Jumat, 06 September 2019

MARTABAT 7 ALAM




MARTABAT 7 ALAM
Firman Allooh Surat Al Mu’minun ayat17:
”Dan sesungguhnya Aku telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan (tujuh buah langit).
“Dan Aku tidaklah lengah terhadap cipta’an (Ku).
Ilmu tarekat menerangkan bahwa ke tujuh alam itu adalah:
1. Alam Ahadiat
2.Alam Wahdat
3. Alam Wahidat
4. Alam Arwah
5. Alam Ajsam
6. Alam Misal
7. Alam Insan Kamil.
Terbukti bahwa dunia ini di isi dengan Tujuh Hari, hakikatnya yaitu alam yang di atas, tegasnya alam yang tujuh itu adalah perjalanan “Allooh-Muhammad-Adam”.
Oleh sebab itu wajib di ketahui oleh kita.
Bila kita ingin menelusuri jalan kembali ke Asal, sedangkan kita tidak mengetahui dari sekarang jalan-jalannya dan barang-barangnya, pasti kita akan tersesat, tidak akan bisa kembali lagi ke Asal,karena kita tidak menemui lagi jalan ketika kita turun dari Ahirat ke Alam Dunia.
Tingkat I – Alam Ahadiat.
Alam ini adalah alam sebelum Allooh SWT menciptakan alam semesta, atau arasy, qursi, bumi dan langit, surga dan neraka.
Di sebut alam “Sajatining Suwung” (Kesunyian Sejati).
Martabat Yang Maha Suci, Dzat laesa kamislihi, Dzat yang tiada umpamanya.
Pada alam inilah timbulnya kalimat;
“Asyhadu” atau “Tasdied”.
Dari manakah timbulnya “Asyhadu” ini, dan apa yang menjadikan kalimat tersebut dan apa maksudnya?
Maka seperti apakah sehingga tiada umpamanya?
Apakah karena Maha Kuasa?
Atau karena Maha Agung?
Atau karena Maha Esa?
Jika karena Maha Kuasa, sedangkan pada masa itu belum ada cipta’an-Nya, karena yang di sebut Kuasa itu harus ada bukti dahulu cipta’annya, sedangkan di Alam Ahadiat itu jangankan Manusia, Akhirat dan Dunia pun belum ada.
Jika karena Maha Agung, sedangkan pada masa itu belum ada yang hina di Alam Ahadiat tadi, ada sebutan Agung bila sesudah ada yang di hinakan.
Jika karena Maha Esa, sedangkan pada masa itu cuma ada satu, sedangkan ada satu itu setelah ada yang banyak.
Bagaimana pengertiannya?
Agar dalil Dzat laesa kamislihi berlaku? Beginilah, jika setuju, sebabnya Alam Ahadiat di sebut alam Dzat laesa kamislihi artinya dzat yang tiada umpamanya, karena terlalu Suci, artinya bersih tidak ada sifat-sifat-Nya begitu pula nama-Nya.
Maka akan di umpamakan dengan apa jika tidak ada sifatnya?
Firman Allooh Surat Al Qoshosh ayat 75:
“Dan Aku datangkan dari tiap-tiap Umat seorang saksi, lalu Aku berkata;
“Tunjukkanlah bukti kebenaranmu”
Maka tahulah mereka bahwasanya yang haq itu kepunya’an Allooh dan lenyaplah dari mereka apa yang dahulunya mereka ada-adakan.
Maka di saksikan pula oleh dalil yang Maha Suci yaitu;
“Billa haefin
Artinya;
“Tak berwarna dan tak berupa, tidak merah tidak hitam, tidak gelap tidak pula terang.
“Billa makanin;
Artinya;
“Tidak berarah tidak bertempat, tidak di barat tidak di timur, tidak di utara maupun di selatan, tidak di atas maupun di bawah.
Begitulah keterangannya. tidak dapat di tunjukan di mana adanya, karena terburu oleh tidak dan bukan,karena terhalang oleh bukti.
Allooh menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak di sembah) melainkan daripada-Nya, Yang menegakkan ke adilan.
Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu).
Tak ada Tuhan (yang berhaq di sembah) melainkan daripada-Nya, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
[Q.S. Ali Imron, 3:18]
Apa sebabnya Allooh menciptakan Alam Ahadiat?
Karena sifat Allooh yang pemurah dan penyayang, Rohman dan Rohim.
Sifat Rohman dan Rohim hanya dapat di nyatakan dengan AMAL, amal itu adalah GERAKAN/PERBUATAN.
Manusia baru bisa di sebut mempunyai sifat MURAH bila ia mau memberi dengan hati yang rela dan ikhlash.
Memberi dalam artian “memberikan haq sendiri terhadap sesuatu hal yang di milikinya untuk menjadi milik yang menerima”.
Melepaskan hak terhadap sesuatu hal merupakan “amal lahir dan bathin”, karena hal yang demikian mengandung gerakan untuk menyampaikan atau melahirkan sesuatu hal dengan rela (lahir) dan ikhlash (bathin).
Manusia baru di sebut mempunyai sifat KASIH-SAYANG seumpamanya ia mencari dan memelihara hubungan erat dengan “kekasihnya”.
Mencari dan memelihara HUBUNGAN (TALI) berarti juga AMAL yang memerlukan suatu gerakan.
Allooh dengan sifat Rohman dan Rohim-Nya di mohonkan bergerak untuk mencipta.
Alam yang semula kosong dan gelap-gulita, pada suatu saat memperlihatkan suatu cahaya bulat yang bersinar, dari sana menjelma menjadi semesta alam, di mana secara bertahap di isi dengan “perhiasan-Nya”.
Surat Ya-si-n ayat 82 berbunyi:
Sesungguhnya perintah-Nya apabila Allooh menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:
“Jadilah!”
Maka jadilah ia.
Tingkat II – Alam Wahdat.
Alam ketika segala sesuatu belum terjadi dan belum menjadi wujud.
Ibaratnya sebuah pohon di mana akar, daun, batang, bunga dan buahnya masih berada dalam sebuah biji.
Martabat Sifat-Nya Yang Maha Suci, jadi di Alam Wahdat yang Dzat laesa kamislihi tadi menjadi Dzat Sifat, rupanya Terang Benderang, yaitu yang di sebut Johar Awal.
Johar artinya Terang
Awal artinya Pertama
Artinya;
“Yang Terdahulu Ada sebelum Bumi dan Langit apalagi manusia ada.
Johar Awal inilah yang di sebut Hakekat Muhammad.
Johar awal itu adalah Nur, Cahaya Yang Maha Suci,
Para Wali menyebutnya Segara Kehidupan atau Sajatining Syahadat (Syahadat Sejati), karena terpadunya antara Dzat dan Sifat atau Allooh dan Muhammad pada Hakikatnya.
Alam ini oleh sebagian ahli Tarekat di sebut SAJATINING QUBUR, atau QUBUR SAJATI.
Menurut bahasan Ulama’ terkenal Ibn Al-‘Arabi dalam kitab “Futuha”, halaman 151-155 menerangkan demikian:
Meanifestasi Tuhan yang pertama adalah berupa awan (embun) atau al-‘ama alhaba, yang di gambarkan juga sebagai “nafas Tuhan”, yang ada pada pangkuan-Nya, sebelum ada apa-apa yang di jadikan.
Awan tersebut belum nyata atau menjadi wujud, tapi juga tidak bisa “tidak ada”, jadi suasana dari kemungkinan untuk ada.
Awan ini di anggap sebagai unsur NEGATIF ketika Tuhan melaksanakan cipta’an-Nya, sedangkan Nur Ilahi yang bersinar itu adalah unsur POSITIF.
Oleh karena ada persenyawaan antara unsur Negatif dan unsur Positif, maka jadilah semua kenyata’an yang mengisi seluruh alam semesta”
Sebanyak-banyaknya jenis bentuk (wujud) yang tampak, tidak dapat di gambarkan oleh ungkapan bahasa, segala suatu asalnya SATU, yanitu DZAT ALLOOH.
Pada Surat Lukman ayat 27 di terangkan demikian:
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), di tambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (di tuliskan) kalimat Allooh.
“Sesungguhnya Allooh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Jangankan yang sudah menjadi wujud, yang belum jadi pun, yang masih berada di alam angan-angan, alam cita-cita manusia,Allooh pasti mengetahuinya.
Dia-lah Allooh, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Allooh berkehendak menuju langit, lalu di jadikan-Nya tujuh langit. Dan Allooh Maha Mengetahui segala sesuatu.
(Q.S. Al Baqoroh, 2:29)
Angan-angan ini pasti di ketahui Allooh SWT, angan-angan ini di sebut angan-angan abadi yang berada di Alam Wahdat, di ketahui-Nya selama berabad-abad sebelum keluar menjadi kenyata’an.
Angan-angan ini adalah SARI daripada kenyata’an, atau di sebut juga SIR.
Tiada satu hal pun yang lepas dan bebas dari hadirat Ilahi, tidak ada satupun yang lolos dari pengaruh-Nya atau berada di luar pengaruh-Nya, baik yang sudah tercipta maupun yang belum.
Semua kejadian terjadi dari pada angan-angan, oleh sebab itu angan-angan tadi di anggap seperti KENYATA’AN SEJATI, semua gambaran yang berada dalam angan-angan di sebut A’jan Tabita atau sari-pati yang pasti.
Surat Al An’am ayat 59 berbunyi demikian:
Dan pada sisi Allooh-lah kunci-kunci semua yang gaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Allooh sendiri, dan Allooh mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Allooh mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz).
Kitab Centini menerangkan alam angan-angan demikian:
“Tuhan itu seperti Ki Dalang, bersembunyi di dalam kegaibanhairat-Nya.
Dia menggerakan tanpa wayang, ceritranya selesai pada saatnya pagelaran wayang akan di mulai.
Ki Dalang menerima upahnya sebelum ada undangan pada sa’at ke ada’an sepi, kosong terdengarnya suara gamelan di ikuti oleh kegaduhan”
Keterangan dari paradoks-paradoks di atas demikian:
Sebelum alam semesta beserta isinya di ciptakan, Allooh sudah mengatur segala sesuatunya dalam “Intelek-Nya” (Lohmahfuz), semua cerita dan lakon sudah di susun rapih, semua sudah di gelarkan sebelum wayang datang, semua sudah di kisahkan sebelum manusia berada di alam dunia.
” dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz).”
Pada tempat yang begitu sepi dan kosong, belum ada manifestasi materi, yang bisa tersaksi adalah kegaduhan alam angan-angan, kesibukan yang sama kenyata’annya dengan di dunia.
Dan begitu wayang nampak di jagad raya, maka cerita dan lakonnya yang akan di gelar di alam angan-angan tadi TIDAK BISA DI RUBAH.
Angan-angan Allooh dapat menjelma dengan ke ada’an menurut dua jalan, langsung dan tidak langsung.
Surat Al Baqoroh ayat 255:
Allooh, tidak ada Tuhan (yang berhaq di sembah) melainkan Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunya’an-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allooh tanpa izin-Nya.
Allooh mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allooh melainkan apa yang di kehendaki-Nya.
Qursi Allooh meliputi langit dan bumi.
Dan Allooh tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allooh Maha Tinggi lagi Maha Besar.
Ke ada’an-ke ada’an yang jadi dengan tidak langsung dari angan-angan dan nantinya jadi kenyata’an yaitu semua ke ada’an yang di cipta oleh manusia.
Sebelum ciptaan manusia di bentuk dan menjelma seperti kenyata’an, maka cipta’an-cipta’an itu merupakan angan-angan yang bersembunyi di dalam alam angan-angan.
Angan-angan yang cocok dan seimbang dengan kehendaknya, di terima oleh “panca indera bathin” manusia, dan setelah meliwati BUDHI masuk ke Pusat AKAL yang akhirnya menjadi anasir PIKIRAN, dan di tambahkan kepada anasir-anasir pikiran yang terjadi dari tangkapan “panca indra-lahir”, dengan demikian manusia menciptakan sesuatu hal.
Jelasnya, LOGIKA yang formil, proses berpikir itu tunduk kepada hukum-hukum pikir, antara lain:
a. Hukum persama’an,
b. Hukum perlawanan,
c. Hukum dasar mencukupi.
Seandainya kita menganalisa proses berpikir yang paling sederhana, misalnya kita melihat sebuah QURSI, maka qursi tadi menjadi obyek pemikiran kita.
GAMBAR QURSI setelah meliwati penglihatan mata, masuk ke “pusat penglihatan”, baru kita dapat melihat qursi di maksud.
QURSI yang “sebenarnya” dan “GAMBAR QURSI” di dalam “pusat penglihatan” – otak merupakan DUA KENYATA’AN yang sangat berbeda.
QURSI yang di saksikan kita, yang di buat dari kayu dan GAMBAR QURSI yang ada di dalam otak, di susun dari DAYA ELEKTRIK HIDUP (bio-electron).
QURSI yang sebenarnya tersaksi oleh kita, terlihat dan bisa di raba, dengan GAMBAR QURSI yang ada di dalam otak adalah DUA KENYATA’AN yang bertentangan, yang pertama berupa benda (materi, konkrit) dan yang ke dua merupakan Ruh (abstract).
Oleh karena itu proses berpikir ini tunduk kepada “hukum perlawanan”.
GAMBAR QURSI yang di dalam otak tadi, pada sa’atnya akan masuk ke dalam alat-pikir kita yang sifatnya adalah Bathin, yaitu BUDHI (ratio), seperti juga “daya elektris hidup” (bio-electron) yang terdiri dari elektron-elektron bebas.
BUDHI yaitu alat-berpikir kita yang metaphisis (di atas tenaga akal), karenanya ke berada’anya pun di alam metaphisis, di antaranya alam angan-angan yang terdiri dari electron-electron bebas dan menjadi ANGAN-ANGAN ALLOOH.
QURSI yang di buat dari kayu, SEBELUM di bikin oleh tukang kau, yang memiliki Niat membuat qursi, lebih dahulu mempunyai ide (ANGAN-ANGAN), dari hal qursi yang akan di buat olehnya, baik dari mulai kayunya, modelnya, warnanya dan sebagainya,
Oleh karena manusia menerima ANGAN-ANGAN dari Alam Angan-angan, maka yang di maksud itu memiliki GAMBAR di dalam Alam Angan-angan.
Jadi Gambar Qursi yang memasuki otak terus menuju Budhi, bertemu dengan GAMBARNYA SENDIRI di Alam Angan-angan yang tida berbeda di dalam HAKEKATNYA: KEDUANYA terdiri dari electron-electron hidup.
Dalam hal ini pemikiran kita tunduk kepada “hukum persama’an”.
Tetapi sebelum “hukum persama’an” ini berjumpa dengan ISBAT-nya ketika berjumpa antara pemikiran mengenai Gambar Qursi dan Angan-angan dari hal Qursi, masih dalam Alam Angan-angan, harus terlebih dahulu ada DASAR yang melengkapi, yaitu persesuaian antara Gambar Qursi dalam Budhi dengan Gambar Qursi di Alam Angan-angan.
Untuk saling mendekatkan yang akhirnya akan “mahabbah” (awor) ke dua-duanya menjadi SATU, menurut hukum resonansi, karena hakekatnya sama benarnya.
Pemikiran ini tunduk kepada hukum-dasar-mencukupi.
Qursi yang di buat dari kayu dan di hadapi oleh kita, untuk kita merupakan suatu HAL atau THESE.
Setelah Qursi ini di dalam otak kita menjadi Gambar Qursi, maka Gambar Qursi ini berlawanan sekali pada HAKEKATNYA dengan qursi yang di hadapi.
Perbeda’an ini di sebut ANTITHESE.
Baru setelah Gambar Qursi masuk ke dalam Budhi maka berlaku “hukum persama’an” dengan Angan-angan kita.
Mengenai kursi yang ada dalam Alam Angan-angan dan Gambar Qursi timbul persesuaian maka di sebut SYNTHESE.
Demikianlah sedikit uraian mengenai Alam Wahdat atau Alam Angan-angan dari sudut pandang LOGIKA.
Tingkat III – Alam Wahidiat.
Martabat Asma’ Yang Maha Suci, kejadian dari Johar Awal dan Alam Wahdat tadi maka timbullah cahaya dan menjelma menjadi empat sinar, yaitu:
1. Narun Warna Merah
2. Hawaun Warna Kuning
3. Maun Warna Putih
4. Turobun Warna Hitam
Jadi ke empat sinar itu yang di sebut NUR MUHAMMAD, sedangkan Muhammadnya adalah Johar Awal, benda Nur Muhammad Cahaya Empat itu di sebunya Hakekat Adam, yaitu Asma’ Yang Maha Suci.
• Cahaya Merah menjadi Hakekat Lafadz Alif.
• Cahaya Kuning jadi Hakekat Lafadz Lam awal.
• Cahaya Putih menjadi Hakekat Lafadz Lam akhir.
• Cahaya Hitam menjadi Hakekat Lafadz Ha.
• Johar Awal menjadi hakekat Lafads Tasdid.
Sariatnya menjadi simbolisasi lafadz ALLOOH, jadi Sinar (Cahaya) tadi yang menjadikan bibit terbentuknya tujuh Bumi tujuh Langit dengan segala isinya, begitu pula Agama berasal dari situ.
Alam ini di sebut juga Alam Tunggal Sejati, atau Sajatining Tunggal.
Surat Al Baqoroh ayat 117:
Allooh Pencipta langit dan bumi, dan bila Allooh berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Allooh hanya mengatakan kepadanya:
“Jadilah”. Lalu jadilah ia.
Di atas di nyatakan bahwa Nur Muhammad terdiri dari empat sinar;
Merah, Kuning, Putih dan hitam.
Bagaimana menurut Ilmu Tarekat hubungannya dengan gerakan Sholat.
a.  Merah – unsur api.
Zat pembakar yang mempunyai rasa panas, wataknya selalu menuju ke atas, tidak ada puncak api yang menuju ke bawah.
Warna merah malambangkan nafsu Amarah, tidak mau di ungguli, selalu tegak.
Simbol hurufnya adalah “Alif”, dalam pelaksana’an sholat adalah “Takbirotul Ikhrom”
b.  Kuning – unsur angin.
Unsur kimia N (nitrogen).
Tabiat angin adalah berkelok-kelok dan halus.
Sinar kuning melambangkan nafsu Sufiah, berdomisili pada mata.
Manusia yang terpengaruhi oleh nafsu ini tidak memiliki pendirian, mudah terpengaruh oleh ceritera orang lain.
Simbol hurufnya adalam LAM awal, pada gerakan sholat adalah gerakan “ruku”.
c.  Putih – unsur air.
Inilah unsur kimia H (hydrogen).
Tabiatnya dingin, wataknya ingin selalu menuju tempat yang rendah.
Warna putih melambangkan nafsu Lauwamah yang berdomisili pada lidah.
Bila manusia terpengaruh oleh nafsu ini tidak ingin berhenti berbicara.
Simbol hurufnya adalah LAM akhir, pada gerakan sholat adalah “sujud”.
d.  Hitam – unsur bumi.
Menurut ilmu pengetahuan adalah zat arang atau carbon (C).
Tabiatnya “diam”.
Wataknya kekal dan kokoh.
Warna hitam melambangkan nafsu Muthmainah yang membawa kepada kesabaran dan ke agama’an.
Berdomisili pada hati, Manusia yang terpengaruh oleh nafsu ini tidak banyak berbicara, banyak diam.
Simbol hurufnya adalah HA, pada gerakan sholat adalah sikap “Tumaninah”.
Pada Alam inilah mulai timbulnya kalimah MUHAMMAD, yang mempunyai arti YANG TERPUJI, pada Alam Wahidat di mana terciptanya BUMI, LANGIT, MATAHARI, BULAN DAN BINTANG-BINTANG beserta segala isinya.
Siapakah yang dapat meniru membuat seperti alam semesta tadi?
Apakah pencipta’an itu adalah YANG TERPUJI?
Yang penjelma’annya karena mempunyai sifat ROHMAN dan ROHIM.
Pada Alam ini pula terciptanya agama yaitu:
1. Keberada’an Syahadat yaitu karena adanya Johar Awal.
2. Keberada’an Sholat yaitu karena adanya Sinar Merah.
3. Adanya Zakat yaitu karena adanya Sinar Kuning.
4. Adanya Puasa yaitu karena adanya Sinar Putih.
5. Adanya Ibadah Haji yaitu karena adanya Sinar Hitam.
Jelaslah bahwa semua berasal dari Asma’ Allooh, Hakekatnya Nur Muhammad dengan Empat Sinar, kelima Johar Awal.
SHOLAT LAMBANG WUJUD MANUSIA
Sesungguhnya sholat itu adalah wujud dari manusia yang sejati,gambarannya adalah sebagai berikut:
1. Yang menjadi Badannya manusia di dalam Sholat adalah Niat
Segala amal perbuatan di dahului dengan Niat,wujud dari niat tersebut berupa gerak dari badan/anggota tubuh manusia.
Dan Niat yang sebenarnya adalah INGAT dan mengingatkan kembali pada diri kita bahwa segala gerak tubuh dan nafas ini milik Allooh,dan sa’atnya diri secara keseluruhan;
Manunggal Rasa
Manunggal rupa
Manunggal wujud
dan Manunggal hidup dengan Dzat yang Maha Tunggal.
2. Yang menjadi Aqalnya manusia di dalam Sholat adalah Takbirotul Ihrom.
Di dalam Takbir adalah Ma’rifatnya seorang hamba dan sejatinya mengetahui dengan aqal di  hati (Fuad) dan aqal di kepalanya bahwa hidup itu adalah Allooh dan Muhammad adalah badan/gerak prilaku manusia.
3. Yang menjadi Kepalanya manusia di dalam sholat adalah Do’a Al-Fatihah
Maksudnya adalah sebagai pembuka dan syahnya perilaku badan memasuki alam kefana’an/mi’raj ,dengan menyatukan segala kehendak,rasa kepada kehendak dan rasa yang Tunggal,sa’at membaca surah Al- Fatihah, manusia mensyukuri nikmat karunia-Nya (ALHAMDULILLAHIRROBBIL’ALAMIIN) ,di mana sa’at pertama Ruh masuk ke jasad berawal dari kepala,sehingga menghidupkan anggota dari kepala yang meliputi aqal dan alat inderawi .
Kebaikan ataupun dosa,berawal dari rangsangan yang ada di kepala Manusia meliputi aqal dan alat inderawinya,sehingga menimbulkan dampak perilaku pada anggota tubuh yang lainnya.
Karna itu manusia hendaknya selalu ingat kepada Allooh dengan menjaga organ sekitar kepala untuk menghindari kemaksiatan/dosa.
4. Yang menjadi Matanya manusia di dalam Sholat adalah Ruku’
Di dalam Ruku’ adalah wujud berimannya Ruh dan badan kepada Dzat Yang Maha Tunggal yang telah menciptakan seluruh yang ada di alam dunia.
Manusia hendaknya bisa melihat dengan indera penglihatanya sesuai fungsinya dan bisa saling tolong-menolong, menghargai, menghormati, tenggang rasa, saling menjaga, tidak berbuat kerusakan, tidak merasa lebih tinggi/sombong terhadap makhluq cipta’an lainnya.
5. Yang menjadi Tulangnya manusia di dalam sholat adalah membaca Sami’alloohu liman hamidah.
Fungsi tulang adalah sebagai penegak dan pelindung organ tubuh,segala sesuatu yang di pelajari ataupun di dengar tidak akan akan bisa terwujud tanpa perilaku,oleh karena itu manusia hendaklah melanggengkan apa yang di dengarnya, di pelajarinya, di pahaminya kepada perilaku nyata sebagai wujud ingat kepadanya dalam perilaku kebaikan.
(SAMI’NA WA ‘ATHONA)
6. Yang menjadi Otot/Urat Syarafnya manusia di dalam Sholat adalah Sujud.
Di dalam Sujud adalah sebagai bukti Syahnya diri/raga/Dzat, bahwa adanya diri manusia karna adanya Allooh,wujud badanya manusia hakekatnya hanya Allooh yang ada dan menggerakkannya.
Dan manusia tiada daya/kekuatan, serta akan kembali lagi kepada Dzat Pencipta.
Apabila otot/syaraf manusia tidak berfungsi(sudah mati/kena penyakit struk),maka ia tidak bisa bergerak dan tidak bisa lagi merasakan.
Sejatinya yang memberi rasa manusia adalah BUMI.
7. Yang menjadi Ruhnya manusia di dalam Sholat adalah Ruku’ dan Sujud
Ruh yang telah memberi hidup kepada raga/jasad.
Pada hakekatnya manusia sejati adalah manusia yang dalam sholatnya selalu mengingat akan hidup,yaitu hidup di alam kelanggengan,di mana alam kelanggengan ini berasal dari Alif Mutakallim Wahid atau Sejatinya Cahaya / Nur Jati
Ruku’nya sholat mengingatkan kepada Manusia terhadap Sang Pencipta yang telah memberinya nafas( anasir angin) kehidupan, anasir angin terbagi menjadi 4 macam :
1. Nafas adalah angin yang keluar dari hidung cahayanya putih dan menciptakan indera penciuman pujinya;
“LAA ILAHA ILLALLOOH
2.            Tanafas adalah angin yang keluar dari telinga cahayanya kuning dan menciptakan indera pendengaran pujinya;
“YAA ALLOOH YAA MUHAMMAD
3.            Anfas adalah angin yang keluar dari mulut cahayanya merah dan menciptakan ucapan pujinya;
“ALLOOHU…ALLOOHU
4.           Nufus adalah angin yang keluar dari mata cahayanya Hijau yang menciptakan Penglihatan pujinya;
YAA HUU…ALLOOHU
Angin yang 4 macan tersebut di sebut juga sebagai SIRRULLOOH
Di dalam sujudnya sholat mengingatkan manusia akan anasir air kehidupan yang terdiri dari 4 perkara :
1. Air Nur Mani terletak di kepala
2. Air Nur Maningkem terletak di dada
3. Air Nur Madzi terletak di perut
4. Air Nur Wadi terletak di kaki
8. Yang menjadi Kulitnya Manusia di dalam Sholat adalah Duduk Tahiyyat.
Di dalam Duduk Tahiyyat adalah Tasdjid atau Tahiyyat sejati,tidak akan berlafadz Allooh bila tidak ada Tasdjid ,bila Tasdjid sebagai johar awal,maka kulit sebagai pembentuk awal Manusia sebelum organ tubuh yang lainnya.
Coba sekarang di bayangkan bagaimana seandainya Manusia tanpa kulit ?…
Tentu Manusia tidak bisa hidup karna semua isi di dalam tubuhnya akan keluar terburai dan mudah terkontaminasi oleh berbagai penyakit dan segala pengaruh buruk dari luar.
Jadi hakekatnya Kulit adalah diam/jumeneng dan sifatnya tetap/langgeng maksudnya hendaknya manusia selalu langgeng dalam mengingat pada Dzat yang Hidup langgeng tanpa nama dan tanpa suara di mana sifat 20 sudah menyatu di dalamnya.
9. Yang menjadi Tangannya manusia di dalam Sholat adalah Dua kalimat Syahadat.
Dua kalimat syahadat adalah tanda ke Iimanan manusia ketika di ucapkannya namun pembuktian ke Iimanan yang lestari/langgeng tersebut terdapat di Tangannya,sebab perilaku baik atau kejahatan seringkali di wujudkan melalui tangan.
contoh:
-Ketika di dalam kebaikan untuk melestarikan kalimat syahadat dan kitab suci Al-qur’an,maka Manusia menggunakan tangannya untuk menulis dan memperbanyak cetakkan Al-Qur’an,sehingga sampai sekarang tetap bisa di nikmati,dipelajari bagi generasi manusia berikutnya.
-Ketika manusia ingin memberi ,maka ia menggunakan tangannya untuk memberikan sesuatu,tidak mungkin kita mau memberi menggunakan kaki..?
Tentu tidak sopan
-Ketika manusia berada di dalam kejahatan ,maka anggota tubuh yang sering di gunakan adalah tangannya ,yaitu ketika mencuri, membunuh, korupsi, memukul, memperkosa juga awalnya melakukan kekerasan/pemaksa’an dengan tangannya sebelum anggota tubuh yang lainnya.
Bila secara berurutan perilaku baik dan buruk awalnya karna adanya rangsangan terhadap alat indera tubuh ,sehingga menimbulkan reaksi gerak anggota tubuh yang lainnya dan sebagai puncak aksi reaksi negatif yang tak tertahan terletak pada Tangan.
Karna itulah di tangan terdapat simbol dan tanda kekuasa’an Allooh,di telapak tangan berupa Asma’ul Husna dan jari-jari membentuk lafadz Allooh.
Maksudnya agar Manusia selalu ingat dan waspada terhadap syahadat kepada Dzat yang Maha Suci untuk selalu langgeng menggunakan tangannya sesuai sifat Asma’ul Husna tersebut.
10.Yang menjadi Kakinya Manusia di dalam Sholat adalah Salam.
Di dalam Salam sebagai wujud berkumpulnya semua aspek Sholat dari seluruh anggota tubuh Manusia yang harus dilakukan secara langgeng.
Dan di realisasikan melalui Kaki,maksudnya harus di upayakan,atau ada tindakan nyata yaitu melangkahkan kakinya kepada sesuatu kebaikan yaitu dengan saling memberikan kesejahtera’an ,saling peduli, tolong-menolong, saling memberi, dll.
Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa sejatinya Sholat adalah perilaku/budi pekerti/tata krama Manusia kepada Sang Maha Pencipta,kepada diri pribadi dan kepada semua makhluq cipta’an-Nya.
VERSI LAIN
Pemahaman Martabat 7
Di Alam Lahut
1) DZAT semata-mata belum tajalli nama Allooh .
DZAT MUTLAK < WAJIBAL UJUD> LAISAKAMISHLIHI SYAIUN.
MAHA SUCI DZAT. WUJUD HAKIKI
( mertabat keTuhanan )
Di alam jabarut ( mertabat keTuhanan ) – Kenyataan Pertama ,
SIFAT BG ZATNYA juga di kenali :
1) Hakikat Muhammad/NUR Muhammad (bukan Nabi saw sbb belum zahir Nabi di alam nyata)
2) Sifat tak bercerai dengan Dzat.
3) A’yan Tsabitah .
(Martabat keTuhanan)
Di Alam Malakut
ASMA’ dan AF”AL bagi DZATNYA
1) Hakikat Insan – kenyta’an ke dua .
(Martabat keTuhanan)
Tiga martabat di atas belum ada masa, ruang , bentuk
____________________________________________________________
Di alam arwah…( mertabat kehamba’an)
1) Ruh quddus,robbani(bagi Nabi saw ) Insan Kamil Wa Mukamil. bapak sekalian RUH.
2) Ruh Ammar Robbi .
Terbit sekalian Ruh para Nabi dan para Mu’min
3) Tempat Tajalli 7 sifat ma’ani dan 7 ma’nawiyyah Allooh.
Jauhar – (perkara halus yang tidak boleh di kerat dan dibelah)
Perhimpunan segala Ruh belum ada perceraian.
Di alam misal
1) Alam warna – sini le mula pemecahan warna.. 7 warna
yang mana jadi manusia, yang mana jadi binatang,yang mana jadi jin , bla bla bla tu semua alam misalan, di misalkan segala perkara
Mulanya perceraian tiap-tiap Ruh
Arodh (sifat makhluq yang baru spt, kecil , putih , hitam, dll tidak boleh berdiri dengan sendirinya.
Di Alam Ajsam
1)Di kumpulkan nafs nafs
2)Adam mula menamakan asma’ asma’ – Nama kita.
3)Dan lahirlah zuriat zuriat bagi adam yang kemudiannya membuat lakon di muka bumi
Di Alam Insan
kemudian barulah di balut dengan Hijab ke7, ia ini alam Insan
Alam insan ini kita baruler pakai gene mak bapak kita
Tubuh Nabi Adam (bapak sekelian Tubuh)- Tanah Api Air Angin
Tubuh sekelian Nabi dan Aulia’ (para Wali)
Tubuh Nabi Muhammad yang zahir – ke insanan Muhammad.
Zahir Muhammad
Tubuh anak cucu Adam/Tubuh kita – Wazi (benih dari ibu) Mani (benih dari bapa) Maknikam (jadi nutfah – embryo)
Juz’iyah (Sesuatu yang berhubung-hubung seperti kaki, tangan dan lain2).

Walloohu Alam.


     _______/|\______
  ¨¨¨¨¨¨¨˜°°˜¨¨¨¨¨¨
    SALAAM SILIWANGI