urusan mereka."
(QS. Al Ahzab: 36)
Artinya, bagi seorang muslim
tidak ada pilihan lain kecuali Kitabullooh (Al Qur'an) dan Sunnah Rosul.
Dan Mu’min sendiri adalah
mereka yang berhukum kepada Rosul Allooh SWT dalam seluruh persoalannya, dan ia
menerima secara total keputsan Rosul, tanpa ragu-ragu sedikitpun.
Allooh SWT berfirman:
"Maka demi Tuhanmu,
mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim
terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam
hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya."
(QS. An Nisaa: 65).
Dalam Al Qur'an surat An Nur
ayat 51, Allooh SWT juga menfirmankan hal serupa.
Lawan dari penerima’an di
atas adalah penolakan atau pembangkangan,yaitu membangkang dan berpaling dari
ajaran-ajaran Rosulullooh SAW dengan hatinya, sehingga ia tidak ridho dan tidak
menerima ajaran-ajaran tersebut.
Allooh menggambarkan orang-orang
seperti itu dalam ayat berikut ini:
"Dan barang siapa
berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang
sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam ke ada’an
buta".
Berkatalah ia:
"Ya Tuhanku, mengapa
Engkau menghimpunkan aku dalam ke ada’an buta, padahal aku dahulunya adalah
seorang yang melihat?"
Allooh berfirman:
"Demikianlah, telah
datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada
hari ini kamupun di lupakan".
(QS. Thoha: 124-126)
7.Ketundukan Pernyata’an syahadat harus di iringi
dengan ketundukan.
Ketundukan yaitu tunduk dan
menyerahkan diri kepada Allooh dan Rosul-Nya secara lahiriyah.
Artinya, kita harus
mengamalkan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya.
Perbeda’an antara
"penerima’an" (yang sudah di jelaskan di atas) dengan
"ketundukan" yaitu bahwa penerima’an merupakan pekerja’an hati,
sedangkan ketundukan pekerja’an fisik.
Dalam suatu hadits, di nyatakan:
Dari Abi Muhammad Abdillah
bin 'Amr bin Al 'Ash RA, berkata, Rosulullooh SAW bersabda:
"Tidaklah beriman salah
seorang di antara kalian, sehingga hawa nafsunya tunduk kepada ajaran yang aku
bawa."
Oleh karena itu, setiap Muslim
yang bersyahadat selalu siap melaksanakan ajaran Islaam yang merupakan aplikasi
syahadatain.
Ia bertekad dan menentukan
agarkan hukum dan undang-undang Allooh SWT berlaku pada dirinya, keluarganya,
maupun masyarakatnya,dengan kata lain, seseorang yang mengucapkan syahadat,
berarti dia juga harus mengaplikasikannya dalam amal sholeh, dan Allooh akan
membalasnya dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. Allooh
SWT berfirman:
"Barang siapa yang
mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam ke ada’an
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik
[839] dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."
(QS. An Nahl : 16)
Lawan dari ketundukan adalah
pengingkaran, yaitu tidak mau melakukan apa yang di perintahkan Allooh atau
sebaliknya, justru mengerjakan apa yang di larang-Nya.
Seseorang yang bersyahadat
adalah orang-orang yang tunduk dan taat kepada Allooh,setiap muslim yang telah
memenuhi syarat-syarat syahadat di atas, maka akan timbul di dalam dirinya
sikap rela dan ridho untuk di atur oleh Allooh SWT, Rosulullooh, dan Islaam,
dalam kehidupan mereka sehari-hari, dan dalam setiap keadaan.
Apabila seluruh penduduk Muslim
di Timur Tengah di kumpulkan menjadi satu, jumlahnya masih lebih banyak
Indonesia.
Kebanyakan masih kurang
memahami apa itu Islaam, bahkan tidak memahami dua kalimat syahadat, kalimat
yang sangat penting dalam agama ini ,sedikit banyak telah ada beberapa salah
persepsi mengenai dua kalimat syahadat,padahal bila kita salah dalam memahami
dua kalimat syahadat ini, bisa di pastikan dalam melaksanakan ibadah
selanjutnya akan ada kesalahan di sana sini.
Apalagi mengucapkan dua
kalimat syahadat adalah bagian dari rukun Islaam yang pertama,untuk itu marilah
kita kaji kembali, mengapa dua kalimat syahadat ini begitu penting.
Syahadatain (dua kalimat
syahadat) menjadi penting karena merupakan asas dan dasar bagi rukun Islaam
lainnya, dan menjadi tiang untuk rukun Iiman dan dien.
Lebih detailnya lagi, ada
beberapa hal yang menyebabkannya menjadi penting, yaitu karena:
1. Syahadah adalah pintu
masuk ke dalam Islaam
2. Syahadah adalah intisari
ajaran Islaam
3. Syahadah adalah
dasar-dasar perubahan menyeluruh
4. Syahadah adalah hakikat
da'wah para Rosul
5. Syahadah adalah keutamaan
yang besar
1. Pintu masuk ke dalam Islaam
Sahnya Iiman seseorang adalah dengan menyatakan syahadatain. Tanpa mengucapkan
kalimat ini, maka amal yang di kerjakana bagaikan abu, atau fatamorgana yang
terlihat tapi tidak ada.
Dalam Al Qur'an Allooh
menyebutkannya bagaikan debu yang berterbangan, walaupun amal yang di lakukan
adalah amal yang baik sekalipun, namun tidak di dasari oleh syahadat.
"Dan Kami hadapi segala
amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang
berterbangan."
(QS. Al Furqan[25]: 23)
Allooh menjadikan amal mereka
bagaikan debu yang berterbangan karena mereka tidak beriman.
Dengan demikian jelaslah
bahwa syahadatain ini menjadi pembeda manusia, mana yang Muslim dan mana yang
kafir.
2. Intisari ajaran Islam
Syahadah juga merupakan intisari dari ajaran Islaam.
Artinya, pemahaman seorang
muslim terhadap agamanya (Islaam), tergantung kepada pemahaman dia tentang
syahadatain itu sendiri.
Paling tidak ada tiga prinsip
dalam kalimat syahadatain ini:
1. Pernyata’an Laa ilaaha ilallooh merupakan penerima’an penghambaan atau
ibadah kepada Allooh SWT saja.
Melaksanakan minhajillah
(sistem/aturan Allooh SWT) merupakan ibadah kepada-Nya.
2. Menyebut "Muhammad Rosulullooh" merupakan dasar bahwa
penerima’an cara penghambaan itu dari Muhammad SAW.
Jadi, Rosulullooh merupakan
teladan dan ikutan dalam mengikuti minhajillah.
3. Penghambaan kepada Allooh
SWT meliputi segala aspek kehidupan, ia mengatur hubungan manusia dengan Allooh
SWT, dengan dirinya sendiri, dan dengan masyarakatnya.
3. Dasar-dasar Perubahan
Total Syahadatain merupakan dasar yang dapat merubah seorang manusia dalam
aspek keyakinannya, pemikirannya, maupun jalan hidupnya.
Perubahan di sini meliputi
berbagai aspek kehidupan manusia secara individu atau masyarakat.
Umat terdahulu langsung
berubah ketika menerima kalimat syahadatain ini,sehingga mereka yang tadinya
bodoh (jahiliyah) menjadi pandai, yang kufur menjadi beriman, yang sesat
mendapat hidayah, dsb.
Artinya, syahadatain selain
dapat merubah individu, juga mampu merubah sebuah masyarakat, misalnya yang
tadinya saling bermusuhan dapat berubah menjadi masyarakat yang bersaudara di
jalan Allooh.
Contohnya adalah masyarakat
Mekkah ketika zaman Rosulullooh, ketika sebelum di utusnya Rosulullooh SAW,
masyarakat Mekkah ketika itu adalah masyarakat yang jahil, banyak melakukan
maksiat, suka mengkubur hidup-hidup anak perempuan mereka, menyembah berhala,
dsb.
Namun ketika Rosulullooh di utus
membawa risalah dengan syahadatainnya, maka masyarakat Mekkah dapat berubah
menjadi masyarakat yang penuh hidayah, menjauhi maksiat, tidak menyembah
berhala, dll.
3. Hakikat Da'wah Para Rosul Syahadah juga merupakan hakikat da'wah para
Rosul,setiap Rosul semenjak Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW, membawa misi
da'wah yang sama, yaitu Laa ilaaha ilallooh (syahadah).
Da'wah mereka senantiasa
membawa dan mengarahkan umatnya kepada pengabdian kepada Allooh SWT saja.
4. Ke utama’an yang Besar Yang terakhir yang menyebabkan syahadah itu
penting adalah karena syahadah itu sendiri merupakan ke utama’an yang besar.
Banyak ganjaran dan pahala
yang di berikan oleh Allooh SWT dan di janjikan oleh Nabi Muhammad SAW, dan
syahadah ini sendiri dapat menghindarkan kita dari neraka.
Dalam Hadits di katakana:
"Allooh SWT akan
menghindarkan neraka bagi mereka yang menyebut kalimat syahadah." Atau
dalam hadits lain, Rosulullooh SAW bersabda:
"Dua perkara yang pasti,
kata Rosulullooh SAW.
Maka seorang sahabat
bertanya:
"Apakah perkara itu ya
Rosulullooh?"
Rosulullooh SAW menjawab:
"Barang siapa yang mati
dalam ke ada’an tidak menyekutukan Allooh dengan sesuatu, ia tetap masuk
surga."
(HR. Ahmad).
Demikianlah kelima hal yang
menyebabkan syahadatain ini menjadi sangat penting.
Semoga setelah memahami hal
ini, kita semakin termotivasi untuk lebih jauh memahami apa itu Syahadatain,
apa itu Islaam.
Yang pada akhirnya,
memudahkan kita dalam beribadah kepada Allooh SWT.
Aamiin.
Syahadat yang Di terima Allooh
SWT Hudzaifah - Sebagai seorang muslim, tentu harus senantiasa mempertahankan
diri agar keimanan kita tetap terjaga,dengan kata lain, kita harus berusaha
untuk menjaga kalimat syahadatain yang kita ucapkan dari kondisi kendor (futur)
atau melemah.
Lebih jauh lagi, kalimat Laa
ilaaha illallooh tidak mungkin kita aplikasikan kecuali dengan dua hal, yaitu
terpenuhinya syarat-syarat syahadatain, dan tidak adanya hal-hal yang
membatalkan syahadatain.
Untuk itu, kita perlu
mengetahui apa saja syarat-syaratnya agar kalimat syahadatain kita dapat di
terima Allooh SWT, dan hal-hal apa saja yang dapat membatalkannya.
Artikel ini mencoba mengupas
yang pertama, yaitu syarat-syarat di terimanya syahadat.
Untuk bagian yang kedua,
insya Allooh akan di kupas pada artikel lain.
Syarat Syahadatain
"Syarat" adalah sesuatu yang tanpa keberada’annya, maka yang di syaratkannya
itu tidak sempurna atau tidak dapat terealisasi.
Jadi, jika kita mengucapkan
dua kalimat syahadat tanpa memenuhi syarat-syaratnya, bisa di katakan syahadat
itu tidak sah.
Syarat syahadatain itu
sendiri ada tujuh, yaitu:
1. Pengetahuan (lawan dari
kebodohan)
2. Ke yakinan (lawan dari
keragu-raguan)
3. Ke ikhlashan (lawan dari
kemusyrikan)
4. Ke jujuran (lawan dari
kebohongan)
5. Ke cintaan (lawan dari
kebencian)
6. Penerima’an (lawan dari
penolakan)
7. Ke tundukan (lawan dari
pengingkaran) 1. Pengetahuan Manusia yang menyatakan sesuatu, tentu harus
mengetahui dan memahami dahulu apa yang dia ucapkan, begitu juga dengan
syahadatain.
Seseorang yang bersyahadat,
harus memiliki pengetahuan tentang syahadatnya.
Dia wajib memahami isi dari
dua kalimat yang dia nyatakan itu, serta bersedia menerima konsekuensi
ucapannya.
Orang-orang yang bodoh
(jahil) tentang makna syahadatain, tidak mungkin dapat mengamalkannya.
Contohnya yaitu dalam kalimat
Laa ilaaha illallooh.
Kita harus pahami bahwa
kalimat ini mencakup dua dimensi, yaitu penafikan (Laa ilaaha = tiada ilah) dan
penetapan (illallah = selain Allooh).
Artinya, kita harus
mengetahui bahwa dimensi penafikan di sini berarti penolakan terhadap semua
sembahan selain Allooh, dan dimensi penetapan dalam kalimat ini adalah
penetapan bahwa haq Uluhiyah (keTuhanan / yang di sembah) hanya bagi Allooh
semata.
Allooh SWT berfirman:
"Maka ketahuilah bahwa
tiada Tuhan selain Allooh."
(QS. Muhammad: 19)
Allooh SWT juga menfirmankan
hal serupa dalam ayat lain, antara lain di Al Qur'an surat Ali Imron ayat :18.
Lawan dari pengetahuan ini
adalah ketidaktahuan akan makna syahadat (kebodohan).
Mempelajari hal ini merupakan
salah satu kunci mendapatkan rahmat dari Allooh dan mendapatkan kebaikan.
Dalam suatu hadits,
Rosulullooh SAW bersabda:
"Barang siapa meninggal,
sedang ia mengetahui bahwa tidak ada Tuhan yang di sembah kecuali Allooh, ia
masuk surga."
(Hadits, dalam As Shohih di riwayatkan
dari Usman RA.)
2. Keyakinan Keyakinan di
sini berarti mengetahui dengan sempurna makna dari syahadat tanpa sedikitpun
keraguan terhadap makna tersebut.
Artinya, seseorang yang
bersyahadat mesti meyakini ucapannya dengan makna yang sebenarnya, tanpa ragu
sedikitpun.
Dalam Al Qur'an Allooh
berfirman:
"Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allooh
dan Rosul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad)
dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allooh.
Mereka itulah orang-orang
yang benar."
(QS. Al Hujurat: 15).
Artinya, lawan dari keyakinan
adalah keraguan.
Keyakinan akan membawa
seseorang kepada keistiqomahan, sedangkan keraguan akan menimbulkan
kemunafikan.
Dalam Hadits, juga di nyatakan
sebagai berikut:
Dari Abu Hurairoh RA Rosulullooh
SAW bersabda:
"Aku bersaksi bahwa
tidak ada Tuhan selain Allooh.
“Tidak ada seorang hamba yang
bertemu dengan Allooh dengan dua kalimat ini dan tidak ragu tentang
kedua-duanya, kecuali masuk surga."
(HR. Muslim)
3. Ke ikhlashan Istilah
"ke ikhlashan" di ambil dari kata "susu murni" (al laban al
kholish), yang maksudnya tidak lagi di campuri kotoran yang merusak kemurnian
dan kejernihannya.
Artinya, ikhlash berarti
bersihnya hati dari segala sesuatu yang bertentangan dengan makna syahadat.
Dengan demikian, ucapan
syahadat mesti diiringi dengan niat yang ikhlash, Lillahi Ta'ala.
Ucapan yang bercampur dengan
riya' atau kecenderungan tertentu tidak akan di terima Allooh SWT.
Allooh SWT berfirman:
"Padahal mereka tidak di
suruh kecuali supaya menyembah Allooh dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya
dalam (menjalankan) agama yang lurus..."
(QS. Al Bayinah : 5)
Syahadat sendiri merupakan
bagian dari ibadah, oleh karena itu harus di lakukan dengan ikhlash.
Dan ikhlash, merupakan lawan
dari kemusyrikan, setiap perbuatan yang mengandung kemusyrikan, maka akan
menghapus amal perbuatan itu sendiri.
Dan orang yang melakukannya
menderita kerugian, karena pekerjaannya sia-sia tidak bermakna.
Dan tidak ikhlash juga
berarti mengadakan tandingan-tandingan selain Allooh SWT selain tuhannya.
Allooh SWT berfirman:
"Dan sesungguhnya telah
di wahyukan kepadamu dan kepada (Nabi-Nabi) yang sebelummu.
"Jika kamu
mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu
termasuk orang-orang yang merugi."
(QS. Az Zumar : 39).
5. Kejujuran Dalam hal ini, kejujuran adalah bahwa "lahirnya"
tidak boleh menyalahi "bathinnya".
Keduanya harus saling sesuai
dan sejalan, yaitu antara lahir dan bathinnya, antara ilmu dan amalnya, antara
apa yang ada di dalam hatinya dengan apa yang di kerjakan oleh raganya.
Oleh karena itulah pernyataan
syahadat harus di nyatakan dengan lisan, di yakini dalam hati, lalu di aktualisasikan
dalam amal perbuatan. Rosulullooh SAW bersabda:
"Siapa yang mengucapkan:
"Tiada Tuhan selain
Allooh" dengan jujur dalam hatinya, maka ia akan masuk surga."
(HR. Bukhori).
Allooh SWT berfirman:
"Orang-orang yang
beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik),
mereka itulah yang mendapat ke amanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk."
(QS. Al An'am: 82)
Lawan dari sikap ini adalah
kebohongan yang melahirkan kemunafikan, yaitu menampakan sesuatu yang
sebenarnya tak ada dalam hatinya.
Atau bahwa ia menyimpan
kekufuran dalam batinnya, tetapi menampakkan Iiman dalam lisan dan raganya.
Kejujuran dan kemunafikan
diuji melalui coba’an.
Cobaan ini akan menjadi
seleksi bagi seseorang.
Sejarah menunjukkan bahwa
cobaan merupakan cara untuk mengetahui siapa yang betul-betul berjuang di jalan
Allooh, dan siapa yang tidak bersungguh-sungguh berjuang.
Dalam hal ini, Allooh SWT
berfirman:
"Di antara orang-orang
mu'min itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada
Allooh; maka di antara mereka ada yang gugur.
Dan di antara mereka ada
(pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya)."
(QS. Al Ahzab : 33)
6. Ke cinta’an kecinta’an dalam hal ini yaitu mencintai Allooh dan Rosul-Nya.
Dan juga mencintai
orang-orang yang beriman.
"...Adapun orang-orang
yang beriman amat sangat cintanya kepada Allooh..."
(QS. Al Baqarah : 165)
Cinta kepada Allooh SWT yang
teramat sangat, merupakan sifat utama orang yang beriman. Mereka juga membenci
apa saja yang di benci oleh Allooh SWT.
Cinta juga berarti rasa suka
yang dapat melapangkan dada, ia merupakan Ruh dari ibadah, sedangkan
syahadatain merupakan ibadah yang paling utama.
Dengan rasa cinta ini, segala
perintah dan larangan akan terasa ringan, tuntutan dari syahadatain akan terasa
ringan.
Seseorang yang beriman, akan
melimpahkan cintanya terlebih dahulu kepada Allooh SWT, Rosul-Nya, dan jihad,
sebelum mencintai yang lainnya.
"Katakanlah:
"Jika bapak-bapak,
anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekaya’an
yang kamu usahakan, perniaga’an yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat
tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allooh dan Rosul-Nya dan
dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allooh mendatangkan
keputusan-Nya".
Dan Allooh tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasik."
(QS. At Taubah: 9)
Dan jika seseorang ingin
merasakan manisnya iman, maka ada baiknya pahami hadits berikut ini:
Tiga hal, yang barang siapa
dalam dirinya ada ketiganya, akan mendapatkan manisnya Iiman
Bila Allooh dan Rosul-Nya
lebih ia cintai daripada selain keduanya
Bila seseorang mencintai
seseorang yang lain, ia tidak mencintainya kecuali karena Allooh;
Dan apabila ia tidak ingin
kembali kepada kekafiran setelah Allooh menyelamatkan dirinya dari kekufuran
itu sebagaimana ia tidak ingin di jebloskan ke dalam neraka."
(HR. Bukhori).
Cinta itu juga harus di sertai
amarah.
Yaitu kemarahan terhadap
segala sesuatu yang bertentangan dengan syahadat, atau dengan kata lain, semua
ilmu dan amal yang menyalahi sunnah Rosulullooh SAW.
Selain itu ia juga murka
terhadap para pelaku atau pembawa ajaran dengan segala ilmu dan amal yang
mereka bawa.
Rosulullooh SAW bersabda:
"Ikatan Iiman yang terkuat
adalah cinta karena Allooh dan marah karena Allooh."
(HR. Thobroni dari Ikrimah
dan Ibnu Abbas).
Lawan dari kecinta’an adalah kebencian.
7. Penerima’an Penerima’an di sini yaitu kerendahan dan ketundukan, serta
penerima’an hati terhadap segala sesuatu yang datang dari Allooh dan Rosul-Nya.
Dan hal ini harus membuahkan
ke ta’atan dan ibadah kepada Allooh SWT, dengan jalan meyakini bahwa tak ada
yang dapat menunjuki dan menyelamatkannya kecuali ajaran yang datang dari
syariat Islaam.
Allooh SWT berfirman:
"Dan tidaklah patut bagi
laki-laki yang Mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang Mu'min, apabila
Allooh dan Rosul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka
pilihan (yang lain) tentang urusan mereka."
(QS. Al Ahzab: 36)
Artinya, bagi seorang Muslim
tidak ada pilihan lain kecuali Kitabullooh (Al Qur'an) dan Sunnah Rosul.
Dan Mu’min sendiri adalah
mereka yang berhukum kepada Rosul Allooh SWT dalam seluruh persoalannya, dan ia
menerima secara total keputsan Rosul, tanpa ragu-ragu sedikitpun. Allooh SWT
berfirman:
"Maka demi Tuhanmu,
mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim
terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam
hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya."
(QS. An Nisaa: 65).
Dalam Al Qur'an surat An Nur
ayat 51.
Allooh SWT juga menfirmankan
hal serupa.
Lawan dari penerima’an di
atas adalah penolakan atau pembangkangan.
Yaitu membangkang dan
berpaling dari ajaran-ajaran Rosulullooh SAW dengan hatinya, sehingga ia tidak
Ridho dan tidak menerima ajaran-ajaran tersebut.
Allooh menggambarkan
orang-orang seperti itu dalam ayat berikut ini:
"Dan barang siapa
berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang
sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan
buta".
Berkatalah ia:
"Ya Tuhanku, mengapa
Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah
seorang yang melihat?"
Allah berfirman:
"Demikianlah, telah
datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada
hari ini kamupun di lupakan"."
(QS. Thoha: 124-126)
8. Ketundukan Pernyata’an syahadat harus di iringi dengan ketundukan.
Ketundukan yaitu tunduk dan
menyerahkan diri kepada Allooh dan Rosul-Nya secara lahiriyah. Artinya, kita
harus mengamalkan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya.
Perbeda’an antara
"penerima’an" (yang sudah di jelaskan di atas) dengan
"ketundukan" yaitu bahwa penerimaan merupakan pekerjaan hati,
sedangkan ketundukan pekerjaan fisik.
Dalam suatu hadits, di nyatakan:
Dari Abi Muhammad Abdillah
bin 'Amr bin Al 'Ash RA, berkata,
Rosulullooh SAW bersabda:
"Tidaklah beriman salah
seorang di antara kalian, sehingga hawa nafsunya tunduk kepada ajaran yang aku
bawa."
Oleh karena itu, setiap
muslim yang bersyahadat selalu siap melaksanakan ajaran Islam yang merupakan
aplikasi syahadatain.
Ia bertekad dan menentukan
agarkan hukum dan undang-undang Allooh SWT berlaku pada dirinya, keluarganya,
maupun masyarakatnya.
Dengan kata lain, seseorang
yang mengucapkan syahadat, berarti dia juga harus mengaplikasikannya dalam amal
sholeh.
Dan Allooh akan membalasnya
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. Allooh SWT
berfirman:
"Barang siapa yang
mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam ke ada’an
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik
[839] dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."
(QS. An Nahl : 16)
Lawan dari ketundukan adalah pengingkaran,
yaitu tidak mau melakukan apa yang di perintahkan Allooh atau sebaliknya,
justru mengerjakan apa yang dilarang-Nya.
Seseorang yang bersyahadat
adalah orang-orang yang tunduk dan taat kepada Allooh.
Setiap Muslim yang telah
memenuhi syarat-syarat syahadat di atas, maka akan timbul di dalam dirinya
sikap rela dan Ridho untuk di atur oleh Allah SWT, Rasulullah, dan Islam, dalam
ke hidupan mereka sehari-hari, dan dalam setiap ke ada’an.
Apabila seluruh penduduk
muslim di Timur Tengah di kumpulkan menjadi satu, jumlahnya masih lebih banyak
Indonesia.
Namun dengan jumlah muslim
yang besar ini, kebanyakan dari mereka belum memahami benar agama yang di
anutnya sendiri.
Kebanyakan masih kurang
memahami apa itu Islaam, bahkan tidak memahami dua kalimat syahadat, kalimat
yang sangat penting dalam agama ini Sedikit banyak telah ada beberapa salah
persepsi mengenai dua kalimat syahadat,padahal bila kita salah dalam memahami
dua kalimat syahadat ini, bisa di pastikan dalam melaksanakan ibadah
selanjutnya akan ada kesalahan di sana sini.
Apalagi mengucapkan dua
kalimat syahadat adalah bagian dari rukun Islaam yang pertama,untuk itu marilah
kita kaji kembali, mengapa dua kalimat syahadat ini begitu penting.
Syahadatain (dua kalimat
syahadat) menjadi penting karena merupakan asas dan dasar bagi rukun Islaam
lainnya, dan menjadi tiang untuk rukun Iiman dan dien.
Syahadatain merupakan Ruh,
inti dan landasan seluruh ajaran Islaam.
Oleh karena itu syahadah
menjadi sangat penting.
Lebih detailnya lagi, ada
beberapa hal yang menyebabkannya menjadi penting, yaitu karena:
1. Syahadah adalah pintu
masuk ke dalam Islaam 2. Syahadah adalah intisari ajaran Islaam
3. Syahadah adalah
dasar-dasar perubahan menyeluruh
4. Syahadah adalah hakikat
da'wah para Rosul
5. Syahadah adalah ke utama’an
yang besar
1. Pintu masuk ke dalam Islam
Sahnya Iiman seseorang adalah dengan menyatakan syahadatain.
Tanpa mengucapkan kalimat
ini, maka amal yang di kerjakana bagaikan abu, atau fatamorgana yang terlihat
tapi tidak ada.
Dalam Al Qur'an Allooh
menyebutkannya bagaikan debu yang berterbangan, walaupun amal yang dilakukan
adalah amal yang baik sekalipun, namun tidak didasari oleh syahadat.
"Dan Kami hadapi segala
amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang
berterbangan."
(QS. Al Furqon[25]: 23)
Allooh menjadikan amal mereka
bagaikan debu yang berterbangan karena mereka tidak beriman.
Dengan demikian jelaslah
bahwa syahadatain ini menjadi pembeda manusia, mana yang Muslim dan mana yang
kafir.
2. Intisari ajaran Islaam
Syahadah juga merupakan intisari dari ajaran Islaam.
Artinya, pemahaman seorang
muslim terhadap agamanya (Islaam), tergantung kepada pemahaman dia tentang
syahadatain itu sendiri. Paling tidak ada tiga prinsip dalam kalimat
syahadatain ini:
1. Pernyata’an Laa ilaaha ilallooh merupakan penerima’an penghamba’an atau
ibadah kepada Allooh SWT saja.
Melaksanakan minhajillah
(sistem/aturan Allooh SWT) merupakan ibadah kepada-Nya.
2. Menyebut "Muhammad Rosulullooh" merupakan dasar bahwa
penerima’an cara penghambaan itu dari Muhammad SAW.
Jadi, Rosulullooh merupakan
teladan dan ikutan dalam mengikuti minhajillah.
3. Penghamba’an kepada Allah
SWT meliputi segala aspek kehidupan, ia mengatur hubungan manusia dengan Allooh
SWT, dengan dirinya sendiri, dan dengan masyarakatnya.
3. Dasar-dasar Perubahan Total
Syahadatain merupakan dasar yang dapat merubah seorang manusia dalam aspek
keyakinannya, pemikirannya, maupun jalan hidupnya.
Perubahan di sini
meliputi berbagai aspek kehidupan manusia secara individu atau masyarakat.
Umat terdahulu langsung berubah ketika menerima kalimat
syahadatain ini.
Sehingga mereka yang tadinya bodoh (jahiliyah) menjadi
pandai, yang kufur menjadi beriman, yang sesat mendapat hidayah, dsb.
Artinya, syahadatain selain dapat merubah individu, juga
mampu merubah sebuah masyarakat, misalnya yang tadinya saling bermusuhan dapat
berubah menjadi masyarakat yang bersaudara di jalan Allooh.
Contohnya adalah masyarakat Mekkah ketika zaman Rosulullooh.
Ketika sebelum di utusnya Rosulullooh SAW, masyarakat
Mekkah ketika itu adalah masyarakat yang jahil, banyak melakukan maksiat, suka
mengkubur hidup-hidup anak perempuan mereka, menyembah berhala, dsb. Namun
ketika Rosulullooh di utus membawa risalah dengan syahadatainnya, maka
masyarakat Mekkah dapat berubah menjadi masyarakat yang penuh hidayah, menjauhi
maksiat, tidak menyembah berhala, dll.
4. Hakikat Da'wah Para Rosul Syahadah juga merupakan
hakikat da'wah para Rosul, setiap Rasul semenjak Nabi Adam AS hingga Nabi
Muhammad SAW, membawa misi da'wah yang sama, yaitu Laa ilaaha ilallooh
(syahadah). Da'wah mereka senantiasa membawa dan mengarahkan umatnya kepada
pengabdian kepada Allooh SWT saja.
5. Ke utamaan yang Besar Yang terakhir yang menyebabkan
syahadah itu penting adalah karena syahadah itu sendiri merupakan ke utama’an
yang besar.
Banyak ganjaran dan pahala yang di berikan oleh Allooh SWT
dan di janjikan oleh Nabi Muhammad SAW.
Dan syahadah ini sendiri dapat menghindarkan kita dari
neraka.
Dalam Hadits di katakana:
"Allah SWT akan menghindarkan neraka bagi mereka yang
menyebut kalimat syahadah."
Atau dalam hadits lain, Rosulullooh SAW bersabda:
"Dua perkara yang pasti, kata Rosulullooh SAW.
Maka seorang sahabat bertanya:
"Apakah perkara itu ya Rosulullooh?"
Rosulullooh SAW menjawab:
"Barang siapa yang mati dalam ke ada’an tidak
menyekutukan Allooh dengan sesuatu, ia tetap masuk surga."
(HR. Ahmad).
Demikianlah kelima hal yang menyebabkan syahadatain ini
menjadi sangat penting.
Semoga setelah memahami hal ini, kita semakin termotivasi
untuk lebih jauh memahami apa itu Syahadatain, apa itu Islam.
Yang pada akhirnya, memudahkan kita dalam beribadah kepada
Allooh SWT.
Aamiin.
-
Syahadat sunda buhun Rupi_rupi syahadat sunda Buhun nu nga-Esa-keun ayana Dzat Allooh anu aya dina kasumedangan sareng kasunda’a...
-
2 RENUNGAN BBR77 Hirup kudu daek di ajar Ngarah lamph teu ksasar Sok atuh lobakeun istigfar Ulah poho hirup kudu sabar. ...