17.Kisah Nabi Daud As.
A. Pendahuluan
Daud (bahasa
Ibrani: ּוִד דָ; bahasa Inggris Davíd;
bahasa Tiberia Dāwíð; bahasa Arab: داوود atau داود
Dā’ūd; bahasa Tigrinya:
Dāwīt ) merupakan seorang Nabi dalam agama Islaam, Kristen dan
Yahudi dan merupakan raja ke dua dan yang paling populer dalam keraja’an
Israel.
Dalam Agama Islaam Nabi Daud menerima kitab Zabur, sementara dalam Agama Kristen Daud menuliskan banyak Mazmur
yang di kumpulkan ke dalam kitab Mazmur.
Daud adalah moyang dari Yesus atau Isa al-masih.
1. Daud menurut pandangan Yahudi
dan Kristen;
Daud di lahirkan di Betlehem, Efrata, di daerah yang bernama Yudea
(1 Samuel 16).
Ayahnya bernama Isai, putra bungsu dari 8 bersaudara.
Masa remajanya di lewatinya sebagai seorang gembala.
(1 Samuel 17 )
Suatu kali, ketika sedang menggembalakan dombanya, Daud di
perintahkan ayahnya mengantarkan bekal makanan kepada kakak_kakaknya yang
sedang berhadap-hadapan dengan tentara-tentara Filistin.
2. Daud dalam Islaam;
Daud ( داود Dāwūd) ialah Nabi sekaligus raja
Bani Isro’il,semenjak masih muda telah menyertai tentara Bani Isro’il di bawah
pimpinan Tholut melawan pasukan bangsa Palestin yang di pimpin Jalut .
Daud_lah yang berhasil membunuh Jalut , sehingga di puji sebagai
pahlawan perang.
Setelah Raja Tholut meninggal, Daud menggantikannya sebagai raja.
Allooh mengangkat Daud sebagai Nabi dan Rosul-Nya.
Kepadanyalah di turunkan kitab Zabur,ia memiliki sejumlah mu’jizat
, kecerdasan akal,mengerti bahasa burung, dan melembutkan besi hanya dengan menggunakan
tangan kosong dan Daud juga memiliki suara yang paling merdu dari semua suara Umat
manusia, sama seperti Yusuf yang di berikan wajah yang paling tampan.
Daud yang mulai pembangunan Bait Suci yaitu Baitul Muqoddis yang telah
di selesaikan oleh anaknya Sulaiman, yang kemudian sekarang
menjadi tempat Masjid Al-Aqso’.
Daud meninggal dalam usia 100 tahun dan di kebumikan di Baitul Muqoddis.
B. Kisah Nabi Daud;
Daud bin Yisya adalah salah seorang dari tiga belas bersaudara turunan ketiga
belas dari Nabi Ibrohim A.S, ia tinggal bermukim di kota Baitlehem, kota
kelahiran Nabi Isa A.S, bersama ayah dan tiga belas saudaranya.
1. Daud Dan Raja Thalout;
Ketika raja Tholout raja Bani Isro’il mengerahkan orang supaya memasuki tentara dan menyusun
tentara rakyat untuk berperang
melawan bangsa Palestin, Daud bersama dua orang kakaknya di perintahkan
oleh ayahnya untuk turut berjuang dan menggabungkan diri ke dalam barisan askar
Tholout .
Khusus kepada Daud sebagai anak yang termuda di antara tiga
bersaudara, ayahnya berpesan agar ia berada di barisan belakang dan tidak boleh
turut bertempur, ia di tugaskan hanya untuk melayani ke dua kakaknya yang harus
berada di barisan depan, membawakan makanan dan minuman serta keperluan-2
lainnya bagi mereka, di samping ia harus dari waktu ke waktu memberi laporan
kepada ayahnya tentang jalannya pertempuran dan ke ada’an ke dua kakaknya di
dalam medan perang, ia sesekali tidak di izinkan maju ke garis depan dan turut
bertempur, mengingatkan usianya yang masih muda dan belum ada pengalaman berperang
sejak ia di lahirkan.
Akan tetapi ketika pasukan Tholout dari Bani Isro’il berhadapan
muka dengan pasukan Jalout dari bangsa Palestin, Daud lupa akan pesan ayahnya
tatkala mendengar suara Jalout yang nyaring dengan penuh kesombongan menentang
mengajak berperang, sementara jago-jago perang Bani Isro’il berdiam diri
sehingga rasa takut dan kecil hati, ia
secara spontan menawarkan diri untuk maju menghadapi Jalout dan terjadilah
pertempuran antara mereka berdua yang berakhir dengan
terbunuhnya Jalout sebagaimana telah di ceritakan dalam kisah
sebelum ini.
Sebagai imbalan bagi jasa Daud mengalahkan Jalout maka di jadikan menantu
oleh Tholout dan di kahwinkannya dengan puterinya yang
bernama Mikyal, sesuai dengan janji yang telah di umumkan kepada pasukannya
bahwa puterinya akan di kahwinkan dengan orang yang dapat bertempur melawan
Jalout dan mengalahkannya.
Di samping ia di pungut sebagai menantu, Daud di angkat pula oleh
raja Tholout sebagai penasehatnya dan orang kepercaya’annya, ia di sayang,di sanjung
dan di hormati serta di segani bukan saja oleh mertuanya bahkan oleh seluruh
rakyat Bani Isro’il yang melihatnya sebagai pahlawan bangsa yang telah berhasil
mengangkat keturunan serta derajat Bani Isro’il di mata bangsa-2 sekelilingnya.
Suasana ke akraban, saling sayang dan saling cinta yang meliputi hubungan
sang menantu Daud dengan sang mertua Tholout tidak dapat
bertahan lama.
Pada akhir waktunya Daud merasa bahwa ada perubahan dalam sikap
mertuanya terhadap dirinya, muka manis yang biasa ia dapat dari mertuanya berbalik
menjadi muram dan kaku, kata_katanya yang biasa di dengar lemah-lembut berubah
menjadi kata-kata yang kasar dan keras.
Bertanya ia kepada diri sendiri gerangan apakah kiranya yang
menyebabkan perubahan sikap yang mendadak itu?
Adakah hal-hal yang di lakukan yang di anggap oleh mertuanya
kurang layak, sehingga menjadikan ia marah dan benci kepadanya?
Ataukah mungkin hati mertuanya termakan oleh hasutan dan fitnahan
orang yang sengaja ingin merusakkan suasana harmoni dan damai di dalam rumah tangganya?
Bukankah ia seorang menantu yang setia dan ta’at kepada mertuanya
yang telah memenuhi tugasnya dalam perang sebaik yang ia harapkan?
Dan bukankah ia selalu tetap bersedia mengorbankan jiwa raganya
untuk membela dan mempertahankan kekekalan keraja’an mertuanya?
Daud tidak
mendapat jawaban yang memuaskan atas pertanya’an-2 yang melintasi fikirannya
itu,ia kemudian kembali kepada dirinya sendiri dan berkata dalam hatinya
mungkin apa yang ia lihat sebagai perubahan
sikap dan perlakuan dari mertuannya itu hanya suatu duga’an dan prasangka
belaka dari pihaknya dan kalau pun memang ada maka
mungkin di sebabkan oleh urusan-2 dan masalah-2 peribadi dari mertua
yang tidak ada sangkut -pautnya dengan dirinya sebagai menantu.
Demikianlah dia mencoba menenangkan hati dan fikirannya yang masyangul
yang berfikir selanjutnya tidak akan mempedulikan dan
mengambil kisah tentang sikap dan tindak-tanduk mertuanya lebih
jauh.
Pada suatu malam gelap yang sunyi senyap, ketika ia berada di tempat
tidur bersama isterinya Mikyal.
Daud berkata kepada isterinya:
“Wahai Mikyal, entah benarkah aku atau salah dalam tanggapanku dan
apakah khayal dan duga’an hatiku belaka atau sesuatu kenyata’an apa yang aku
lihat dalam sikap ayahmu terhadap diriku?
Aku melihat akhir-2 ini ada perubahan sikap dari ayahmu terhadap
diriku, ia selalu menghadapi aku dengan muka muram dan kaku tidak seperti
biasanya.
Kata-katanya kepadaku tidak selemah lembut seperti dulu.
Dari pancaran pandangannya kepadaku aku melihat tanda-2 antipati
dan benci kepadaku,ia selalu menggelakkan diri dari duduk bersama aku bercakap_cakap
dan berbincang-bincang sebagaimana dahulu ia lakukan bila ia melihatku berada
di sekit arnya.
Mikyal menjawab seraya menghela nafas panjang dan mengusap air mata
yang terjatuh di atas pipinya:
“Wahai Daud aku tidak akan menyembunyikan sesuatu dari padamu dan
sesekali tidak akan merahasiakan hal-hal yang sepatutnya engkau kethui.
“Sesungguhnya sejak ayahku melihat bahwa keturunanmu makin naik di
mata rakyat dan namamu menjadi buah mulut yang di sanjung-sanjung sebagai pahlawan
dan penyelamat bangsa, ia merasa iri hati dan khuatir bila pengaruhmu di
kalangan rakyat makin meluas dan kecinta’an mereka kepadamu makin bertambah,
hal itu akan dapat melemahkan
Kekuasa’annya dan bahkan mungkin mengganggu kewibawa’an Keraja’annya.
“Ayahku walau ia seorang Mu’min berilmu dan bukan dari keturunan
raja menikmati kehidupan yang mewah, menduduki yang empuk dan merasakan
manisnya berkuasa.
Orang mengiakan kata_katanya, melaksanakan segala perintahnya dan
membungkukkan diri jika menghadapinya,ia khuatir akan kehilangan itu semua dan
kembali ke tanah ladangnya dan usaha ternaknya di desa.
Karenanya ia tidak menyukai orang menonjol yang di hormati dan di segani
rakyat apalagi di puja-puja dan di anggapnya pahlawan bangsa seperti engkau,ia
khuatir bahwa engkau kadang-2 dapat merenggut kedudukan dan mahkotanya dan
menjadikan dia terpaksa kembali ke cara hidupnya yang lama sebagaimana tiap
raja meragukan kesetia’an tiap orang dan berprasangka terhadap tindakan-2
orang-2nya bila ia belum mengerti apa yang di tuju dengan tindakan-2 itu.”
“Wahai Daud…
“Mikyal meneruskan ceritanya…
“Aku mendapat tahu bahwa ayahku sedang memikirkan suatu rencana
untuk menyingkirkan engkau dan mengikis habis pengaruhmu di kalangan rakyat dan
walaupun aku masih meragukan kebenaran berita itu, aku rasa tidak ada salahnya jika
engkau dari sekarang berlaku waspada dan hati-hati terhadap kemungkinan terjadi
hal-hal yang malang bagi dirimu.
Daud merasa
heran kata-kata isterinya itu lalu ia bertanya kepada dirinya sendiri dan
kepada isterinya:
“Mengapa terjadi hal yang sedemikian itu?
Mengapa kesetia’anku di ragukan oleh ayahmu, padahal aku dengan
jujur dan ikhlash hati berjuang di bawah benderanya, menegakkan kebenaran dan
memerangi kebathilan serta mengusir musuh ayahmu, Tholout telah kemasukan goda’an
Iblis yang telah menghilangkan akal sehatnya serta mengaburkan jalan
fikirannya?”
Kemudian tertidurlah Daud selesai mengucapkan kata-kata itu.
Pada esok harinya Daud terbangun oleh suara seorang pesuruh
Raja yang menyampaikan panggilan dan perintah kepadanya untuk segera datang
menghadap.
Berkata sang raja kepada Daud yang berdiri tegak di hadapannya:
“Hai Daud fikiranku kebelakang ini begitu terganggu oleh sebuah
berita yang merungsingkan.
“Aku mendengar bahwa bangsa Kan’an sedang menyusun kekuatannya dan
mengerahkan rakyatnya untuk datang menyerang dan menyerbu daerah kita.
“Engkaulah harapanku satu_satunya, hai Daud yang akan dapat
menangani urusan ini maka ambillah pedangmu dan siapkanlah peralatan perangmu
pilihlah orang-orang yang engkau percayai di antara tentaramu dan pergilah
serbu mereka di rumahnya sebelum mereka sempat datang kemari.
“Janganlah engkau kembali dari medan perang kecuali dengan membawa
bendera kemenangan atau dengan jenazahmu di bawa di atas bahu orang_orangmu.
Tholout hendak mencapai dua tujuan sekaligus dengan siasatnya ini,
ia hendak menghancurkan musuh yang selalu mengancam negerinya dan bersama’an
dengan itu mengusirkan Daud dari atas buminya karena hampir dapat memastikan
kepada dirinya bahwa Daud tidak akan kembali selamat dan pulang hidup dari
medan perang kali ini.
Siasat yang mengandung niat jahat dan tipu daya Tholout itu bukan tidak
di ketahui oleh Daud,ia merasa ada udang di balik batu dalam
perintah Tholout itu kepadanya, namun ia sebagai rakyat yang setia
dan anggota tentara yang berdisiplin ia menerima dan melaksanakan perintah itu
dengan sebaik-baiknya tanpa memperdulikan atau
memperhitungkan akibat yang akan menimpa dirinya.
Dengan bertawakkal kepada Allooh berpasrah diri kepada taqdir-Nya
dan berbekal Iiman dan taqwa di dalam hatinya berangkatlah Daud berserta pasukannya
menuju daerah bangsa Kan’an, ia tidak luput dari lindungan Allooh yang memang
telah menyuratkan dalam taqdir-Nya mengutus Daud sebagai Nabi dan Rosul.
Maka kembalilah Daud ke kampung halamannya berserta pasukannya
dengan membawa kemenangan gilang-gemilang.
Kedatangan Daud kembali dengan membawa kemenangan di terima oleh Tholout
dengan senyum dan tanda gembira yang di paksakan oleh dirinya, ia berpura-pura
menyambut Daud dengan penghormatan yang besar dan puji-pujian yang
berlebih-lebihan namun dalam dadanya makin menyala-nyala api dendam dan
kebenciannya, apalagi di sadarinya bahwa dengan berhasilnya Daud menggondol
kemenangan,pengaruhnya di mata rakyat makin naik dan makin di cintainyalah ia
oleh
Bani Isro’il sehingga di mana saja orang berkumpul tidak lain yang
di bicarakan hanyalah tentang diri Daud, keberaniannya, kecekapannya memimpin
pasukan dan kemahirannya menyusun strategi dengan sifat -sifat mana ia dapat
mengalahkan bangsa Kan’an dan membawa kembali ke rumah kemenangan yang menjadi
kebangga’an
seluruh bangsa.
Gagallah siasat Tholout menyingkirkan Daud dengan
meminjam tangan orang-orang Kan’an, ia kecewa tidak melihat jenazah Daud di usung
oleh orang-orangnya yang kembali dari medan perang sebagaimana yang ia harapkan
dan ramalkan, tetapi ia melihat Daud dalam ke ada’an segar bugar gagah perkasa
berada di hadapan pasukannya menerima alu_aluan rakyat dan sorak-sorainya tanda
cinta kasih sayang mereka kepadanya sebagai pahlawan bangsa yang tidak terkalahkan.
Tholout yang di bayang rasa takut akan kehilangan kekuasa’an
melihat makin meluasnya pengaruh Daud, terutama sejak kembalinya dari perang
dengan bangsa Kan’an, berfikir jalan satu-satunya yang akan
menyelamatkan dia dari ancaman Daud ialah membunuhnya secara langsung,lalu
di aturlah rencana pembunuhannya sedemikian cermatnya sehingga tidak akan
menyeret namanya terbawa-bawa ke dalamnya.
Mikyal, isteri Daud yang dapat mencium rancangan jahat ayahnya itu,
segera memberitahu kepada suaminya, agar ia segera menjauhkan diri
dan meninggalkan kota secepat mungkin sebelum rancangan jahat itu
sempat di laksanakan .
Maka keluarlah Daud memenuhi anjuran isterinya yang setia itu
meninggalkan kota di waqtu malam gelap dengan tiada membawa bekal kecuali Iiman
di dada dan kepercaya’an yang teguh yang akan inayahnya Allooh dan Rahmat -Nya.
Setelah berita menghilangnya Daud dari istana Raja di ketahui oleh
umum, berbondong-bondonglah menyusul saudara-2nya, murid-2nya dari para
pengikutnya mencari jejaknya untuk menyampaikan kepadanya rasa setiakawan
mereka serta menawarkan bantuan dan pertolongan yang mungkin di perlukannya.
Mereka menemui Daud sudah agak jauh dari kota, ia lagi istirahat
seraya merenungkan nasib yang ia alami sebgai akibat dari perbuatan seorang
hamba Allooh yang tidak mengenal budi baik sesamanya dan yang selalu
memperturutkan hawa nafsunya sekedar untuk mempertahankan kekuasa’an
duniawinya.
Hamba Allooh itu tidak sadar, fikir Daud bahwa kenikmatan dan
kekuasa’an duniawi yang ia miliki adalah pemberian Allooh yang sewaqtu-waqtu
dapat di cabut -Nya kembali daripadanya.
2. Daud Di Nobatkan Sebagai Raja;
Raja Tholout makin lama makin berkurang pengaruhnya dan merosot.
Kewibawa’annya sejak ia di tingglkan oleh Daud dan di ketahui oleh
rakyat rancangan jahatnya terhadap orang yang telah berjasa membawa kemenangan
demi kemenangan bagi negara dan bangsanya dan sejauh
pengharga’an rakyat terhadap Tholout merosot , sejauh itu pula
cinta kasih mereka kepada Daud makin meningkat , sehingga banyak di antara mereka
yang lari mengikuti Daud dan menggabungkan diri ke dalam barisannya, hal mana
menjadikan Tholout kehilangan akal dan tidak dapat menguasai dirinya,ia lalu
menjalankan siasat tangan besi,menghunus pedang dan membunuh siapa saja yang ia
ragukan kesetia’annya, tidak terkecuali di antara korban-2nya terdapat para Ulama’
dan para pemuka rakyat .
Tholout yang mengetahui bahwa Daud yang merupakan satu-satunya saingan
baginya masih hidup yang mungkin sekali akan menuntut balas atas pengkhianatan
dan rancangan jahatnya, merasakan tidak dapat
tidur nyenyak dan hidup tentram di istananya sebelum ia melihatnya
mati terbunuh, karenanya ia mengambil keputusan untuk mengejar Daud di mana pun
ia berada, dengan sisa pasukan tentaranya yang sudah goyah disiplinnya dan
kesetia’annya kepada Istana,ia fikir harus cepat -2 membinasakan Daud dan para
pengikutnya sebelum mereka menjadi
kuat dan bertambah banyak pengikutnya.
Daud berserta
para pengikutnya pergi bersembunyi di sebuah tempat persembunyian tatkala
mendengar bahwa Tholout dengan laskarnya sedang mengejarnya dan sedang berada
Tidak jauh dari tempat persembunyiannya, ia menyuruh beberapa orang daripada
para pengikutnya untuk melihat dan mengamat -amati kedudukan Tholout yang sudah
berada dekat dari tempat mereka bersembunyi.
Mereka kembali memberitahukan kepada Daud bahawa Tholout dan laskarnya
sudah berada di sebuah lembah dekat dengan tempat mereka dan sedang tertidur
semuanya dengan nyenyak.
Mereka berseru kepada Daud jangan menyia-nyiakan kesempatan yang
baik ini untuk memberi pukulan yang memastikan kepada Tholout dan laskarnya.
Anjuran mereka di tolak oleh Daud dan ia buat sementara merasa
cukup sebagai peringatan pertama bagi Tholout menggunting saja sudut bajunya
selagi ia nyenyak dalam tidurnya.
Setelah Tholout terbangun dari tidurnya, di hampirilah ia oleh Daud yang
seraya menunjukkan potongan yang di gunting dari sudut bajunya
berkatalah ia kepadanya:
“Lihatlah pakaian bajumu yang telah aku gunting sewaqtu engkau tidur
nyenyak.
“Sekiranya aku mau niscaya aku dengan mudah telah membunuhmu dan
menceraikan kepalamu dari tubuhmu, namun aku masih ingin memberi kesempatan
kepadamu untuk berthaubat dan ingat kepada Tuhan serta membersihkan hati dan fikiranmu
dari sifat -sifat dengki, hasut dan buruk sangka yang engkau jadikan dalih untuk
membunuh orang sesuka hatimu.
Tholout tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya bercampur malu
yang nampak jelas pada wajahnya yang pucat ,ia berkata menjawab Daud:
“Sungguh engkau adalah lebih adil dan lebih baik hati dari padaku.
“Engkau benar-benar telah menunjukkan jiwa besar dan perangai yang
luhur.
“Aku harus mengakui hal itu.
Peringatan yang di berikan oleh Daud belum dapat menyadarkan Tholout
.
Hasratnya yang keras untuk mempertahankan kedudukannya yang sudah
lapuk itu menjadikan ia lupa peringatan yang ia terima dari Daud tatkala di
gunting sudut bajunya,ia tetap melihat Daud sebagai musuh yang akan
menghancurkan keraja’annya dan mengambil alih mahkotanya,ia merasa belum aman
selama masih hidup di kelilingi oleh para pengikutnya yang makin lama makin
membesar bilangannya, ia enggan menarik pengajaran dan peristiwa perguntingan
bajunya dan mencoba sekali lagi membawa laskarnya mengejar dan mencari Daud
untuk menangkapnya hidup atau mati.
Sampailah berita pengejaran Tholout ke telinga Daud buat
ke dua kalinya, maka di kirimlah pengintai oleh Daud untuk mengetahui di mana tempat
laskar Tholout berkhemah,di ketemukan sekali lagi mereka sedang berada di
sebuah bukit, tertidur dengan nyenyaknya karena payah kecapaian,dengan
melangkah beberapa anggota pasukan yang lagi tidur, sampailah Daud di tempat Tholout
yang lagi mendengkur dalam tidurnya, di ambilnyalah anak panah yang tertancap
di sebelah
kanan kepala Tholout berserta sebuah kendi air yang terletak di sebelah
kirinya, kemudian dari atas bukit berserulah Daud sekeras suaranya kepada
anggota pasukan Tholout agar mereka bangun dari tidurnya dan
menjaga baik-baik keselamatan rajanya yang nyaris terbunuh karena kelalaian
mereka,ia mengundang salah seorang dari anggota pasukan untuk datang mengambil
kembali anak panah dan kendi air kepunya’an raja yang telah di curi dari
sisinya tanpa seorang pun dari mereka yang mengetahuinya.
Tindakan Daud itu yang di maksudkan sebagai peringatan kali kedua kepada
Toholout bahwa pasukan pengawal yang besar yang
mengelilinginya tidak akan dapat menyelamatkan nyawanya bila Allooh
menghendaki merenggutnya, Daud memberi dua kali peringatan kepada Tholout
bukan dengan kata-kata tetapi dengan perbuatan yang nyata yang menjadikan ia
merasa ngeri membayangkan kesudahan hayatnya
andaikan Daud menuntut balas atas apa yang ia telah lakukan dan rancangkan
untuk pembunuhannya.
Jiwa besar yang telah di tunjukkan oleh daud dalam kedua peristiwa
itu telah sangat berkesan dalam lubuk hati Tholout .
Ia terbangun dari lamunannya dan sadar bahwa ia telah jauh tersesat
dalam sikapnya terhadap Daud,ia sadar bahwa nafsu angkara murka dan bisikan
iblislah yang mendorongkan dia merancangkan pembunuhan atas diri Daud yang
tidak berdosa, yang setia kepada keraja’annya, yang berkali-kali mempertaruhkan
jiwanya untuk kepentingan bangsa dan negerinya, tidak pernah berbuat khianat
atau melalaikan tugas dan kewajibannya, ia sadar bahwa ia telah berbuat dosa
besar dengan pembunuhan yang telah di lakukan atas beberapa pemuka Agama hanya
karena purba sangka yang tidak berdasar.
Tholout duduk seorang diri termenung membalik-balik lembaran
sejarah hidupnya, sejak berada di desa bersama ayahnya, kemudian tanpa di duga
dan di sangka, berkat Rahmat dan kurnia Allooh di angkatlah ia
menjadi Raja Bani Isro’il dan bagaimana Tuhan telah mengutuskan
Daud untuk mendampinginya dan menjadi pembantunya yang setia dan komandan
pasukannya yang gagah perkasa yang sepatutnya atas jasa_jasanya itu ia mendapat
pengharga’an yang setinggi-tingginya dan bukan sebagaimana ia telah lakukan
yang telah merancangkan pembunuhannya dan mengejar-gejarnya setelah ia
melarikan diri dari istana dan walaupun ia telah mengkhianati Daud dengan
rancangan jahatnya, Daud masih berkenan memberi ampun kepadanya dalam dua kesempatan
di mana ia dengan mudah membunuhnya andaikan dia mau.
Membayangkan peristiwa-2 itu semunya menjadi sesaklah dada Tholout
menyesalkan diri yang telah terjerumus oleh hawa nafsu dan goda’an
Iblis sehingga ia menyia-nyiakan kurnia dan Rahmat Allooh dengan tindakan_tindakan
yang bahkan membawa dosa dan murka Allooh.
Maka untuk menebuskan dosa-dosanya dan berthaubat kepada Allooh, Tholout
akhirnya mengambil keputusan keluar dari kota melepaskan mahkotanya dan
meninggalkan istananya berserta segala kebesaran dan kemegahannya lalu pergilah
ia berkelana dan mengembara di atas bumi Allooh sampai tiba sa’atnya ia
mendapat panggilan meninggalkan dunia yang fana ini menuju alam yang baka.
Syahdan, setelah istana keraja’an Bani Isro’il di tinggalkan oleh
Tholout yang pergi tanpa meninggalkan bekas, beramai-ramailah rakyat
mengangkat dan menobatkan Daud sebagai raja yang berkuasa.
3. Nabi Daud mendapat Goda’an;
Daud dapat menangani urusan pemerintahan dan keraja’an, mengadakan
peraturan dan menentukan bagi dirinya hari-hari khusus untuk melakukan ibadah
dan bermunajat kepada Allooh, hari-hari untuk peradilan, hari-hari untuk berda’wah
dan memberi penerangan kepada rakyat dan hari-hari menyelesaikan urusan-urusan
peribadinya.
Pada hari-hari yang di tentukan untuk beribadah dan menguruskan urusan-2
peribadinya, ia tidak di perkenankan seorang pun menemuinya dan mengganggu
dalam kholwatnya, sedang pada hari-hari yang di tentukan untuk peradilan maka
ia menyiapkan diri untuk menerima segala laporan dan keluhan yang di kemukan
oleh rakyatnya serta menyelesaikan segala pertikaian dan perkelahian yang terjadi
di antara sesama mereka.
Peraturan itu di ikuti secara teliti dan di terapkan secara ketat
oleh para pengawal dan petugas ke amanan istana.
Pada suatu hari di mana ia harus menutup diri untuk beribadah dan
berkholwat datanglah dua orang lelaki meminta izin dari para
pengawal untuk masuk bagi menemui raja, Izin tidak di berikan oleh para pengawal
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, namun lelaki itu memaksa kehendaknya dan
melalui pagar yang di panjat sampailah mereka ke dalam istana dan bertemu muka
dengan Daud.
Daud yang sedang melakukan ibadahnya terperanjat melihat kedua lelaki
itu sudah berada di depannya, padahal ia yakin para penjaga pintu istana tidak
akan dapat melepaskan siapapun masuk istana menemuinya.
Berkatalah kedua tamu yang tidak di undang itu ketika melihat
wajah Daud menjadi pucat tanda takut dan terkejut :
“Janganlah terkejut dan janganlah takut .
“Kami berdua datang kemari untuk meminta keputusan yang adil dan
benar mengenai perkara sengketa yang terjadi antara kami berdua.
Nabi Daud tidak dapat berbuat selain daripada menerima mereka yang
sudah berada di depannya, kendatipun tidak melalui prosedur dan protokol yang
sepatutnya.
Berkatalah ia kepada mereka setelah pulih kembali ketenangannya
dan hilang rasa paniknya:
“Cobalah bentangkan kepadaku persoalanmu dalam ke ada’an yang
sebenarnya…
Berkata seorang daripada kedua lelaki itu:
“Saudaraku ini memilki sembilan puluh sembilan ekor domba betina dan
aku hanya memilki se’ekor saja,ia menuntut dan mendesakkan kepadaku agar aku
serahkan kepadanya dombaku yang se’ekor itu bagi melengkapi perternakannya
menjadi genap seratus ekor.
Ia membawa macam-macam alasan dan berbagai dalil yang sangat sukar
bagiku untuk menolaknya, mengingatkan bahwa ia memang lebih cakap berdebat dan
lebih pandai bertikam lidah dari padaku.
Nabi Daud berpaling muka kepada lelaki yang lain yang sedang
seraya bertanya:
“Benarkah apa yang telah di uraikan oleh saudara kamu ini?
“Benar” ,jawab lelaki itu.
“Jika memang demikian halnya”, kata Daud, dengan marah
“Maka engkau telah berbuat zdolim kepada saudaramu ini dan
memperkosakan haq miliknya dengan tuntutanmu itu.
“Aku tidak akan membiarkan engkau melanjutkan tindakanmu yang
zdolim itu atau engkau akan menghadapi hukuman pukulan pada wajah dan hidungmu.
“Dan memang banyak di antara orang-orang yang berserikat itu yang
berbuat zdolim satu terhadap yang lain kecuali mereka yang benar beriman dan
beramal sholeh.”
“Wahai Daud”,
Berkata lelaki itu menjawab;
“Sebenarnya engkaulah yang sepatut menerima hukuman yang engkau
ancamkan kepadaku itu.
“Bukankah engkau sudah mempunyai sembilan puluh sembilan perempuan
mengapa engkau masih menyunting lagi seorang gadis yang sudah lama bertunangan
dengan seorang pemuda anggota tentaramu sendiri yang setia dan bakti dan
sudah lama mereka berdua saling cinta dan mengikat janji.
Nabi Daud tercengang mendengar jawaban lelaki yang berani, tegas
dan pedas itu dan sekali lagi ia memikirkan ke mana sasaran dan tujuan kata_kata
itu, sekonyong-konyong lenyaplah menghilang dari pandangannya kedua sosok tubuh
kedua lelaki itu.
Nabi Daud berdiam diri tidak mengubah sikap duduknya dan seraya
termenung sadarlah ia bahwa kedua lelaki itu adalah Malaikat yang di utuskan
oleh Allooh untuk memberi peringatan dan teguran kepadanya,ia seraya bersujud
memohon ampun dan maghfiroh dari Tuhan atas segala tindakan dan perbuatan yang tidak
di Ridhoi oleh-Nya.
Allooh menyatakan menerima thaubat Daud, mengampuni dosanya serta
mengangkatnya ke tingkat para Nabi dan Rosul-Nya.
Adapun gadis yang di maksudkan dalam percakapan Daud dengan kedua
Malaikat yang menyerupai sebagai Manusia itu ialah;
“Sabigh binti Sya’igh seorang gadis yang berparas elok dan cantik,
sedang calon suaminya adalah “Uria bin Hannan” seorang pemuda jejaka yang sudah
lama menaruh cinta dan mengikat janji dengan gadis tersebut bahwa sekembalinya
dari medan perang mereka berdua akan melangsungkan perkawinan dan hidup sebagai
suami isteri yang bahagia.
Pemuda itu telah secara resmi meminang Sabigh dari kedua orang tuanya,
yang dengan senang hati telah menerima baik uluran tangan pemuda itu,akan tetapi
apa yang hendak di katakan sewaktu Uria bin Hannan berada di negeri orang
melaksanakan perintah Daud berjihad untuk menegakkan kalimah Allooh, terjadilah
sesuatu yang menghancurkan rancangan syahdunya itu dan menjadilah cita-citanya
untuk beristerikan Sabigh gadis yang di idam-idamkan itu, seakan-akan impian
atau fatamorangana belaka.
Pada suatu hari di mana Uria masih berada jauh di negeri orang melaksanakan
perintah Allooh untuk berjihad, tertangkaplah paras Sabigh yang ayu itu oleh
kedua belah mata Daud dan dari pandangan pertama itu timbullah rasa cinta di
dalam hati Daud kepada sang gadis itu, yang secara sah adalah tunangan dari
salah seorang anggota tentaranya yang setia dan cakap.
Daud tidak perlu berfikir lama untuk menyatakan rasa hatinya terhadap
gadis yang cantik itu dan segera mendatangi kedua orang tuanya meminang gadis tersebut
.
Gerangan orang tua siapakah yang akan berfikir akan menolak uluran
tangan seorang seperti Daud untuk menjadi anak menantunya. Bukankah merupakan
suatu kemulia’an yang besar baginya untuk menjadi ayah mertua dari Daud seorang
pesuruh Allooh dan raja Bani Isro’il itu dan walaupun Sabigh telah di minta
oleh Uria namin Uria sudah lama meninggalkan tunangannya dan tidak dapat di pastikan
bahwa ia akan cepat kembali atau berada dalam ke ada’an hidup,tidak bijaksanalah
fikir kedua orang tua Sabigh untuk menolak uluran tangan Daud hanya semata-mata
karena menantikan kedatangan Uria kembali dari medan perang,maka di terimalah
perminta’an Daud dan kepadanya di serahkanlah Sabigh untuk menjadi isterinya
yang sah.
Demikianlah kisah perkawinan Daud dan Sabigh yang menurut para
ahli tafsir menjadi sasaran kritik dan teguran Allooh melalui kedua Malaikat yang
merupai sebagai dua lelaki yang datang kepada Nabi Daud
memohon penyelesaian tentang sengketa mereka perihal domba betina mereka.
4. Hari Sabtunya Bani Isro’il;
Di antara ajaran-2 Nabi Musa a.s. kepada Bani Isro’il ialah bahwa mereka
mewajibkan untuk mengkhususkan satu hari pada tiap minggu
bagi melakukan ibadah kepada Allooh mensucikan hati dan fikiran
mereka dengan berzdikir, bertahmid dan bersyukur atas segala kurnia dan nikmat Tuhan,
bersholat dan melakukan perbuatan-2 yang baik serta amal-2 sholeh.
Di haramkan bagi mereka pada hari yang di tentukan itu untuk berdagang
dan melaksanakan hal-hal yang bersifat duniawi.
Pada mulanya hari Juma’atlah yang di tunjuk sebagai hari keramat
dan hari ibadah itu, akan tetapi mereka meminta dari Nabi Musa agar hari ibadah
itu di jatuhkan pada setiap hari Sabtu, mengingatkan bahwa pada hari itu Allooh
selesai menciptakan makhluk-Nya.
Usul perubahan yang mereka ajukan itu di terima oleh Nabi Musa,
maka sejak itu, hari Sabtu pada setiap minggu di jadikan hari mulia dan suci,
di mana mereka tidak melakukan perdagangan dan mengusahakan urusan-2 duniawi,mereka
hanya tekun beribadah dan berbuat amal-amal kebajikan yang di perintahkan oleh
agama.
Demikianlah hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun
berganti tahun namun adat kebiasa’an mensucikan hari Sabtu tetap di pertahankan
turun temurun dan generasi demi generasi.
Pada masa Nabi Daud berkuasa di suatu desa bernama “Ailat ” satu di
antara beberapa desa yang terletak di tepi Laut Merah bermukim
sekelompok kaum dari keturunan Bani Isro’il yang sumber
percariannya adalah dari penangkapan ikan, perdagangan dan pertukangan yang di
lakukannya setiap hari kecuali hari Sabtu.
Sebagai akibat dari perintah mensucikan hari Sabtu di mana tiada seorang
malakukan urusan dagangan atau penangkapan ikan, maka pasar-pasar dan tempat -2
perniagaan di desa itu menjadi sunyi senyap pada tiap hari dan malam sabtu,
sehingga ikan-2 di laut tampak terapung-apung di atas permuka’an air, bebas
berpesta ria mengelilingi dua buah batu besar berwarna putih terletak di tepi
laut dekat desa Ailat .
Ikan-ikan itu seolah-olah sudah terbiasa bahwa pada tiap malam dan
hari Sabtu terasa aman bermunculan di atas permuka’an air tanpa
mendapat gangguan dari para nelayan tetapi begitu matahari terbenam
pada Sabtu senja menghilanglah ikan-ikan itu kembali ke perut dan dasar laut
sesuai dengan naluri yang di miliki oleh tiap binatang makhluk Allooh.
Para nelayan desa Ailat yang pada hari-hari biasa tidak pernah
melihat ikan begitu banyak terapung-apung di atas permuka’an air, bahkan sukar mendapat
menangkap ikan sebanyak yang di harapkan, menganggap adalah kesempatan yang
baik dan menguntungkan sekali bila mereka melakukan penangkapan ikan pada tiap
malam dan hari Sabtu.
Fikiran itu tidak di sia-siakan dan tanpa menghiraukan perintah
agama dan adat kebiasa’an yang sudah berlaku sejak Nabi Musa memerintahkannya,pergilah
mereka ramai-ramai ke pantai menangkap ikan di malam dan hari yang terlarang itu,
sehingga berhasillah mereka menangkap ikan sepuas hati mereka dan sebanyak yang
mereka harapkan, berbeda jauh dengan hasil mereka di hari-hari biasa.
Para penganut yang setia dan para Mu’min yang sholeh datang
menegur para orang fasiq yang telah berani melanggar kesucian hari Sabtu.
Mereka di beri nasehat dan peringatan agar menghentikan perbuatan mungkar
mereka dan kembali menta’ati perintah agama serta
menjauhkan diri dari semua larangannya, supaya menghindari murka
Allooh yang dapat mencabut kurnia dan nikmat yang telah di berikan kepada mereka.
Nasehat dan peringatan para Mu’min itu tidak di hiraukan oleh para
nelayan yang membangkang itu bahkan mereka makin giat melakukan pelanggaran
secara demonstratif karena sayang akan kehilangan ke untungan material yang besar
yang mereka peroleh dan penangkapan ikan di hari-hari yang suci.
Akhirnya pemuka-pemuka Agama terpaksa mengasingkan mereka dari
pergaulan dan melarangnya masuk ke dalam kota dengan menggunakan senjata kalau
perlu.
Berkata para nelayan pembangkang itu memprotes:
“Sesungguhnya kota Ailat adalah kota dan tempat tinggal kami
bersama kami mempunyai hak yang sama seperti kamu untuk tinggal menetap di sini
dan sesekali kamu tidak berhak melarang kami memasuki kota kami ini serta
melarang kami menggali sumber-2 kekaya’an yang terdapat di sini bagi
kepentingan hidup kami.
“Kami tidak akan meninggalkan kota kami ini dan pergi pindah ke tempat
lain.
“Dan jika engkau enggan bergaul dengan kami maka sebaiknya kota
Ailat ini di bagi menjadi dua bagian di pisah oleh sebuah tembok pemisah,
sehingga masing-2 pihak bebas berbuat dan melaksanakan usahanya tanpa di ganggu
oleh mana-mana pihak lain.
Dengan adanya garis pemisah antara para nelayan pembangkang yang fasiq
dan pemeluk-pemeluk Agama yang ta’at bebaslah mereka
melaksanakan usaha penangkapan ikan semau hatinya secara besar_besaran
pada tiap-tiap hari tanpa berkecuali.
Mereka membina saluran-2 air bagi mengalirkan air laut ke dekat
rumah-2 mereka dengan mengadakan bendungan-2 yang mencegah kembalinya ikan-2 ke
laut bila matahari terbenam pada setiap petang
Sabtu pada waktu mana biasanya ikan-2 yang terapung-apung itu meluncur
kembali ke dasar laut .
Para nelayan yang makin manjadi kaya karena ke untungan besar yang
meeka peroleh dari hasil penangkapan ikan yang bebas menjadi makin berani
melakukan maksiat dan pelanggaran perintah-2 Agama yang menjurus kepada
kerusakkan akhlaq dan moral mereka.
Sementara para pemuka Agama yang melihat para nelayan itu makin berani
melanggar perintah Allooh dan melakukan kemungkaran dan kemaksiat an di daerah
mereka sendiri masih rajin mendatangi mereka dari masa ke semasa memperingatkan
mereka dan memberi nasehat ,kalau-2 masih dapat di tarik ke jalan yang benar
dan berthaubat dari perbuatan maksiat mereka.
Akan tetapi kekaya’an yang mereka peroleh dari hasil penangkapan
yang berganda menjadikan mata mereka buta untuk melihat cahaya kebenaran,
telinga mereka pekak untuk mendengar nasehat -2 para pemuka Agama dan lubuk
hati mereka tersumbat oleh nafsu kemaksiatan dan kefasiqan, sehingga menjadikan
sebagian dari pemuka dan penganjur Agama itu berputus asa dan berkata kepada sebagian
yang masih menaruh harapan:
“Mengapa kamu masih menasehati orang-orang yang akan di binasakan
oleh Allooh dan akan di timpahi hati orang-orang yang akan di binasakan oleh
Allooh dan akan di timpahi azdab yang sangat keras.
Demikianlah pula Nabi Daud setelah melihat bawa segala nasehat dan
peringatan kepada kaumnya hanya di anggap sebagai angin lalu atau se’akan suara
di padang pasir belaka dan melihat tiada harapan lagi bahwa mereka akan sadar
dan insaf kembali maka berdo’alah beliau memohon kepada Allooh agar menggajar
mereka dengan siksa’an dan
azdab yang setimpal.
Do’a Nabi Daud di kabulkan oleh Allooh dan terjadilah suatu gempa
bumi yang dahsyat yang membinasakan orang-orang yang telah
membangkang dan berlaku zdolim terhadap diri mereka sendiri dengan
mengabaikan perintah Allooh dan perintah para hamba-Nya yang sholeh.
Sementara mereka yang Mu’min dan sholeh mendapat perlindungan
Allooh dan terhindarlah dari malapetaka yang melanda itu.
5. Beberapa Karunia Allooh Kepada
Nabi Daud;
1. Allooh mengutusnya sebagai Nabi dan Rosul mengurniainya nikmat
kesempurna’an ilmu, ketelitian amal perbuatan serta kebijaksana’an
dalam menyelesaikan perselisihan.
2. Kepadanya di turunkan kitab “Zabur”, kitab suci yang
menghimpunkan qosidah-2 dan sajak-2 serta lagu-2 yang mengandungi tashbih dan
pujian-pujian kepada Allooh, kisah Umat -2 yang dahulu dan berita Nabi-Nabi
yang akan datang, di antaranya berita tentang datangnya Nabi Muhammad s.a.w.
3. Allooh menundukkan gunung-2 dan memerintahkannya bertashbih mengikuti
tashbih Nabi Daud tiap pagi dan senja.
4. Burung-2 pun turut bertashbih mengikuti tashbih Nabi Daud
berulang ulang.
5. Nabi Daud di beri peringatan tentang maksud suara atau bahasa burung-2.
6. Allooh telah memberinya kekuatan melunakkan besi, sehingga ia dapat
membuat baju-baju dan lingkaran-2 besi dengan tangannya tanpa pertolongan api.
7. Nabi Daud telah di berikannya kesempatan menjadi raja memimpin Keraja’an
yang kuat yang tidak dapat di kalahkan oleh musuh,
bahkan sebaliknya ia selalu memperolehi kemenangan di atas semua
musuhnya.
8. Nabi Daud di kurniakan suara yang merdu oleh Allooh yang enak di
dengar sehingga kini ia menjadi kiasan bila seseorang bersuara
merdu di katakan bahwa ia memperoleh suara Nabi Daud.
Kisah Nabi Daud dan kisah Sabtunya Bani Isro’il terdapat dalam
Al-Qur’an surah “Saba’” ayat 11, surah “An-Nisa’” ayat 163, surah “Al-Isro’’”
ayat 55,surah “Shood” ayat 17 sehingga ayat 26 dan surah “Al-’Aaroof ” ayat 163
sehingga ayat 165.
C. Beberapa Pelajaran Yang Dapat Di Ambil Dari Kisah
Nabi Daud A.S;
1. Allooh telah memberikan contoh bahwa seseorang yang bagaimana
pun besar dan perkasanya yang hanya menyandarkan diri kepada kekuatan jasmaninya
dapat di kalahkan oleh orang yang lebih lemah dengan hanya sesuatu benda yang
tidak berarti sebagaimana Daud yang muda usia dan lemah fizikal mengalahkan Jalout
yang perkasa itu dengan bersenjatakan batu saja.
2. Seorang yang lemah dan miskin tidak patut berputus asa mencari
hasil dan memperoleh kejaya’an dalam usaha dan perjuangannya selama ia
bersandarkan kepada taqwa dan Iimaan kepada Allooh yang akan melindunginya.
3. Kemenangan Daud atas Jalout tidak menjadikan dia berlaku
sombong dan takabbur, bahkan sebaliknya ia bersikap rendah hati dan lemah lembut
terhadap kawan maupun lawan.
Walloohu A’lam.
_______/|\______
¨¨¨¨¨¨¨˜°♥°˜¨¨¨¨¨¨
SALAAM
SILIWANGI