18.Kisah Nabi Sulaiman As.
A. Mukaddimah
Sulaiman (bahasa
Arab: سلیمان ; bahasa Ibrani: לֹמֹה שְ ׁ ; bahasa Ibrani Standar:
Šəlomo; bahasa Ibrani Tiberia: Šəlōmōh, bermakna “damai”) (sekitar 975-935 SM) merupakan
seorang raja Israel, dan anak Raja Daud. Namanya di sebut kan sebanyak 27 kali
di dalam Al-Quran.
Sejak kecil ia telah menunjukkan kecerdasan dan ketajaman
pikirannya.
Ia di angkat menjadi Nabi pada tahun 970 SM.
Ia wafat di Rahbaam, Baitul Maqdis-Palestina. Sulaiman di agungkan
sebagai salah satu dari empat raja yang berhasil menaklukkan sebagian besar
bumi,di antaranya adalah Dzul Qarnain, Bukhtanasar dan Namrudz.
B. Kisah Nabi Sulaiman;
Nabi Sulaiman adalah
salah seorang putera Nabi Daud,sejak ia masih kanak_kanak berusia sebelas
tahun, ia sudah menampakkan tanda-tanda kecerdasan, ketajaman otak, kepandaian
berfikir serta ketelitian di dalam mempertimbangkan dan mengambil sesuatu keputusan.
Nabi Sulaiman Raja Dari Segala Makhluq;
Allooh SWT mengangkatnya sebagai Nabi dan Rosul,setelah Sulaiman cukup
umur dan ayahandanya wafat , Sulaiman di angkat menjadi raja di keraja’an
Isro’il,ia berkuasa tak hanya atas Manusia, namun juga atas
binatang dan makhluk halus seperti jin dan lain-lain.
Baginda dapat memahami bahasa semua binatang Istana Nabi Sulaiman
sangat indah di bangun dengan gotong royong manusia, binatang dan jin.
Dindingnya terbuat dari batu pualam, tiang dan pintunya dari emas
dan tembaga, atapnya dari perak, hiasan dan ukirannya dari mutiara dan intan,
berlian, pasir di taman di taburi mutiara,dan sebagainya.
Nabi Sulaiman Seorang Yang Bijaksana;
Sewaqtu Daud, ayahnya menduduki tahta keraja’an Bani Isro’il ia
selalu mendampinginnya dalam tiap-tiap sidang peradilan yang di adakan untuk menangani
perkara-perkara perselisihan dan sengketa yang terjadi di dalam masyarakat,ia
memang sengaja di bawa oleh Daud, ayahnya menghadiri sidang-sidang peradilan
serta menyekutuinya di dalam menangani urusan-urusan keraja’an untuk melatihnya
serta
menyiapkannya sebagai putera mahkota yang akan menggantikanya memimpin
keraja’an, bila tiba sa’atnya ia harus memenuhi panggilan Ilahi meninggalkan
dunia yang fana ini,dan memang Sulaimanlah yang terpandai di antara sesama
saudara yang bahkan lebih tua usia dari padanya.
Suatu peristiwa yang menunjukkan kecerdasan dan ketajaman otaknya yaitu
terjadi pada salah satu sidang peradilan yang ia turut menghadirinya ,dalam
persidangan itu dua orang datang mengadu meminta Nabi Daud mengadili perkara
sengketa mereka, yaitu bahwa kebun tanaman salah seorang dari ke dua lelaki itu
telah di masuki oleh
kambing-kambing ternak kawannya di waqtu malam yang mengakibatkan rusak
binasanya pekarangannya yang sudah di rawatnya begitu lama sehingga mendekati
masa menuainya.
Kawan yang di adukan itu mengakui kebenaran pengaduan kawannya dan
bahwa memang hewan ternakan nyalah yang merusak-binasakan kebun dan pekarangan kawannya
itu.
Dalam perkara sengketa tersebut , Daud memutuskan bahwa sebagai ganti
rugi yang di deritai oleh pemilik kebun akibat pengrusakan kambing_kambing pelihara’an
tetangganya, maka pemilik kambing-kambing itu harus menyerahkan binatang
pelihara’annya kepada pemilik kebun sebagai ganti rugi yang di sebabkan oleh
kecerobohannya menjaga binatang ternakannya.
Akan tetapi Sulaiman yang mendengar keputusan itu yang di jatuhkan
oleh ayahnya itu yang di rasa kurang tepat berkata kepada si
ayah:
“Wahai ayahku, menurut pertimbanganku keputusan itu sepatut
berbunyi sedemikian :
“Kepada pemilik pekarangan yang telah binasa tanamannya di
serahkanlah hewan ternak jirannya untuk di pelihara,di ambil hasilnya dan di manfa’at
kan bagi keperluannya, sedang perarangannya yang telah binasa itu di serahkan
kepada tetangganya pemilik peternakan untuk di pugar dan di rawatnya sampai
kembali kepada ke ada’an asalnya,kemudian masing-masing menerima kembali miliknya,
sehingga dengan cara demikian masing-masing pihak tidak ada yang mendapat ke
untungan atau kerugian lebih daripada yang sepatutnya.”
Kuputusan yang di usulkan oleh Sulaiman itu di terima baik oleh
kedua orang yang menggugat dan di gugat dan di sambut oleh para orang yang menghadiri
sidang dengan rasa kagum terhadap kecerdasan dan kepandaian Sulaiman yang
walaupun masih muda usianya telah menunjukkan kematangan berfikir dan
keberanian melahirkan pendapat walaupun tidak sesuai dengan pendapat ayahnya.
Peristiwa ini merupakan permula’an dari sejarah hidup Nabi
Sulaiman
yang penuh dengan mu’jizat keNabian dan kurnia Allooh yang di limpahkan
kepadanya dan kepada ayahnya Nabi Daud.
Nabi Sulaiman Menduduki Tahta Keraja’an Ayahnya;
Sejak masih berusia muda Sulaiman telah di siapkan oleh Daud untuk
menggantikannya untuk menduduki tahta singgahsana keraja’an Bani Isro’il.
Abang Sulaiman yang bernama Absyalum tidak merelakan dirinya di
langkahi oleh adiknya ,ia beranggapan bahwa dialah yang sepatutnya
menjadi putera mahkota dan bukan adiknya yang lebih lemah
fizikalnya dan lebih muda usianya serta belum banyak mempunyai pengalaman hidup
seperti dia.
Karenanya ia menaruh dendam terhadap ayahnya yang menurut
anggapannya tidak berlaku adil dan telah memperkosa haknya sebagai pewaris pertama
dari tahta keraja’an Bani Isro’il.
Absyalum berketetapan hati akan memberotak terhadap ayahnya dan akan
berjuang bermati-matian untuk merebut kekuasa’an dari tangan
ayahnya atau adiknya apa pun yang harus ia korbankan untuk
mencapai tujuan itu dan sebagai persiapan bagi rancangan pemberontakannya itu,
dari jauh-jauh ia berusaha mendekati rakyat , menunjukkan kasih sayang dan cintanya
kepada mereka menolong menyelesaikan masalah_masalah yang mereka hadapi serta
mempersatukan mereka di bawah pengaruh dan pimpinannya,ia tidak jarang bagi
memperluaskan pengaruhnya, berdiri di depan pintu istana mencegat orang-orang
yang datang ingin menghadap raja dan di tanganinya sendiri masalah-masalah yang
mereka minta penyelesaian.
Setelah merasa bahwa pengaruhnya sudah meluas di kalangan rakyat Bani
Isro’il dan bahwa ia telah berhasil memikat hati sebagian besar dari mereka,
Absyalum menganggap bahwa sa’atnya telah tiba untuk melaksanakan rencana
rampasan kuasa dan mengambil alih kekuasa’an dari tangan ayahnya dengan
paksa,lalu ia menyebarkan mata-matanya
ke seluruh pelosok negeri menghasut rakyat dan memberi tanda
kepada penyokong-penyokong rencananya, bahwa bila mereka mendengar suara bunyi
terompet , maka haruslah mereka segera berkumpul,
mengerumuninya kemudian mengumumkan pengangkatannya sebagai raja
Bani Isro’il menggantikan Daud ayahnya.
Syahdan pada suatu pagi hari di kala Daud duduk di serambi istana berbincang-bincang
dengan para pembesar dan para penasehat
pemerintahannya, terdengarlah suara bergemuruh rakyat
bersorak-sorai meneriakkan pengangkatan Absyalum sebagai raja Bani Isro’il menggantikan
Daud yang di tuntut turun dari tahtanya.
Ke ada’an kota menjadi kacau-bilau di landa huru-hara ke amanan
tidak terkendalikan dan perkelahian terjadi di mana-mana antara orang yang pro
dan yang kontra dengan kekuasa’an Absyalum.
Nabi Daud merasa sedih melihat keributan dan kekacauan yang
melanda negerinya, akibat perbuatan puterannya sendiri,namun ia berusaha menguasai
emosinya dan menahan diri dari perbuatan dan tindakan yang dapat menambah
parahnya ke ada’an,ia mengambil keputusan untuk menghindari pertumpahan darah
yang tidak di inginkan, keluar meninggalkan istana dan lari bersama-sama
pekerjanya menyeberang sungai Jordan menuju bukit Zaitun dan begitu Daud keluar
meninggalkan kota Jerusalem, masuklah Absyalum di iringi oleh para pengikutnya
ke kota dan segera menduduki istana keraja’an. Sementara Nabi Daud melakukan
istikhoroh dan munajat kepada Tuhan di atas bukit Zaitun memohon taufiq dan
pertolongan-Nya agar menyelamatkan keraja’an dan negaranya dari malapetaka dan
keruntuhan akibat perbuatan puteranya yang durhaka itu.
Setelah mengadakan istikhoroh dan munajat yang tekun kepada Allooh,akhirnya
Daud mengambil keputusan untuk segera mengadakan kontra aksi terhadap puteranya
dan di kirimkanlah sepasukan tentara dari para
pengikutnya yang masih setia kepadanya ke Jerusalem untuk merebut kembali
istana keraja’an Bani Isro’il dari tangan Absyalum.
Beliau berpesan kepada komandan pasukannya yang akan menyerang dan
menyerbu istana, agar bertindak bijaksana dan sedapat mungkin menghindari pertumpahan
darah dan pembunuhan yang tidak perlu,
teristimewa mengenai Absyalum, puteranya, ia berpesan agar di
selamatkan jiwanya dan di tangkapnya hidup-hidup,akan tetapi taqdir
telah menentukan lain daripada apa yang si ayah inginkan bagi puteranya.
Komandan yang berhasil menyerbu istana tidak dapat berbuat lain
kecuali membunuh Absyalum yang melawan dan enggan menyerahkan diri setelah ia
terkurung dan terkepung.
Dengan terbunuhnya Absyalum kembalilah Daud menduduki tahtanya dan
kembalilah ketenangan meliputi kota Jerusalem sebagaimana sediakala dan setelah
menduduki tahta keraja’an Bani Isro’il selama empat puluh tahun wafatlah Nabi
Daud dalam usia yang lanjut dan di nobat kanlah sebagai pewarisnya Sulaiman
sebagaimana telah di wasiatkan oleh ayahnya.
Kekuasa’an Nabi Sulaiman Meliputi Jin dan Makhluk
Lain;
Nabi Sulaiman yang telah berkuasa penuh atas keraja’an Bani Isro’il
yang makin meluas dan melebar, Allooh telah menundukkan baginya makhluk_makhluk
lain, yaitu Jin angin dan burung-burung yang kesemuanya berada di bawah perintahnya
melakukan apa yang di kehendakinya dan melaksanakan segala komandonya.
Di samping itu Allooh memberinya pula suatu kurnia berupa
mengalirnya cairan tembaga dari bawah tanah untuk di manfa’at kannya bagi karya
pembangunan gedung-gedung, perbuatan piring-piring sebesar kolam air,
periuk-periuk yang tetap berada di atas tungku yang di kerjakan oleh pasukan
Jin-Nya.
Ia juga dapat menundukkan jin dan angin, sehingga dapat di suruh melakukan
apa saja sebagai salah satu mu’jizat yang di berikan oleh Allooh kepada
Sulaiman ialah kesanggupan beliau menangkap maksud yang terkandung dalam suara
binatang-binatang dan sebaliknya binatang-binat ang dapat pula mengerti apa
yang ia perintahkan dan ucapkan.
Demikianlah maka tatkala Nabi Sulaiman berpergian dalam rombongan kafilah
yang besar terdiri dari manusia, Jin dan binatang-binatang lain,menuju ke
sebuah tempat bernama Asgalan ia melalui sebuah lembah
yang di sebut lembah semut .
Di situ ia mendengar se’ekor semut berkata kepada kawan-kawannya:
“Hai semut -semut , masuklah kamu semuanya ke dalam sarangmu, agar
supaya kamu selamat dan tidak menjadi binasa di injak oleh Sulaiman dan
tentaranya tanpa ia sadar dan sengaja.
Nabi Sulaiman tersenyum tertawa mendengar suara semut yang ketakutan
itu,ia memberitahu hal itu kepada para pengikutnya seraya bersyukur kepada
Allooh atas kurnia-Nya yang menjadikan ia dapat mendengar serta menangkap
maksud yang terkandung dalam suara semut itu,ia merasa takjub bahwa binatang
pun mengerti bahwa Nabi Nabi Allooh tidak akan mengganggu sesuatu makhluk
dengan sengaja dan dalam ke ada’an sadar.
Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis;
Setelah Nabi Sulaiman membangunkan Baitul maqdis dan melakukan ibadah
haji sesuai dengan nadzarnya pergilah ia meneruskan perjalannya ke Yeman,setibanya
di San’a – ibu kota Yeman ,ia memanggil burung hud-hud sejenis burung pelatuk
untuk di suruh mencari sumber air di tempat yang kering tandus itu.
Ternyata bahwa burung hud-hud yang di panggilnya itu tidak berada
di antara kawasan burung yang selalu berada di tempat untuk melakukan tugas dan
perintah Nabi Sulaiman.
Nabi Sulaiman marah dan mengancam akan mengajar burung Hud-hud yang
tidak hadir itu bila ia datang tanpa alasan dan uzdur yang nyata.
Berkata burung Hud-hud yang hinggap di depan Sulaiman sambil menundukkan
kepala ketakutan:
“Aku telah melakukan penerbangan pengintaian dan menemukan sesuatu
yang sangat penting untuk di ketahui oleh paduka Tuan.
“Aku telah menemukan sebuah keraja’an yang besar dan mewah di
negeri Saba yang di kuasai dan di perintah oleh seorang Ratu.
“Aku melihat seorang Ratu itu duduk di atas sebuah tahta yang
megah bertaburkan permata yang berkilauan.
“Aku melihat Ratu dan rakyanya tidak mengenal Tuhan Pencipta alam
semesta yang telah mengurniakan mereka kenikmatan dan kebahagia’an hidup.
“Mereka tidak menyembah dan sujud kepada-Nya, tetapi kepada matahari.
“Mereka bersujud kepadanya di kala terbit dan terbenam.
“Mereka telah di sesatkan oleh syaithon dari jalan yang lurus dan
benar.”
Berkata Sulaiman kepada Hud-hud:
“Baiklah, kali ini aku ampuni dosamu karena berita yang engkau bawakan
ini yang aku anggap penting untuk di perhatikan dan untuk mengesahkan kebenaran
beritamu itu, bawalah suratku ini ke Saba dan lemparkanlah ke dalam istana Ratu
yang engkau maksudkan itu, kemudian kembalilah secepat -cepatnya, sambil kami menanti
perkembangan selanjutnya bagaimana jawaban Ratu Saba atas suratku ini.”
Hud-hud terbang kembali menuju Saba dan setibanya di atas istana
Keraja’an Saba di lemparkanlah surat Nabi Sulaiman tepat di depan
Ratu Balqis yang sedang duduk dengan megah di atas tahtanya,ia terkejut melihat
sepucuk surat jatuh dari udara tepat di depan wajahnya,ia lalu mengangkat
kepalanya melihat ke atas, ingin mengetahui dari manakah surat itu datang dan
siapakah yang secara kurang hormat melemparkannya tepat di depannya.
Kemudian di ambillah surat itu oleh Ratu, di buka dan baca isinya
yang berbunyi:
“Dengan Nama Allooh Yang Maha Pengasih lagi Penyayang, surat ini
adalah daripadaku, Sulaiman.
“Janganlah kamu bersikap sombong terhadapku dan menganggap dirimu
lebih tinggi daripadaku.
“Datanglah sekalian kepadaku berserah diri.”
Setelah di bacanya berulang kali surat Nabi Sulaiman Ratu Balqis memanggil
para pembesarnya dan para penasihat keraja’an berkumpul untuk memusyawarahkan tindakan
apa yang harus di ambil sehubungan dengan surat Nabi Sulaiman yang di terimanya
itu.
Berkatalah para pembesar itu ketika di minta pertimbangannya:
“Wahai paduka Tuan Ratu, kami adalah putera-putera yang di besarkan
dan di didik untuk berperang dan bertempur dan bukan untuk menjadi ahli pemikir
atau perancang yang patut memberi pertimbangan atau nasehat kepadamu.
“Kami menyerahkan kepadamu untuk mengambil keputusan yang akan
membawa kebaikan bagi keraja’an dan kami akan tunduk dan melaksanakan segala
perintah dan keputusanmu tanpa ragu.
“Kami tidak akan gentar menghadapi segala ancaman dari mana pun
datangnya demi menjaga keselamatanmu dan keselamatan keraja’anmu.
Ratu Balqis menjawab:
“Aku memperoleh kesan dari uraianmu bahwa kamu mengutamakan cara kekerasan
dan kalau perlu kamu tidak akan gentar masuk medan perang melawan musuh yang
akan menyerbu.
“Aku sangat berterima kasih atas kesetia’anmu kepada keraja’an dan
kesedia’anmu menyabung nyawa untuk menjaga keselamatanku dan keselamatan
keraja’anku.
“Akan tetapi aku tidak sependirian dengan kamu sekalian.
“Menurut pertimbanganku, lebih bijaksana bila kami menempuh jalan
damai dan menghindari cara kekerasan dan peperangan.
“Sebab bila kami menentang secara kekerasan dan sampai terjadi
perang dan musuh kami berhasil menyerbu masuk kota-kota kami, maka niscaya akan
berakibat kerusakan dan kehancuran yang sangat menyedihkan.
“Mereka akan menghancur binasakan segala bangunan,memperhambakan rakyat
dan merampas segala harta milik dan peninggalan nenek moyang kami.
“Hal yang demikian itu adalah merupakan akibat yang wajar dari tiap
peperangan yang di alami oleh sejarah Manusia dari masa ke masa. “Maka
menghadapi surat Sulaiman yang mengandung ancaman itu, aku akan coba melunakkan
hatinya dengan mengirimkan sebuah hadiah keraja’an yang akan terdiri dari
barang-barang yang berharga dan bermutu tinggi yang dapat mempesonakan hatinya
dan menyilaukan matanya dan aku akan melihat bagaimana ia memberi tanggapan dan
reaksi terhadap hadiahku itu dan bagaimana ia menerima utusanku di istananya.
Selagi Ratu Balgis siap-siap mengatur hadiah keraja’an yang akan
di kirim kepada Sulaiman dan memilih orang-orang yang akan menjadi utusan keraja’an
membawa hadiah, tibalah hinggap di depan Nabi Sulaiman burung pengintai Hud-hud
memberitakan kepadanya rancangan Balqis untuk mengirim utusan membawa hadiah
baginya sebagai jawaban atas surat beliau kepadanya.
Setelah mendengar berita yang di bawa oleh Hud-hud itu, Nabi
Sulaiman mengatur rencana penerima’an utusan Ratu Balqis dan memerintahkan kepada
pasukan Jinnya agar menyediakan dan membangunkan sebuah bangunan yang megah
yang tiada taranya yang akan menyilaukan mata perutusan Balqis bila mereka tiba.
Tatkala perutusan Ratu Balqis datang, di terimalah mereka dengan ramah
tamah oleh Sulaiman dan setelah mendengar uraian mereka tentang maksud dan
tujuan kedatangan mereka dengan hadiah keraja’an yang di bawanya, berkatalah
Nabi Sulaiman:
“Kembalilah kamu dengan hadiah-hadiah ini kepada Ratumu.
“Katakanlah kepadanya bahwa Allooh telah memberiku rezeqi dan
kekaya’an yang melimpah ruah dan mengurniaiku dengan kurnia dan nikmat yang tidak
di berikannya kepada seseorang daripada makhluk-Nya.
“Di samping itu aku telah di utuskan sebagai Nabi dan Rosul-Nya
dan di anugerahi keraja’an yang luas yang kekuasa’anku tidak saja berlaku atas
Manusia tetapi mencakup juga jenis makhluk Jin dan binatang-binatang.
“Maka bagaimana aku akan dapat di bujuk dengan harta benda dan
hadiah serupa ini?
“Aku tidak dapat di lalaikan dari kewajiban da’wah keNabianku oleh
harta benda dan emas walaupun sepenuh bumi ini.
“Kamu telah di silaukan oleh benda dan kemegahan duniawi, sehingga
kamu memandang besar hadiah yang kamu bawakan ini dan mengira bahwa akan
tersilaulah mata kami dengan hadiah Ratumu.
“Pulanglah kamu kembali dan sampaikanlah kepadanya bahwa kami akan
mengirimkan bala tentara yang sangat kuat yang tidak akan terkalahkan ke negeri
Saba dan akan mengeluarkan Ratumu dan pengikut -pengikutnya dari negerinya
sebagai- orang-orang yang hina-dina yang kehilangan keraja’an dan kebesarannya,
jika ia tidak segera memenuhi tuntutanku dan datang berserah diri kepadaku.
Perutusan Balqis kembali melaporkan kepada Ratunya apa yang mereka
alami dan apa yang telah di ucapkan oleh Nabi Sulaiman.
Balqis berfikir,jalan yang terbaik untuk menyelamatkan diri dan
keraja’annya ialah menyerah saja kepada tuntutan Sulaiman dan datang menghadap
dia di istananya.
Nabi Sulaiman berhasrat akan menunjukkan kepada Ratu Balqis bahwa ia
memiliki kekuasa’an ghaib di samping kekuasa’an lahirnya dan bahwa apa yang dia
telah ancamkan melalui rombongan perutusan bukanlah ancaman yang kosong.
Maka bertanyalah beliau kepada pasukan Jinnya;
“Siapakah di antara mereka yang sanggup mendatangkan tahta Ratu Balqis
sebelum orangnya datang berserah diri.
Berkata Ifrit ,seorang Jin yang tercerdik:
“Aku sanggup membawa tahta itu dari istana Ratu Balqis sebelum
engkau sempat berdiri dari tempat dudukimu.
“Aku adalah pesuruhmu yang kuat dan dapat di percayai.
Seorang lain yang mempunyai ilmu dan hikmah nyeletuk berkata:
“Aku akan membawa tahta itu
ke sini sebelum engkau sempat memejamkan matamu.
Ketika Nabi Sulaiman melihat tahta Balqis sudah berada di depannya,berkatalah
ia:
“Ini adalah salah satu kurnia Tuhan kepadaku untuk mencoba apakah
aku bersyukur atas kurnia-Nya itu atau mengingkari-Nya, karena barang siapa
bersyukur maka itu adalah semata-mata untuk kebaikan dirinya sendiri dan barang
siapa mengingkari nikmat dan kurnia Allooh, ia akan rugi di dunia dan di
akhirat dan sesungguhnya Allooh Maha Kaya lagi Maha Mulia.”
Menyonsong kedatangan Ratu Balqis, Nabi Sulaiman memerintahkan orang-orangnya
agar mengubah sedikit bentuk dan warna tahta Ratu itu yang sudah berada di
depannya kemudian setelah Ratu itu tiba berserta
pengiring-pengiringnya, bertanyalah Nabi Sulaiman seraya menundingkan
kepada tahtanya:
“Serupa inikah tahtamu?”
Balqis menjawab:
“Seakan-akan ini adalah tahtaku sendiri.
Seraya bertanya_tanya dalam hatinya, bagaimana mungkin bahwa tahtanya
berada di sini padahal ia yaqin bahwa tahta itu berada di istana tatkala ia
bertolak meninggalkan Saba.
Selagi Balgis berada dalam ke ada’an kacau fikiran, keheranan
melihat tahta keraja’annya sudah berpindah ke istana Sulaiman, ia di bawa masuk
ke dalam sebuah ruangan yang sengaja di bangun untuk penerima’annya.
Lantai dan dinding-dindingnya terbuat dari kaca putih.
Balqis segera menyingkapkan pakaiannya ke atas betisnya ketika
berada dalam ruangan itu, mengira bahwa ia berada di atas sebuah kolam air yang
dapat membasahi tubuh dan pakaiannya.
Berkata Nabi Sulaiman kepadanya:
“Engkau tidak usah menyingkap pakaianmu.
“Engkau tidak berada di atas kolam air.
“Apa yang engkau lihat itu adalah kaca-kaca putih yang menjadi
lantai dan dinding ruangan ini.”
“Oh,Tuhanku…
Balqis berkata menyedari kelemahan dirinya terhadap kebesaran dan
kekuasa’an Tuhan yang di pertunjukkan oleh Nabi Sulaiman.
“Aku telah lama tersesat berpaling daripada-Mu, melalaikan nikmat
dan kurnia-Mu, merugikan dan menzdolimi diriku sendiri sehingga terjatuh dari
cahaya dan Rahmat -Mu.
“Ampunilah aku…
“Aku berserah diri kepada Sulaiman Nabi-Mu dengan ikhlash dan keyaqinan
penuh.
“Kasihanilah diriku wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang.
Demikianlah kisah Nabi Sulaiman dan Balqis Ratu Saba dan menurut sementara
ahli tafsir dan ahli sejarah Nabi-Nabi, bahwa Nabi Sulaiman pada akhirnya nikah
(kawin) dengan Balqis dan dari perkawinannya itu lahirlah seorang putera.
Menurut pengakuan Maha Raja Ethiopia Abessinia, mereka adalah keturunan
Nabi Sulaiman dari putera hasil perkawinannya dengan Balqis itu.
Wafatnya Nabi Sulaiman;
Al-Qur’an mengisahkan bahwa tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan
kematian Sulaiman kecuali anai-anai yang memakan tongkatnya yang ia sandar
kepadanya ketika Tuhan mengambil Rohnya.
Para Jin yang sedang mengerjakan bangunan atas perintahnya tidak mengetahui
bahwa Nabi Sulaiman telah mati kecuali setelah mereka
melihat Nabi Sulaiman tersungkur jatuh di atas lantai, akibat jatuhnya
tongkat sandarannya yang di makan oleh anai-anai.
Sekiranya para Jin sudah mengetahui sebelumnya, pasti mereka tidak
akan tetap meneruskan pekerja’an yang mereka anggap sebagai siksa’an yang menghinakan.
Berbagai cerita yang di kaitkan orang pada ayat yang mengisahkan matinya
Nabi Sulaiman, namun karena cerita-cerita itu tidak di tunjang di kuatkan oleh
sebuah hadits shohih yang muktamad, maka sebaiknya
kami berpegang saja dengan apa yang di kisahkan oleh Al-Qur’an dan
selanjutnya Alloohlah yang lebih Mengetahui dan kepada-Nya kami
berserah diri.
Kisah Nabi Sulaiman dapat di baca di dalam Al-Qur’an, surah
An-Naml ayat 15 sehingga ayat 44.
Walloohu A’lam.
_______/|\______
¨¨¨¨¨¨¨˜°♥°˜¨¨¨¨¨¨
SALAAM
SILIWANGI