Sabtu, 14 September 2019

8.Kisah Nabi Ismail As




8.Kisah Nabi Ismail As.
A. Mukaddimah
Ismail (Bahasa Arab إسماعیل ) (sekitar 1911-1779 SM)
adalah seorang Nabi dalam kepercaya’an Agama samawi.
Ismail adalah putera dari Ibrohim dan Hajar, kakak kandung dari Ishaq. Ia di anggkap menjadi Nabi pada tahun 1850 SM,ia tinggal di Amaliq dan berda’wah untuk Qabilah Yaman,Mekkah.
Namanya di sebut kan sebanyak 12 kali dalam Al-Qur’an,ia meninggal
pada tahun 1779 SM di Mekkah.
Secara tradisional ia di anggap sebagai Bapak Bangsa Arab.
Ismail berasal dari dua kata “dengarkan” (ishma’ استمع ) dan “Tuhan” (al/il ,(ایل yang artinya “Dengarkan (do’a kami wahai) Tuhan.”
Ismail bin Ibrohim menikah dengan Umara binti Yasar bin Aqil kemudian di ceraikan lalu menikah lagi dengan Sayiida bint i Mazaz bin Umru.
Pernikahan dengan Meriba dan Malchut ,di ketahui memiliki sejumlah anak dan hanya ada seorang anak wanita yang bernama Bashemath.

B. Kisah Nabi Ismail Alaihissalaam;
Nabi Ibrohim yang berhijrah meninggalkan Mesir bersama Istrinya Sarah, Hajar, dan dayangnya di tempat tujuannya di Palestina,ia telah membawa pindah juga semua hewan ternaknya dan harta miliknya yang telah di perolehnya sebagai hasil usaha dagangnya di Mesir.
Al-Bukhori meriwayat kan daripada Ibnu Abbas r.a. berkata:
“Pertama-tama yang menggunakan setagi {setagen} ialah Hajar ibu Nabi
Ismail tujuan untuk menyembunyikan kandungannya dari Sarah yang telah lama berkumpul dengan Nabi Ibrohim a.s. tetapi belum juga hamil. Tetapi walau bagaimana pun juga akhirnya terbukalah rahasia yang di sembunyikan itu dengan lahirnya Nabi Ismail a.s.dan sebagai lazimnya seorang istri sebagai Sarah merasa telah di kalahkan oleh Hajar sebagai seorang dayangnya yang di berikan kepada Nabi Ibrohim a.s. dan sejak itulah Sarah merasakan bahwa Nabi Ibrohim A.S. lebih banyak mendekati Hajar karena merasa sangat gembira dengan puteranya yang tunggal dan pertama itu, hal ini yang menyebabkan permula’an ada keratakan dalam rumah tangga Nabi Ibrohim A.S. sehingga Sarah merasa tidak tahan hati jika melihat Hajar dan minta pada Nabi Ibrohim
A.S. supaya menjauhkannya dari matanya dan menempatkannya di lain
tempat .
Untuk sesuatu hikmah yang belum di ketahui dan di sadari oleh Nabi Ibrohim Allooh s.w.t . meWahyukan kepadanya agar ke inginan dan perminta’an Sarah istrinya di penuhi dan di jauhkanlah Ismail bersama Hajar ibunya dan Sarah ke suatu tempat di mana yang ia akan tuju dan di mana Ismail puteranya bersama ibunya akan di tempat kan dan kepada siapa akan di tinggalkan.
Maka dengan tawakkal kepada Allooh berangkatlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah membawa Hajar dan Ismail yang di boncengkan di atas untanya tanpa tempat tujuan yang tertentu,ia hanya berserah diri kepada Allooh yang akan memberi arah kepada binatang tunggangannya, dan berjalanlah unta Nabi Ibrohim dengan tiga hamba Allooh yang berada di atas punggungnya keluar kota masuk ke lautan pasir dan padang terbuka di mana terik matahari dengan pedihnya menyengat tubuh dan angin yang kencang menghembur-hamburkan
debu-debu pasir.

Perintah meninggalkan Ismail dan Hajar di Makkah;
Setelah berminggu-minggu berada dalam perjalanan jauh yang melelahkan,tibalah Nabi Ibrohim bersama Ismail dan ibunya di Mekkah kota suci di mana Ka’bah di dirikan dan menjadi puja’an Manusia dari seluruh dunia,di tempat di mana Masjidil Haram sekarang berada, berhentilah unta Nabi Ibrohim mengakhiri perjalanannya dan di situlah ia meninggalkan Hajar bersama puteranya dengan hanya di bekali dengan serantang bekal makanan dan minuman sedangkan ke ada’an sekitarnya tiada tumbuh-tumbuhan, tiada air mengalir, yang terlihat hanyalah batu dan pasir kering.
Alangkah sedih dan cemasnya Hajar ketika akan di tinggalkan oleh Ibrohim seorang diri bersama dengan anaknya yang masih kecil di tempat yang sunyi senyap dari segala-galanya kecuali batu gunung dan pasir,ia seraya merintih dan menangis, memegang kuat-kuat baju Nabi Ibrohim memohon belas kasihnya, janganlah ia di tinggalkan seorang diri di tempat yang kosong itu,tiada seorang Manusia, tiada se’ekor binatang, tiada pohon dan tidak terlihat pula air mengalir, sedangkan ia masih menanggung beban mengasuh anak yang kecil yang masih menyusu.
Nabi Ibrohim mendengar keluh kesah Hajar merasa tidak tega meninggalkannya seorang diri di tempat itu bersama puteranya yang sangat di sayangi akan tetapi ia sadar bahwa apa yang di lakukannya itu adalah kehendak Allooh s.w.t . yang tentu mengandung hikmat yang masih terselubung baginya dan ia sadar pula bahwa Allooh akan melindungi Ismail dan ibunya dalam tempat pengasingan itu dari segala kesukaran dan penderita’an,ia berkata kepada Hajar:
“Bertawakal-lah kepada Allooh yang telah menentukan kehendak-Nya,
percayalah kepada kekuasa’an-Nya dan Rahmat -Nya.
“Dialah yang memerintah aku membawa kamu ke sini dan Dialah yang akan melindungimu dan menyertaimu di tempat yang sunyi ini. Sesungguh kalau bukan perintah dan Wahyu-Nya, tidak sesekali aku tega meninggalkan kamu di sini seorang diri bersama puteraku yang sangat kucint ai ini.
“Percayalah wahai Hajar, bahwa Allooh Yang Maha Kuasa tidak akan melantarkan kamu berdua tanpa perlindungan-Nya.
“Rahmat dan barokah-Nya akan tetap turun di atas kamu untuk selamanya, insya-Allooh.
Mendengar kata-kata Ibrohim itu segeralah Hajar melepaskan genggamannya pada baju Ibrohim dan di lepaskannyalah beliau menunggang untanya kembali ke Palestina dengan iringan air mata yang bercurahan membasahi tubuh Ismail yang sedang menetek. Sedang Nabi Ibrohim pun t idak dapat menahan air
mat anya ketika ia turun dari dataran tinggi meninggalkan Mekkah menuju kembali ke Palestina di mana istrinya Sarah sedang menanti,ia tidak henti_henti selama dalam perjalanan kembali memohon kepada Allooh perlindungan,Rahmat dan barokah serta kurnia rezeqi bagi putera dan ibunya yang di tinggalkan di tempat terasing itu.
Ia berkata dalam doanya:
”Wahai Tuhanku! Aku telah tempatkan puteraku dan anak-anak keturunannya di dekat rumah-Mu (Baitullooh) di lembah yang sunyi
dari tanaman dan Manusia agar mereka mendirikan sholat dan beribadat
kepada-Mu.
“Jadikanlah hati sebagian Manusia cenderung kepada mereka dan
berilah mereka rezeqi dari buah-buahan yang lezat ,mudah-mudahan mereka bersyukur kepada-Mu.

Kemunculan mata air Zam-zam;
Suatu hari, Hajar pergi berlari tergesa-gesa menuju bukit Shofa dengan
mengharapkan mendapatkan sesuatu yang dapat menolongnya, tetapi hanya batu dan pasir yang di dapat nya di situ, kemudian dari bukit Shofa ia melihat bayangan air yang mengalir di atas bukit Marwah dan larilah ia bermarwahlah ke tempat itu namun ternyata bahwa yang di sangkanya air adalah fatamorgana {bayangan} belaka dan kembalilah ke bukit Shofa karena mendengar seakan-akan ada suara yang memanggilnya tetapi gagal dan melesetlah duga’annya.
Demikianlah maka karena dorongan ke inginan hidupnya dan hidup anaknya yang sangat di sayangi, Hajar mondar-mandir
berlari sampai tujuh kali antara bukit Shofa dan Marwah yang pada akhirnya ia duduk termenung merasa capai dan hampir berputus asa.
Di riwayatkan bahwa selagi Hajar berada dalam ke ada’an t idak berdaya dan hampir berputus asa kecuali dari Rahmat Allooh dan pertolongan-Nya datanglah kepadanya Malaikat Jibril, kemudian di ajaklah Hajar mengikutinya pergi ke suatu tempat di mana Jibril menginjakkan telapak kakinya kuat-kuat di atas tanah dan segeralah memancur dari bekas telapak kaki itu air yang jernih dengan kuasa Allooh Ta’ala.
Itulah dia mat a air zam-zam yang sehingga kini di anggap suci oleh jema’ah haji, berdesakan sekelilingnya untuk mendapatkan setitik
atau seteguk air dari padanya dan karena sejarahnya mata air itu di sebut orang “Injakan Jibril”.
Ada juga yang mengatakan itu bekas air mata Nabi Ismail.
Alangkah gembiranya dan lega dada Hajar melihat air yang mancur itu. Segera ia membasahi bibir puteranya dengan air suci itu dan segera pula terlihat wajah puteranya segar kembali, demikian pula wajah si ibu yang merasa sangat bahagia dengan datangnya mu’jizat dari sisi T uhan yang mengembalikan kesegaran hidup kepadanya dan kepada puteranya sesudah di bayang-bayangi oleh bayangan mati kelaparan yang mencekam dada.

Perintah pengurbanan Ismail;
Tiada keragu-raguan antara siapa yang di korbankan Ibrohim sebab Allooh telah berfirman dalam Al-Qur’an, bahwa Ismail lah yang di korbankan.
Nabi Ibrohim dari masa ke semasa pergi ke Mekkah untuk mengunjungi dan menjenguk Ismail di tempat pengasingannya bagi menghilangkan rasa rindu hatinya kepada puteranya yang ia sayangi serta menenangkan hatinya yang selalu rungsing bila mengenangkan ke ada’an puteranya bersama ibunya yang di tinggalkan di tempat yang tandus, jauh dari masyarakat kota dan pengaulan umum.
Sewaqtu Nabi Ismail mencapai usia remajanya Nabi Ibrohim a.s. mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail puteranya dan mimpi seorang Nabi adalah salah satu dari cara-cara turunnya Wahyu Allooh, maka perintah yang di terimanya dalam mimpi itu harus di laksanakan oleh Nabi Ibrohim,ia duduk sejurus termenung memikirkan ujian yang maha berat yang ia hadapi,sebagai seorang ayah yang di kurniai seorang putera yang sejak puluhan tahun di harapharapkan
dan di dambakan, seorang putera yang telah mencapai usia di mana
jasa-jasanya sudah dapat di manfa’at kan oleh si ayah, seorang putera yang di harapkan menjadi pewarisnya dan penyampung kelangsungan keturunannya,tiba-tiba harus di jadikan qurban dan harus di renggut nyawa oleh tangan si ayah sendiri.
Namun ia sebagai seorang Nabi, pesuruh Allooh dan pembawa agama yang seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam berta’at kepada Allooh, menjalankan segala perintah-Nya dan menempatkan cintanya kepada Allooh di atas cintanya kepada anak, istri, harta benda dan lain-lain,ia harus melaksanakan perintah Allooh yang di Wahyukan melalui mimpinya, apa pun yang akan terjadi sebagai akibat pelaksana’an perintah itu.
Sungguh amat berat ujian yang di hadapi oleh Nabi Ibrohim, namun sesuai dengan firman Allooh yang bermaksud:
 “Allooh lebih mengetahui di mana dan kepada siapa Dia mengamanatkan risalahnya.
Nabi Ibrohim tidak membuang masa lagi, berazam (niat ) tetap akan menyembelih Nabi Ismail puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allooh yang t elah dit erimanya,dan berangkatlah serta merta Nabi Ibrohim menuju ke Mekkah untuk menemui dan menyampaikan kepada put eranya apa yang Allooh perintahkan.
Kisah ini di kisahkan oleh Allooh pada salah satu ayat -Nya, yang berbunyi:
“ Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
Menyembelihmu,maka pikirkanlah apa pendapat mu!
(Ash-Shof faat 102) ”
Nabi Ismail sebagai anak yang sholeh yang sangat ta’at kepada Allooh dan bakti kepada orang tuanya, ketika di beritahu oleh ayahnya maksud kedatangannya kali ini tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang berkata kepada ayahnya:
“ Hai bapakku, kerjakanlah apa yang di perint ahkan kepadamu; insya Allooh engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.
(Ash-Shoof faat 102) ”
Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allooh itu, agar ayah
mengikatku kuat -kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga
menyusahkan ayah.
Kedua agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila melihatnya.
Ke tiga tajamkanlah parangmu dan percepatkanlah perlaksana’an penyembelihan agar meringankan penderita’an dan rasa pedihku.
Ke empat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah kepadanya pakaianku ini untuk menjadi penghiburnya dalam
kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera
tunggalnya.
Kemudian di peluknyalah Ismail dan di cium pipinya oleh Nabi Ibrohim seraya berkata:
“Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang ta’at kepada Allooh,
bakti kepada orang tua yang dengan ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allooh”.
Sa’at penyembelihan yang mengerikan telah tiba,di ikatlah kedua tangan dan kaki Ismail, di baringkanlah ia di atas lantai, lalu di ambillah parang tajam yang sudah tersedia dan sambil memegang parang di tangannya, kedua mata Nabi Ibrohim yang tergenang air berpindah memandang dari wajah puteranya ke parang yang mengilap di tangannya, seakan-akan pada masa itu hati beliau menjadi tempat pertarungan antara perasa’an seorang ayah di satu pihak dan kewajiban seorang Rosul di satu pihak yang lain.
Pada akhirnya dengan memejamkan matanya, parang di letakkan pada leher Nabi Ismail dan penyembelihan di lakukan .
Akan tetapi apa daya, parang yang sudah demikian tajamnya itu ternyata menjadi tumpul di leher Nabi Ismail dan tidak dapat
berfungsi sebagaimana mest inya dan sebagaimana di harapkan.
Kejadian tersebut merupakan suat u mu’jizat dari Allooh yang menegaskanbahwa perintah pengorbanan Ismail itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sampai sejauh mana cinta dan ta’at mereka kepada Allooh.
Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu, Nabi Ibrahim t elah menunjukkan kesetia’an yang tulus dengan pengorbanan puteranya,untuk berbakti melaksanakan perintah Allooh sedangkan Nabi Ismail tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam memperagakan kebaktiannya kepada Allooh dan kepada orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk di korbankan,sampai-sampai terjadi seketika merasa bahwa parang itu tidak untuk memotong
lehernya, berkatalah ia kepada ayahnya:
”Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati memotong leherku karena melihat wajahku, cobalah telungkupkan aku dan laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku.
“Akan tetapi parang itu tetap tidak berdaya mengeluarkan setitik darah pun dari daging Ismail walau ia telah di telungkupkan dan di coba memotong lehernya dari belakang.
Dalam ke ada’an bingung dan sedih hati, karena gagal dalam usahanya
menyembelih puteranya, datanglah kepada Nabi Ibrohim Wahyu Allooh dengan firmannya:
“ Hai Ibrohim, sesungguhnya kamu telah melaksanakan mimpi itu.
“Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
“Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
(Ash-Shooffaat 104-106) ”
Kemudian sebagai tebusan ganti nyawa, Ismail telah di selamatkan itu, Allooh memerintahkan Nabi Ibrohim menyembelih se’ekor domba yang telah tersedia di sampingnya dan segera di potong leher kambing itu oleh beliau dengan parang yang tumpul di leher puteranya Ismail itu, dan inilah asal permula’an sunnah berqurban yang di lakukan oleh Umat Islaam pada tiap Hari Raya Idul ‘Adha di seluruh pelosok dunia.

Ismail membantu ayahnya membangun Ka’bah;
Nabi Ismail di besarkan di Mekkah (pekarangan Ka’bah).
Apabila dewasa beliau menikah dengan wanita dari Suku Jurhum. Walaupun tinggal di Mekkah, Ismail sering di kunjungi ayahnya.
Sekitar tahun 1892 SM, ayahnya menerima Wahyu dari Allooh agar membangun Ka’bah.
Hal itu di sampaikan kepada anaknya Ismail berkata:
“Kerjakanlah apa yang di perint ahkan Tuhanmu kepadamu dan aku akan membantumu dalam pekerja’an mulia itu.
Ketika membangun Ka’bah, Nabi Ibrohim berkata kepada Ismail:
“Bawakan batu yang baik kepadaku untuk aku letakkan di satu sudut
supaya ia menjadi tanda kepada Manusia.
Kemudian Jibril memberi ilham kepada Ismail supaya mencari batu hitam untuk di serahkan kepada Nabi Ibrohim.
Setiap kali bangun, mereka berdo’a:
“Wahai Tuhan kami, terimalah dari pada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Bangunan (Ka’bah) itu menjadi tinggi dan Ibrohim makin lemah untuk mengangkat batu.
Dia berdiri di satu sudut ,kini di kenali Maqom Ibrohim.

Ismail menceraikan istrinya;
Nabi Ibrohim sering berulang kali mengunjungi anaknya,pada satu hari, beliau tiba di Mekkah dan mengunjungi rumah anaknya,suatu ketika, Ismail tiada di rumah sa’at itu tidak ada siapapun melainkan istrinya.
Istri Ismail tidak mengenali bahwa orang tua itu adalah mertuanya (bapaknya Ismail).
Apabila Nabi Ibrohim bertanya istri Nabi Ismail mengenai suaminya itu, beliau di beritahu anaknya keluar berburu,seterusnya Nabi Ibrohim bertanya ke ada’an mereka berdua.
Istrinya berkata:
“Kami berada dalam kesempitan.
Nabi Ibrohim berkata:
“Apakah kamu mempunyai jamuan, makanan dan minuman?”
Di jawab istri Ismail:
“Aku tidak mempunyainya, malah apa pun tiada.
Kelakukan istri Nabi Ismail itu tidak manis di pandang Nabi Ibrohim karena kelihatan tidak terima dengan pemberian Allooh dan jemu untuk hidup bersama suaminya,malah dia kelihatan bersifat kikir karena tidak menginginkan kedatangan tamu.
Akhirnya Nabi Ibrohim berkata kepada istri anaknya:
“Jika suamimu kembali,sampaikanlah salamku kepadanya dan katakan kepadanya supaya dia menggantikan pintunya.
Selepas itu Nabi Ibrohim pergi dari situ,sejurus kemudian, Nabi Ismail pulang ke rumah dengan hati gembira karena dia menganggap tidak ada hal yang tidak di ingini terjadi sepanjang ketiada’annya di rumah.
Nabi Ismail bertanya kepada istrinya:
“Apakah ada orang datang menemui kamu?”
Istrinya berkata:
“Ya, ada orang tua yang mengunjungi kita.
Ismail berkata:
“Apakah dia mewasiatkan sesuatu kepadamu?”
Istrinya berkata:
“Ya, dia menyuruhku menyampaikan salam kepadamu dan memintaku mengatakan kepadamu supaya menggantikan pintumu.
Ismail berkata:
“Dia adalah bapakku.
“Sesungguhnya dia menyuruhku supaya menceraikanmu, maka kembalilah kepada keluargamu.
Selepas menceraikan istrinya, Nabi Ismail menikah lagi,kali ini dengan seorang wanita dari Suku Jurhum, Istri baru itu mendapat keridho’an bapaknya karena pandai menghormati tamu, tidak menceritakan
perkara yang menjatuhkan martabat suami dan bersyukur atas nikmat Allooh.
Ismail hidup bersama istri barunya itu hingga melahirkan beberapa anak.
Nabi Ismail mempunyai 12 anak lelaki dan seorang anak perempuan yang di nikahkan dengan anak saudaranya, yaitu Al-’Ish bin Ishak.
Dari keturunan Nabi Ismail lahir Nabi Muhammad SAW,keturunan Nabi Ismail juga menurunkan bangsa Arab Musta’ribah.

Walloohu Alam.

     _______/|\______
  ¨¨¨¨¨¨¨˜°°˜¨¨¨¨¨¨
    SALAAM SILIWANGI