10.Kisah Nabi Ya’kub As.
A. Pendahuluan
Yakub (bahasa
Ibrani: יַעֲקֹב , Standar Yaʿaqov Tiberias Yaʿăqōḇ ; Ya’akov; bahasa Arab: یعقوب Yaʿqūb, bahasa Ge’ez
Yaʿiqob), kemudian namanya di ganti
menjadi Israel (bahasa Ibrani: רָאֵל
,יִשְ ׂ
Standar Yisraʾel
Tiberias Yiśrāʾēl; bahasa Arab اسرائیل , Isrāʾīl;
bahasa Ge’ez Israʾēl) adalah kakek moyang ke-3 bangsa
Israel seperti yang di catat di dalam Alkitab Ibrani atau
Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Anak dari Ishak dan Ribka; cucu dari Abraham dan Sara.
Abang kembarnya bernama Esau, ia memainkan peranan penting dalam sejumlah
kejadian di dalam Kitab Kejadian dan anak-anaknya menjadi leluhur ke-12 suku
Israel.
1. Yakub menurut Yahudi dan Kristen;
Nama Yakub biasa di sebut bersama-sama dengan Ishak, ayahnya, dan
Abraham, kakeknya.
Ketika Allooh menyatakan diri-Nya kepada Musa dalam semak belukar
yang terbakar di tanah Midian, Allooh mengatakan:
“Beginilah kau katakan kepada orang Israel: YAHWEH (tetragramat on
YHWH, YEHUWA), Allooh nenek moyangmu, Allooh Abraham, Allooh Ishak
dan Allooh Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya
dan itulah sebutan-Ku turun-temurun.
[1] Namun demikian, dalam tradisi Yahudi dan Kristen Yakub adalah
tokoh yang kontroversial.
Namanya sendiri, Yakub dalam bahasa Ibrani berarti penipu,tidak
mengherankan apabila tingkah-lakunya penuh dengan muslihat .
Kitab Kejadian melukiskan bahwa bahkan sejak di dalam kandungan
ibunya, Yakub telah berseteru dengan Esau, kembarnya yang sulung.
[2] Setelah semakin besar, Yakub dan Esau memperlihatkan pribadi
yang bertolak belakang pula, Yakub lebih suka tinggal di kemah bersama orang tuanya,
sementara Esau lebih suka berburu,Yakub menjadi anak kesayangan ibunya, Ribka,
sementara Esau di sayangi ayahnya, Ishak.
2. Yakub Menurut Islaam;
Ya’akub (sekit ar 1837-1690 SM) ialah salah seorang Rosul yang di
tugaskan berda’wah kepada Bani Isro’il di Syam,ia di angkat menjadi
Nabi pada t ahun 1750 SM dan Namanya di sebutkan sebanyak di sebutkan
sebanyak 16 kali dan memiliki 12 anak.ia wafat di Alkhalil
Hebron Palest ina.
B. Kisah Nabi Ya’kub As;
Nabi Ya’akub adalah putera dari Nabi Ishaq bin Ibrohim sedang ibunya adalah anak
saudara dari Nabi Ibrahim, bernama Rifqoh bint i A’zar. Ishaq mempunyai anak
kembar, satu Ya’akub dan satu lagi bernama Ishu.
Antara kedua saudara kembar ini tidak terdapat suasana rukun dan
damai serta tidak ada menaruh kasih-sayang satu terhadap yang lain bahkan Ishu
mendendam dengki dan iri hati terhadap Ya’qub saudara kembarnya yang memang di manjakan
dan lebih di sayangi serta di cintai oleh ibunya.
Hubungan mereka yang renggang dan tidak akrab itu makin buruk dan
tegang setelah di ketahui oleh Ishu bahwa Ya’qublah yang di ajukan oleh ibunya
ketika ayahnya minta kedatangan anakanaknya untuk di berkahi dan di do’akan,
sedangkan dia tidak di beritahu dan karenanya tidak mendapat kesempat an seperti
Ya’qub memperoleh berkah dan do’a ayahnya, Nabi Ishaq.
Melihat sikap saudaranya yang bersikap kaku dan dingin dan
mendengar kata_kata sindirannya yang timbul dari rasa dengki dan iri hati,
bahkan ia selalu di ancam.
Maka,datanglah Ya’qub kepada ayahnya mengadukan sikap permusuhan
itu.
Ya’akub berkata mengeluh :
”Wahai ayahku! Tolonglah berikan fikiran kepadaku, bagaimana harus
aku menghadapi saudaraku Ishu yang membenciku mendendam dengki kepadaku dan
selalu menyindirku dengan kata-kata yang menyakitkan hatiku, sehinggakan
menjadi hubungan persaudara’an kami berdua renggang dan tegang, tidak ada
saling cinta mencintai dan saling sayang-menyayangi.
Dia marah karena ayah memberkati dan mendo’akan aku agar aku
memperolehi keturunan sholeh, rezeqi yang mudah dan kehidupan yang makmur serta
kemewahan .
Dia menyombongkan diri dengan kedua orang isterinya dari suku Kan’aan
dan mengancam bahwa anak-anaknya dari kedua isteri itu akan menjadi saingan
berat bagi anak_anakku kelak di dalam pencarian dan penghidupan dan macam-macam
ancaman lain yang mencemas dan menyesakkan hatiku.
“Tolonglah ayah berikan aku fikiran bagaimana aku dapat mengatasi
masalah ini serta mengatasinya dengan cara kekeluarga’an.
Berkata Nabi Ishaq yang memang sudah merasa kesal hati melihat
hubungan kedua puteranya yang makin hari makin meruncing:
”Wahai anakku, karena umurku yang sudah lanjut aku tidak dapat
menengahi kamu berdua.
“Ubanku sudah menutupi seluruh kepalaku, badanku sudah membongkok,
raut mukaku sudah berkerut dan aku sudah berada di ambang pintu perpisahan dari
kamu dan meninggalkan dunia yang fana ini.
“Aku khuatir bila aku sudah menutup usia,gangguan saudaramu Ishu
kepadamu akan makin meningkat dan ia secara terbuka akan memusuhimu, berusaha
mencari kecelaka’anmu dan kebinasa’anmu,ia dalam usahanya memusuhimu akan
mendapat sokongan dan pertolongan dan saudara-saudara iparnya yang berpengaruh
dan
berwibawa di negeri ini.
“Maka jalan yang terbaik bagimu, menurut f ikiranku,
engkau harus pergi meninggalkan negeri ini dan berhijrah engkau ke
Fadan A’raam di daerah Iraq, di mana bapa saudaramu yaitu saudara ibumu, Laban
bin Batu;il.
“Engkau dapat mengharap di kawinkan kepada salah seorang puterinya.
“Oleh karena dengan demikian , menjadi kuatlah kedudukan sosialmu,
agar di segani dan di hormati orang karena kedudukan mertuamu yang menonjol di
mata masyarkat .
“Pergilah engkau ke sana dengan iringan do’a dari padaku.
“Semoga Allooh memberkati perjalananmu, memberi rezeqi murah dan
mudah serta kehidupan yang tenang dan tenteram.
Nasehat dan anjuran si ayah mendapat tempat dalam hati Ya’akub.
Melihat dalam anjuran ayahnya jalan keluar yang di kehendaki dari krisis
hubungan persaudara’an antaranya dan Ishu, dengan mengikuti saranan itu, dia
akan dapat bertemu dengan bapa saudaranya dan anggota-anggota keluarganya dari
pihak ibunya .
Ya’akub segera berkemas-kemas dan membungkus barang_barang
yang di perlukan dalam perjalanan dan dengan hati yang terharu
serta
air mata yang tergenang di matanya ia meminta kepada ayahnya dan
ibunya ketika akan meninggalkan rumah.
1. Ya’qub tiba di Iraq;
Dengan melalui jalan pasir dan Sahara yang luas dengan panas
mataharinya yang terik dan angin samumnya {panas} yang membakar
kulit , Ya’qub meneruskan perjalanan seorang diri, menuju ke Fadan
A’ram di mana bapa saudaranya Laban tinggal.
Dalam perjalanan yang jauh itu ,ia sesekali berhenti beristirehat
bila merasa letih dan lesu ,dan dalam salah satu tempat perhentiannya ia
berhenti karena sudah sangat letih,lalu tertidurlah Ya’akub di bawah teduhan
sebuah batu karang yang besar .
Dalam tidurnya yang nyenyak, ia mendapat mimpi bahwa ia di kurniakan
rezeqi yang luas, penghidupan yang aman damai, keluarga dan anak
cucu yang sholeh dan bakti sert a keraja’an yang besar dan makmur.
Terbangunlah Ya’akub dari tidurnya, mengusapkan matanya menoleh ke
kanan dan ke kiri dan sdarlah ia bahawa apa yang di lihatnya
hanyalah
sebuah mimpi namun ia percaya bahwa mimpinya itu akan menjadi
kenyata’an di kemudian hari sesuia dengan do’a ayahnya yang masih
tetap mendengung di telinganya,dengan di peroleh mimpi itu ,ia
merasa
segala letih yang di timbulkan oleh perjalanannya menjadi hilang
seolah_olah ia memperoleh tenaga baru dan bertambahlah semangat nya untuk secepat
mungkin tiba di tempat yang di tuju dan menemui sanak saudaranya dari pihak
ibunya.
Tiba pada akhirnya, Ya’akub di depan pintu gerbang kota Fadan
A’ram.
Setelah berhari-hari siang dan malam menempuh perjalanan yang
membosankan tiada yang di lihat selain dari langit di atas dan
pasir di
bawah.
Alangkah lega hatinya ketika ia mulai melihat binat ang-binat ang
Pelihara’an berkeliaran di atas ladang-ladang rumput
,burung-burung
berterbangan di udara yang cerah dan para penduduk kota berhilir
mundir mencari naf kah dan keperluan hidup masing-masing.
Sesampainya di salah satu persimpangan jalan, dia berhenti sebentar
bertanya salah seorang penduduk di mana letaknya rumah saudara
ibunya Laban barada.
Laban seorang kaya-raya yang kenama’an pemilik dari suatu perusaha’an
perternakan yang terbesar di kota itu tidak sukar bagi seseorang untuk
menemukan alamat nya.
Penduduk yang di tanyanya itu segera menunjuk ke arah seorang
gadis cantik yang sedang menggembala kambing seraya berkata kepada Ya’akub:
”Kebetulan sekali, itulah dia anak perempuan Laban, Rahil, yang akan
dapat membawa kamu ke rumah ayahnya”.
Dengan hati yang berdebar, pergilah Ya’akub menghampiri seorang
gadis ayu dan cantik itu, lalu dengan suara yang terputus-putus
seakan_akan ada sesuatu yang mengikat lidahnya ,Ya’akub mengenalkan diri,bahwa
ia adalah saudara sepupunya sendiri.
Rifqoh ibunya, saudara kandung dari ayah si gadis itu, Laban,di terangkan
lagi kepada Rahil,tujuannya datang ke Fadam A’raam dari Kan’aan.
Mendengar kata-kata Ya’akub yang bertujuan hendak menemui ayahnya,
Laban, dan untuk menyampaikan pesanan(Ishaq).
Maka, dengan senang hati, sikap yang ramah, muka yang manis ,
Rahil (anak gadis Laban) mempersilakan Ya’akub mengikutinya balik ke rumah untuk
menemui ayahnya ,Laban,yaitu bapa saudara Ya’akub.
Setelah berjumpa, lalu berpeluk-pelukanlah dengan mesranya Laban
dengan Ya’akub, tanda kegembiraan masing-masing.
Pertemuan yang tidak di sangka-sangka itu dan mencetuskan air mata
bagi kedua-dua mereka, mengalirlah air mata oleh rasa terharu dan suka_cita.
Laban bin Batu’il, menyediakan tempat dan bilik khas untuk anak
saudaranya itu,Ya’akub yang tiada bedanya dengan tempat-tempat anak kandungnya sendiri,
dengan senang hatilah Ya’akub tinggal di rumah Laban seperti rumah sendiri.
Setelah selang beberapa waktu tinggal di rumah Laban , Ya’akub
menyampaikan pesanan ayahnya (Ishaq), agar Ishaq dan Laban menjadi
besan, dengan mengahwinkannya kepada salah seorang dari puteri_puterinya.
Pesanan tersebut di terima oleh Laban, dia setuju akan mengawinkan
Ya’akub dengan salah seorang puterinya,sebagai mas kawin, Ya’akub harus
memberikan tenaga kerjanya di dalam perusaha’an penternakan bakal mentuanya
selama tujuh tahun.
Ya’akub setuju dengan syarat -syarat yang di kemukakan oleh Laban.
Bekerjalah Ya’akub sebagai seorang pengurus perusaha’an penternakan terbesar di
kota Fadan A’raam itu.
Tujuh tahun telah di lalui oleh Ya’qub sebagai pekerja dalam
perusaha’an penternakan Laban.
Ya’akub menagih janji bapa saudaranya, untuk di jadikan sebagai
anak menantunya,Laban menawarkan kepada Ya’akub, agar menyunting puterinya yang
bernama Laiya sebagai isteri.
Ya’akub menginginkan Rahil adik Laiya, karena Rahil lebih cantik
dan
lebih ayu dari Laiya.
Ya’akub menyatakan hasrat untuk berkawin dengan Rahil, bukan
Laiya. Laban mengerti ke inginan Ya’akub, namun hasrat itu di tolak karena
mengikut adat mereka, kakak harus di kawinkan dahulu dari adiknya. Laban yang tidak
mau mengecewakan hati Ya’akub, lalu menyuarakan pendapat , agar menerima Laiya
sebagai isteri pertama.
Bagi mengawini Rahil, syarat yang sama juga di beri kepada
Ya’akub,
sebelum Ya’akub dapat memiliki Rahil.
Ya’akub yang sangat hormat kepada bapa saudaranya dan merasa
berhutang budi kepadanya yang telah menerimanya di rumah sebagai
keluarga sendiri.
Malah, Laban melayaninya dengan baik dan menganggapnya seperti
anak kandungnya sendiri.
Lalu, Ya’akub tidak dapat berbuat apa-apa selain menerima cadangan
bapa saudaranya itu.
Perkahwinan dengan Laiya di laksanakan, dan perjanjian untuk
mengawini Rahil di tanda tangani.
Begitu masa tujuh tahun kedua berakhir di kawinkanlah Ya’qub
dengan
Rahil gadis yang sangat di cintainya dan selalu di kenang sejak
pertemuan pertamanya tatkala ia masuk kota Fadan A’raam,dengan demikian Nabi Ya’qub
beristerikan dua wanita bersaudara, kakak dan adik, hal mana menurut syari’at
dan peraturan yang berlaku pada waqtu tidak terlarang.
Akan tetapi, syari’at ini di haramkan oleh Muhammad s.a.w.
Laban memberi hadiah seorang hamba sahaya untuk menjadi pembantu
rumah tangga kepada setiap satu anak perempuannya, Laiya dan
Rahil.
Dan dari kedua isterinya serta kedua hamba sahayanya itu Ya’qub
di kurniai dua belas anak, di antaraya Yusuf dan Binyamin dari ibu
Rahil.
2. Kisah Ya’qub di dalam Al-Qur’an;
Kisah Ya’qub tidak terdapat dalam Al-Qur’an secara tersendiri,
namun
Di sebut -sebut nama Ya’qub dalam hubungannya dengan Ibrahim,
Yusuf dan Nabi lainnya.
Bahan kisah ini adalah bersumberkan dari kitab-kitab tafsir dan
buku-buku sejarah.
Walloohu A’lam.
_______/|\______
¨¨¨¨¨¨¨˜°♥°˜¨¨¨¨¨¨
SALAAM
SILIWANGI