Selasa, 10 September 2019

17.Kisah Nabi Daud As




17.Kisah Nabi Daud As.
A. Pendahuluan
Daud (bahasa Ibrani: ּוִד 􀀀 דָ; bahasa Inggris Davíd;
bahasa Tiberia Dāwíð; bahasa Arab: داوود atau داود Dā’ūd; bahasa Tigrinya:
Dāwīt ) merupakan seorang Nabi dalam agama Islaam, Kristen dan Yahudi dan merupakan raja ke dua dan yang paling populer dalam keraja’an Israel.
Dalam Agama Islaam Nabi Daud menerima kitab Zabur, sementara dalam Agama Kristen Daud menuliskan banyak Mazmur yang di kumpulkan ke dalam kitab Mazmur.
Daud adalah moyang dari Yesus atau Isa al-masih.

1. Daud menurut pandangan Yahudi dan Kristen;
Daud di lahirkan di Betlehem, Efrata, di daerah yang bernama Yudea (1 Samuel 16).
Ayahnya bernama Isai, putra bungsu dari 8 bersaudara.
Masa remajanya di lewatinya sebagai seorang gembala.
(1 Samuel 17 )
Suatu kali, ketika sedang menggembalakan dombanya, Daud di perintahkan ayahnya mengantarkan bekal makanan kepada kakak_kakaknya yang sedang berhadap-hadapan dengan tentara-tentara Filistin.

2. Daud dalam Islaam;
Daud ( داود Dāwūd) ialah Nabi sekaligus raja Bani Isro’il,semenjak masih muda telah menyertai tentara Bani Isro’il di bawah pimpinan Tholut melawan pasukan bangsa Palestin yang di pimpin Jalut .
Daud_lah yang berhasil membunuh Jalut , sehingga di puji sebagai pahlawan perang.
Setelah Raja Tholut meninggal, Daud menggantikannya sebagai raja.
Allooh mengangkat Daud sebagai Nabi dan Rosul-Nya.
Kepadanyalah di turunkan kitab Zabur,ia memiliki sejumlah mu’jizat , kecerdasan akal,mengerti bahasa burung, dan melembutkan besi hanya dengan menggunakan tangan kosong dan Daud juga memiliki suara yang paling merdu dari semua suara Umat manusia, sama seperti Yusuf yang di berikan wajah yang paling tampan.
Daud yang mulai pembangunan Bait Suci yaitu Baitul Muqoddis yang telah di selesaikan oleh anaknya Sulaiman, yang kemudian sekarang
menjadi tempat Masjid Al-Aqso’.
Daud meninggal dalam usia 100 tahun dan di kebumikan di Baitul Muqoddis.

B. Kisah Nabi Daud;
Daud bin Yisya adalah salah seorang dari tiga belas bersaudara turunan ketiga belas dari Nabi Ibrohim A.S, ia tinggal bermukim di kota Baitlehem, kota kelahiran Nabi Isa A.S, bersama ayah dan tiga belas saudaranya.

1. Daud Dan Raja Thalout;
Ketika raja Tholout raja Bani Isro’il mengerahkan orang supaya memasuki tentara dan menyusun tentara rakyat untuk berperang
melawan bangsa Palestin, Daud bersama dua orang kakaknya di perintahkan oleh ayahnya untuk turut berjuang dan menggabungkan diri ke dalam barisan askar Tholout .
Khusus kepada Daud sebagai anak yang termuda di antara tiga bersaudara, ayahnya berpesan agar ia berada di barisan belakang dan tidak boleh turut bertempur, ia di tugaskan hanya untuk melayani ke dua kakaknya yang harus berada di barisan depan, membawakan makanan dan minuman serta keperluan-2 lainnya bagi mereka, di samping ia harus dari waktu ke waktu memberi laporan kepada ayahnya tentang jalannya pertempuran dan ke ada’an ke dua kakaknya di dalam medan perang, ia sesekali tidak di izinkan maju ke garis depan dan turut bertempur, mengingatkan usianya yang masih muda dan belum ada pengalaman berperang sejak ia di lahirkan.
Akan tetapi ketika pasukan Tholout dari Bani Isro’il berhadapan muka dengan pasukan Jalout dari bangsa Palestin, Daud lupa akan pesan ayahnya tatkala mendengar suara Jalout yang nyaring dengan penuh kesombongan menentang mengajak berperang, sementara jago-jago perang Bani Isro’il berdiam diri sehingga rasa takut dan kecil hati, ia
secara spontan menawarkan diri untuk maju menghadapi Jalout dan terjadilah pertempuran antara mereka berdua yang berakhir dengan
terbunuhnya Jalout sebagaimana telah di ceritakan dalam kisah sebelum ini.
Sebagai imbalan bagi jasa Daud mengalahkan Jalout maka di jadikan menantu oleh Tholout dan di kahwinkannya dengan puterinya yang
bernama Mikyal, sesuai dengan janji yang telah di umumkan kepada pasukannya bahwa puterinya akan di kahwinkan dengan orang yang dapat bertempur melawan Jalout dan mengalahkannya.
Di samping ia di pungut sebagai menantu, Daud di angkat pula oleh raja Tholout sebagai penasehatnya dan orang kepercaya’annya, ia di sayang,di sanjung dan di hormati serta di segani bukan saja oleh mertuanya bahkan oleh seluruh rakyat Bani Isro’il yang melihatnya sebagai pahlawan bangsa yang telah berhasil mengangkat keturunan serta derajat Bani Isro’il di mata bangsa-2 sekelilingnya.
Suasana ke akraban, saling sayang dan saling cinta yang meliputi hubungan sang menantu Daud dengan sang mertua Tholout tidak dapat
bertahan lama.
Pada akhir waktunya Daud merasa bahwa ada perubahan dalam sikap mertuanya terhadap dirinya, muka manis yang biasa ia dapat dari mertuanya berbalik menjadi muram dan kaku, kata_katanya yang biasa di dengar lemah-lembut berubah menjadi kata-kata yang kasar dan keras.
Bertanya ia kepada diri sendiri gerangan apakah kiranya yang menyebabkan perubahan sikap yang mendadak itu?
Adakah hal-hal yang di lakukan yang di anggap oleh mertuanya kurang layak, sehingga menjadikan ia marah dan benci kepadanya?
Ataukah mungkin hati mertuanya termakan oleh hasutan dan fitnahan orang yang sengaja ingin merusakkan suasana harmoni dan damai di dalam rumah tangganya?
Bukankah ia seorang menantu yang setia dan ta’at kepada mertuanya yang telah memenuhi tugasnya dalam perang sebaik yang ia harapkan?
Dan bukankah ia selalu tetap bersedia mengorbankan jiwa raganya untuk membela dan mempertahankan kekekalan keraja’an mertuanya?
Daud tidak mendapat jawaban yang memuaskan atas pertanya’an-2 yang melintasi fikirannya itu,ia kemudian kembali kepada dirinya sendiri dan berkata dalam hatinya mungkin apa yang ia lihat sebagai perubahan
sikap dan perlakuan dari mertuannya itu hanya suatu duga’an dan prasangka belaka dari pihaknya dan kalau pun memang ada maka
mungkin di sebabkan oleh urusan-2 dan masalah-2 peribadi dari mertua yang tidak ada sangkut -pautnya dengan dirinya sebagai menantu.
Demikianlah dia mencoba menenangkan hati dan fikirannya yang masyangul yang berfikir selanjutnya tidak akan mempedulikan dan
mengambil kisah tentang sikap dan tindak-tanduk mertuanya lebih jauh.
Pada suatu malam gelap yang sunyi senyap, ketika ia berada di tempat tidur bersama isterinya Mikyal.
Daud berkata kepada isterinya:
“Wahai Mikyal, entah benarkah aku atau salah dalam tanggapanku dan apakah khayal dan duga’an hatiku belaka atau sesuatu kenyata’an apa yang aku lihat dalam sikap ayahmu terhadap diriku?
Aku melihat akhir-2 ini ada perubahan sikap dari ayahmu terhadap diriku, ia selalu menghadapi aku dengan muka muram dan kaku tidak seperti biasanya.
Kata-katanya kepadaku tidak selemah lembut seperti dulu.
Dari pancaran pandangannya kepadaku aku melihat tanda-2 antipati dan benci kepadaku,ia selalu menggelakkan diri dari duduk bersama aku bercakap_cakap dan berbincang-bincang sebagaimana dahulu ia lakukan bila ia melihatku berada di sekit arnya.
Mikyal menjawab seraya menghela nafas panjang dan mengusap air mata yang terjatuh di atas pipinya:
“Wahai Daud aku tidak akan menyembunyikan sesuatu dari padamu dan sesekali tidak akan merahasiakan hal-hal yang sepatutnya engkau kethui.
“Sesungguhnya sejak ayahku melihat bahwa keturunanmu makin naik di mata rakyat dan namamu menjadi buah mulut yang di sanjung-sanjung sebagai pahlawan dan penyelamat bangsa, ia merasa iri hati dan khuatir bila pengaruhmu di kalangan rakyat makin meluas dan kecinta’an mereka kepadamu makin bertambah, hal itu akan dapat melemahkan
Kekuasa’annya dan bahkan mungkin mengganggu kewibawa’an Keraja’annya.
“Ayahku walau ia seorang Mu’min berilmu dan bukan dari keturunan raja menikmati kehidupan yang mewah, menduduki yang empuk dan merasakan manisnya berkuasa.
Orang mengiakan kata_katanya, melaksanakan segala perintahnya dan membungkukkan diri jika menghadapinya,ia khuatir akan kehilangan itu semua dan kembali ke tanah ladangnya dan usaha ternaknya di desa.
Karenanya ia tidak menyukai orang menonjol yang di hormati dan di segani rakyat apalagi di puja-puja dan di anggapnya pahlawan bangsa seperti engkau,ia khuatir bahwa engkau kadang-2 dapat merenggut kedudukan dan mahkotanya dan menjadikan dia terpaksa kembali ke cara hidupnya yang lama sebagaimana tiap raja meragukan kesetia’an tiap orang dan berprasangka terhadap tindakan-2 orang-2nya bila ia belum mengerti apa yang di tuju dengan tindakan-2 itu.”
“Wahai Daud…
“Mikyal meneruskan ceritanya…
“Aku mendapat tahu bahwa ayahku sedang memikirkan suatu rencana untuk menyingkirkan engkau dan mengikis habis pengaruhmu di kalangan rakyat dan walaupun aku masih meragukan kebenaran berita itu, aku rasa tidak ada salahnya jika engkau dari sekarang berlaku waspada dan hati-hati terhadap kemungkinan terjadi hal-hal yang malang bagi dirimu.
Daud merasa heran kata-kata isterinya itu lalu ia bertanya kepada dirinya sendiri dan kepada isterinya:
“Mengapa terjadi hal yang sedemikian itu?
Mengapa kesetia’anku di ragukan oleh ayahmu, padahal aku dengan jujur dan ikhlash hati berjuang di bawah benderanya, menegakkan kebenaran dan memerangi kebathilan serta mengusir musuh ayahmu, Tholout telah kemasukan goda’an Iblis yang telah menghilangkan akal sehatnya serta mengaburkan jalan fikirannya?”
Kemudian tertidurlah Daud selesai mengucapkan kata-kata itu.
Pada esok harinya Daud terbangun oleh suara seorang pesuruh Raja yang menyampaikan panggilan dan perintah kepadanya untuk segera datang menghadap.
Berkata sang raja kepada Daud yang berdiri tegak di hadapannya:
“Hai Daud fikiranku kebelakang ini begitu terganggu oleh sebuah berita yang merungsingkan.
“Aku mendengar bahwa bangsa Kan’an sedang menyusun kekuatannya dan mengerahkan rakyatnya untuk datang menyerang dan menyerbu daerah kita.
“Engkaulah harapanku satu_satunya, hai Daud yang akan dapat menangani urusan ini maka ambillah pedangmu dan siapkanlah peralatan perangmu pilihlah orang-orang yang engkau percayai di antara tentaramu dan pergilah serbu mereka di rumahnya sebelum mereka sempat datang kemari.
“Janganlah engkau kembali dari medan perang kecuali dengan membawa bendera kemenangan atau dengan jenazahmu di bawa di atas bahu orang_orangmu.
Tholout hendak mencapai dua tujuan sekaligus dengan siasatnya ini, ia hendak menghancurkan musuh yang selalu mengancam negerinya dan bersama’an dengan itu mengusirkan Daud dari atas buminya karena hampir dapat memastikan kepada dirinya bahwa Daud tidak akan kembali selamat dan pulang hidup dari medan perang kali ini.
Siasat yang mengandung niat jahat dan tipu daya Tholout itu bukan tidak di ketahui oleh Daud,ia merasa ada udang di balik batu dalam
perintah Tholout itu kepadanya, namun ia sebagai rakyat yang setia dan anggota tentara yang berdisiplin ia menerima dan melaksanakan perintah itu dengan sebaik-baiknya tanpa memperdulikan atau
memperhitungkan akibat yang akan menimpa dirinya.
Dengan bertawakkal kepada Allooh berpasrah diri kepada taqdir-Nya dan berbekal Iiman dan taqwa di dalam hatinya berangkatlah Daud berserta pasukannya menuju daerah bangsa Kan’an, ia tidak luput dari lindungan Allooh yang memang telah menyuratkan dalam taqdir-Nya mengutus Daud sebagai Nabi dan Rosul.
Maka kembalilah Daud ke kampung halamannya berserta pasukannya dengan membawa kemenangan gilang-gemilang.
Kedatangan Daud kembali dengan membawa kemenangan di terima oleh Tholout dengan senyum dan tanda gembira yang di paksakan oleh dirinya, ia berpura-pura menyambut Daud dengan penghormatan yang besar dan puji-pujian yang berlebih-lebihan namun dalam dadanya makin menyala-nyala api dendam dan kebenciannya, apalagi di sadarinya bahwa dengan berhasilnya Daud menggondol kemenangan,pengaruhnya di mata rakyat makin naik dan makin di cintainyalah ia oleh
Bani Isro’il sehingga di mana saja orang berkumpul tidak lain yang di bicarakan hanyalah tentang diri Daud, keberaniannya, kecekapannya memimpin pasukan dan kemahirannya menyusun strategi dengan sifat -sifat mana ia dapat mengalahkan bangsa Kan’an dan membawa kembali ke rumah kemenangan yang menjadi kebangga’an
seluruh bangsa.
Gagallah siasat Tholout menyingkirkan Daud dengan meminjam tangan orang-orang Kan’an, ia kecewa tidak melihat jenazah Daud di usung oleh orang-orangnya yang kembali dari medan perang sebagaimana yang ia harapkan dan ramalkan, tetapi ia melihat Daud dalam ke ada’an segar bugar gagah perkasa berada di hadapan pasukannya menerima alu_aluan rakyat dan sorak-sorainya tanda cinta kasih sayang mereka kepadanya sebagai pahlawan bangsa yang tidak terkalahkan.
Tholout yang di bayang rasa takut akan kehilangan kekuasa’an melihat makin meluasnya pengaruh Daud, terutama sejak kembalinya dari perang dengan bangsa Kan’an, berfikir jalan satu-satunya yang akan
menyelamatkan dia dari ancaman Daud ialah membunuhnya secara langsung,lalu di aturlah rencana pembunuhannya sedemikian cermatnya sehingga tidak akan menyeret namanya terbawa-bawa ke dalamnya.
Mikyal, isteri Daud yang dapat mencium rancangan jahat ayahnya itu,
segera memberitahu kepada suaminya, agar ia segera menjauhkan diri dan meninggalkan kota secepat mungkin sebelum rancangan jahat itu
sempat di laksanakan .
Maka keluarlah Daud memenuhi anjuran isterinya yang setia itu meninggalkan kota di waqtu malam gelap dengan tiada membawa bekal kecuali Iiman di dada dan kepercaya’an yang teguh yang akan inayahnya Allooh dan Rahmat -Nya.
Setelah berita menghilangnya Daud dari istana Raja di ketahui oleh umum, berbondong-bondonglah menyusul saudara-2nya, murid-2nya dari para pengikutnya mencari jejaknya untuk menyampaikan kepadanya rasa setiakawan mereka serta menawarkan bantuan dan pertolongan yang mungkin di perlukannya.
Mereka menemui Daud sudah agak jauh dari kota, ia lagi istirahat seraya merenungkan nasib yang ia alami sebgai akibat dari perbuatan seorang hamba Allooh yang tidak mengenal budi baik sesamanya dan yang selalu memperturutkan hawa nafsunya sekedar untuk mempertahankan kekuasa’an duniawinya.
Hamba Allooh itu tidak sadar, fikir Daud bahwa kenikmatan dan kekuasa’an duniawi yang ia miliki adalah pemberian Allooh yang sewaqtu-waqtu dapat di cabut -Nya kembali daripadanya.

2. Daud Di Nobatkan Sebagai Raja;
Raja Tholout makin lama makin berkurang pengaruhnya dan merosot.
Kewibawa’annya sejak ia di tingglkan oleh Daud dan di ketahui oleh rakyat rancangan jahatnya terhadap orang yang telah berjasa membawa kemenangan demi kemenangan bagi negara dan bangsanya dan sejauh
pengharga’an rakyat terhadap Tholout merosot , sejauh itu pula cinta kasih mereka kepada Daud makin meningkat , sehingga banyak di antara mereka yang lari mengikuti Daud dan menggabungkan diri ke dalam barisannya, hal mana menjadikan Tholout kehilangan akal dan tidak dapat menguasai dirinya,ia lalu menjalankan siasat tangan besi,menghunus pedang dan membunuh siapa saja yang ia ragukan kesetia’annya, tidak terkecuali di antara korban-2nya terdapat para Ulama’ dan para pemuka rakyat .
Tholout yang mengetahui bahwa Daud yang merupakan satu-satunya saingan baginya masih hidup yang mungkin sekali akan menuntut balas atas pengkhianatan dan rancangan jahatnya, merasakan tidak dapat
tidur nyenyak dan hidup tentram di istananya sebelum ia melihatnya mati terbunuh, karenanya ia mengambil keputusan untuk mengejar Daud di mana pun ia berada, dengan sisa pasukan tentaranya yang sudah goyah disiplinnya dan kesetia’annya kepada Istana,ia fikir harus cepat -2 membinasakan Daud dan para pengikutnya sebelum mereka menjadi
kuat dan bertambah banyak pengikutnya.
Daud berserta para pengikutnya pergi bersembunyi di sebuah tempat persembunyian tatkala mendengar bahwa Tholout dengan laskarnya sedang mengejarnya dan sedang berada Tidak jauh dari tempat persembunyiannya, ia menyuruh beberapa orang daripada para pengikutnya untuk melihat dan mengamat -amati kedudukan Tholout yang sudah berada dekat dari tempat mereka bersembunyi.
Mereka kembali memberitahukan kepada Daud bahawa Tholout dan laskarnya sudah berada di sebuah lembah dekat dengan tempat mereka dan sedang tertidur semuanya dengan nyenyak.
Mereka berseru kepada Daud jangan menyia-nyiakan kesempatan yang baik ini untuk memberi pukulan yang memastikan kepada Tholout dan laskarnya.
Anjuran mereka di tolak oleh Daud dan ia buat sementara merasa cukup sebagai peringatan pertama bagi Tholout menggunting saja sudut bajunya selagi ia nyenyak dalam tidurnya.
Setelah Tholout terbangun dari tidurnya, di hampirilah ia oleh Daud yang seraya menunjukkan potongan yang di gunting dari sudut bajunya
berkatalah ia kepadanya:
“Lihatlah pakaian bajumu yang telah aku gunting sewaqtu engkau tidur nyenyak.
“Sekiranya aku mau niscaya aku dengan mudah telah membunuhmu dan menceraikan kepalamu dari tubuhmu, namun aku masih ingin memberi kesempatan kepadamu untuk berthaubat dan ingat kepada Tuhan serta membersihkan hati dan fikiranmu dari sifat -sifat dengki, hasut dan buruk sangka yang engkau jadikan dalih untuk membunuh orang sesuka hatimu.
Tholout tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya bercampur malu yang nampak jelas pada wajahnya yang pucat ,ia berkata menjawab Daud:
“Sungguh engkau adalah lebih adil dan lebih baik hati dari padaku.
“Engkau benar-benar telah menunjukkan jiwa besar dan perangai yang luhur.
“Aku harus mengakui hal itu.
Peringatan yang di berikan oleh Daud belum dapat menyadarkan Tholout .
Hasratnya yang keras untuk mempertahankan kedudukannya yang sudah lapuk itu menjadikan ia lupa peringatan yang ia terima dari Daud tatkala di gunting sudut bajunya,ia tetap melihat Daud sebagai musuh yang akan menghancurkan keraja’annya dan mengambil alih mahkotanya,ia merasa belum aman selama masih hidup di kelilingi oleh para pengikutnya yang makin lama makin membesar bilangannya, ia enggan menarik pengajaran dan peristiwa perguntingan bajunya dan mencoba sekali lagi membawa laskarnya mengejar dan mencari Daud
untuk menangkapnya hidup atau mati.
Sampailah berita pengejaran Tholout ke telinga Daud buat ke dua kalinya, maka di kirimlah pengintai oleh Daud untuk mengetahui di mana tempat laskar Tholout berkhemah,di ketemukan sekali lagi mereka sedang berada di sebuah bukit, tertidur dengan nyenyaknya karena payah kecapaian,dengan melangkah beberapa anggota pasukan yang lagi tidur, sampailah Daud di tempat Tholout yang lagi mendengkur dalam tidurnya, di ambilnyalah anak panah yang tertancap di sebelah
kanan kepala Tholout berserta sebuah kendi air yang terletak di sebelah kirinya, kemudian dari atas bukit berserulah Daud sekeras suaranya kepada anggota pasukan Tholout agar mereka bangun dari tidurnya dan
menjaga baik-baik keselamatan rajanya yang nyaris terbunuh karena kelalaian mereka,ia mengundang salah seorang dari anggota pasukan untuk datang mengambil kembali anak panah dan kendi air kepunya’an raja yang telah di curi dari sisinya tanpa seorang pun dari mereka yang mengetahuinya.
Tindakan Daud itu yang di maksudkan sebagai peringatan kali kedua kepada Toholout bahwa pasukan pengawal yang besar yang
mengelilinginya tidak akan dapat menyelamatkan nyawanya bila Allooh
menghendaki merenggutnya, Daud memberi dua kali peringatan kepada Tholout bukan dengan kata-kata tetapi dengan perbuatan yang nyata yang menjadikan ia merasa ngeri membayangkan kesudahan hayatnya
andaikan Daud menuntut balas atas apa yang ia telah lakukan dan rancangkan untuk pembunuhannya.
Jiwa besar yang telah di tunjukkan oleh daud dalam kedua peristiwa itu telah sangat berkesan dalam lubuk hati Tholout .
Ia terbangun dari lamunannya dan sadar bahwa ia telah jauh tersesat dalam sikapnya terhadap Daud,ia sadar bahwa nafsu angkara murka dan bisikan iblislah yang mendorongkan dia merancangkan pembunuhan atas diri Daud yang tidak berdosa, yang setia kepada keraja’annya, yang berkali-kali mempertaruhkan jiwanya untuk kepentingan bangsa dan negerinya, tidak pernah berbuat khianat atau melalaikan tugas dan kewajibannya, ia sadar bahwa ia telah berbuat dosa besar dengan pembunuhan yang telah di lakukan atas beberapa pemuka Agama hanya karena purba sangka yang tidak berdasar.
Tholout duduk seorang diri termenung membalik-balik lembaran sejarah hidupnya, sejak berada di desa bersama ayahnya, kemudian tanpa di duga dan di sangka, berkat Rahmat dan kurnia Allooh di angkatlah ia
menjadi Raja Bani Isro’il dan bagaimana Tuhan telah mengutuskan Daud untuk mendampinginya dan menjadi pembantunya yang setia dan komandan pasukannya yang gagah perkasa yang sepatutnya atas jasa_jasanya itu ia mendapat pengharga’an yang setinggi-tingginya dan bukan sebagaimana ia telah lakukan yang telah merancangkan pembunuhannya dan mengejar-gejarnya setelah ia melarikan diri dari istana dan walaupun ia telah mengkhianati Daud dengan rancangan jahatnya, Daud masih berkenan memberi ampun kepadanya dalam dua kesempatan di mana ia dengan mudah membunuhnya andaikan dia mau.
Membayangkan peristiwa-2 itu semunya menjadi sesaklah dada Tholout
menyesalkan diri yang telah terjerumus oleh hawa nafsu dan goda’an Iblis sehingga ia menyia-nyiakan kurnia dan Rahmat Allooh dengan tindakan_tindakan yang bahkan membawa dosa dan murka Allooh.
Maka untuk menebuskan dosa-dosanya dan berthaubat kepada Allooh, Tholout akhirnya mengambil keputusan keluar dari kota melepaskan mahkotanya dan meninggalkan istananya berserta segala kebesaran dan kemegahannya lalu pergilah ia berkelana dan mengembara di atas bumi Allooh sampai tiba sa’atnya ia mendapat panggilan meninggalkan dunia yang fana ini menuju alam yang baka.
Syahdan, setelah istana keraja’an Bani Isro’il di tinggalkan oleh Tholout yang pergi tanpa meninggalkan bekas, beramai-ramailah rakyat
mengangkat dan menobatkan Daud sebagai raja yang berkuasa.
3. Nabi Daud mendapat Goda’an;
Daud dapat menangani urusan pemerintahan dan keraja’an, mengadakan peraturan dan menentukan bagi dirinya hari-hari khusus untuk melakukan ibadah dan bermunajat kepada Allooh, hari-hari untuk peradilan, hari-hari untuk berda’wah dan memberi penerangan kepada rakyat dan hari-hari menyelesaikan urusan-urusan peribadinya.
Pada hari-hari yang di tentukan untuk beribadah dan menguruskan urusan-2 peribadinya, ia tidak di perkenankan seorang pun menemuinya dan mengganggu dalam kholwatnya, sedang pada hari-hari yang di tentukan untuk peradilan maka ia menyiapkan diri untuk menerima segala laporan dan keluhan yang di kemukan oleh rakyatnya serta menyelesaikan segala pertikaian dan perkelahian yang terjadi di antara sesama mereka.
Peraturan itu di ikuti secara teliti dan di terapkan secara ketat oleh para pengawal dan petugas ke amanan istana.
Pada suatu hari di mana ia harus menutup diri untuk beribadah dan
berkholwat datanglah dua orang lelaki meminta izin dari para pengawal untuk masuk bagi menemui raja, Izin tidak di berikan oleh para pengawal sesuai dengan ketentuan yang berlaku, namun lelaki itu memaksa kehendaknya dan melalui pagar yang di panjat sampailah mereka ke dalam istana dan bertemu muka dengan Daud.
Daud yang sedang melakukan ibadahnya terperanjat melihat kedua lelaki itu sudah berada di depannya, padahal ia yakin para penjaga pintu istana tidak akan dapat melepaskan siapapun masuk istana menemuinya.
Berkatalah kedua tamu yang tidak di undang itu ketika melihat wajah Daud menjadi pucat tanda takut dan terkejut :
“Janganlah terkejut dan janganlah takut .
“Kami berdua datang kemari untuk meminta keputusan yang adil dan benar mengenai perkara sengketa yang terjadi antara kami berdua.
Nabi Daud tidak dapat berbuat selain daripada menerima mereka yang sudah berada di depannya, kendatipun tidak melalui prosedur dan protokol yang sepatutnya.
Berkatalah ia kepada mereka setelah pulih kembali ketenangannya dan hilang rasa paniknya:
“Cobalah bentangkan kepadaku persoalanmu dalam ke ada’an yang sebenarnya…
Berkata seorang daripada kedua lelaki itu:
“Saudaraku ini memilki sembilan puluh sembilan ekor domba betina dan aku hanya memilki se’ekor saja,ia menuntut dan mendesakkan kepadaku agar aku serahkan kepadanya dombaku yang se’ekor itu bagi melengkapi perternakannya menjadi genap seratus ekor.
Ia membawa macam-macam alasan dan berbagai dalil yang sangat sukar bagiku untuk menolaknya, mengingatkan bahwa ia memang lebih cakap berdebat dan lebih pandai bertikam lidah dari padaku.
Nabi Daud berpaling muka kepada lelaki yang lain yang sedang seraya bertanya:
“Benarkah apa yang telah di uraikan oleh saudara kamu ini?
“Benar” ,jawab lelaki itu.
“Jika memang demikian halnya”, kata Daud, dengan marah  
“Maka engkau telah berbuat zdolim kepada saudaramu ini dan memperkosakan haq miliknya dengan tuntutanmu itu.
“Aku tidak akan membiarkan engkau melanjutkan tindakanmu yang zdolim itu atau engkau akan menghadapi hukuman pukulan pada wajah dan hidungmu.
“Dan memang banyak di antara orang-orang yang berserikat itu yang berbuat zdolim satu terhadap yang lain kecuali mereka yang benar beriman dan beramal sholeh.”
“Wahai Daud”,
Berkata lelaki itu menjawab;
“Sebenarnya engkaulah yang sepatut menerima hukuman yang engkau ancamkan kepadaku itu.
“Bukankah engkau sudah mempunyai sembilan puluh sembilan perempuan mengapa engkau masih menyunting lagi seorang gadis yang sudah lama bertunangan dengan seorang pemuda anggota tentaramu sendiri yang setia dan bakti dan sudah lama mereka berdua saling cinta dan mengikat janji.
Nabi Daud tercengang mendengar jawaban lelaki yang berani, tegas dan pedas itu dan sekali lagi ia memikirkan ke mana sasaran dan tujuan kata_kata itu, sekonyong-konyong lenyaplah menghilang dari pandangannya kedua sosok tubuh kedua lelaki itu.
Nabi Daud berdiam diri tidak mengubah sikap duduknya dan seraya termenung sadarlah ia bahwa kedua lelaki itu adalah Malaikat yang di utuskan oleh Allooh untuk memberi peringatan dan teguran kepadanya,ia seraya bersujud memohon ampun dan maghfiroh dari Tuhan atas segala tindakan dan perbuatan yang tidak di Ridhoi oleh-Nya.
Allooh menyatakan menerima thaubat Daud, mengampuni dosanya serta mengangkatnya ke tingkat para Nabi dan Rosul-Nya.
Adapun gadis yang di maksudkan dalam percakapan Daud dengan kedua Malaikat yang menyerupai sebagai Manusia itu ialah;
“Sabigh binti Sya’igh seorang gadis yang berparas elok dan cantik, sedang calon suaminya adalah “Uria bin Hannan” seorang pemuda jejaka yang sudah lama menaruh cinta dan mengikat janji dengan gadis tersebut bahwa sekembalinya dari medan perang mereka berdua akan melangsungkan perkawinan dan hidup sebagai suami isteri yang bahagia.
Pemuda itu telah secara resmi meminang Sabigh dari kedua orang tuanya, yang dengan senang hati telah menerima baik uluran tangan pemuda itu,akan tetapi apa yang hendak di katakan sewaktu Uria bin Hannan berada di negeri orang melaksanakan perintah Daud berjihad untuk menegakkan kalimah Allooh, terjadilah sesuatu yang menghancurkan rancangan syahdunya itu dan menjadilah cita-citanya untuk beristerikan Sabigh gadis yang di idam-idamkan itu, seakan-akan impian atau fatamorangana belaka.
Pada suatu hari di mana Uria masih berada jauh di negeri orang melaksanakan perintah Allooh untuk berjihad, tertangkaplah paras Sabigh yang ayu itu oleh kedua belah mata Daud dan dari pandangan pertama itu timbullah rasa cinta di dalam hati Daud kepada sang gadis itu, yang secara sah adalah tunangan dari salah seorang anggota tentaranya yang setia dan cakap.
Daud tidak perlu berfikir lama untuk menyatakan rasa hatinya terhadap gadis yang cantik itu dan segera mendatangi kedua orang tuanya meminang gadis tersebut .
Gerangan orang tua siapakah yang akan berfikir akan menolak uluran tangan seorang seperti Daud untuk menjadi anak menantunya. Bukankah merupakan suatu kemulia’an yang besar baginya untuk menjadi ayah mertua dari Daud seorang pesuruh Allooh dan raja Bani Isro’il itu dan walaupun Sabigh telah di minta oleh Uria namin Uria sudah lama meninggalkan tunangannya dan tidak dapat di pastikan bahwa ia akan cepat kembali atau berada dalam ke ada’an hidup,tidak bijaksanalah fikir kedua orang tua Sabigh untuk menolak uluran tangan Daud hanya semata-mata karena menantikan kedatangan Uria kembali dari medan perang,maka di terimalah perminta’an Daud dan kepadanya di serahkanlah Sabigh untuk menjadi isterinya yang sah.
Demikianlah kisah perkawinan Daud dan Sabigh yang menurut para ahli tafsir menjadi sasaran kritik dan teguran Allooh melalui kedua Malaikat yang merupai sebagai dua lelaki yang datang kepada Nabi Daud
memohon penyelesaian tentang sengketa mereka perihal domba betina mereka.

4. Hari Sabtunya Bani Isro’il;
Di antara ajaran-2 Nabi Musa a.s. kepada Bani Isro’il ialah bahwa mereka mewajibkan untuk mengkhususkan satu hari pada tiap minggu
bagi melakukan ibadah kepada Allooh mensucikan hati dan fikiran mereka dengan berzdikir, bertahmid dan bersyukur atas segala kurnia dan nikmat Tuhan, bersholat dan melakukan perbuatan-2 yang baik serta amal-2 sholeh.
Di haramkan bagi mereka pada hari yang di tentukan itu untuk berdagang dan melaksanakan hal-hal yang bersifat duniawi.
Pada mulanya hari Juma’atlah yang di tunjuk sebagai hari keramat dan hari ibadah itu, akan tetapi mereka meminta dari Nabi Musa agar hari ibadah itu di jatuhkan pada setiap hari Sabtu, mengingatkan bahwa pada hari itu Allooh selesai menciptakan makhluk-Nya.
Usul perubahan yang mereka ajukan itu di terima oleh Nabi Musa, maka sejak itu, hari Sabtu pada setiap minggu di jadikan hari mulia dan suci, di mana mereka tidak melakukan perdagangan dan mengusahakan urusan-2 duniawi,mereka hanya tekun beribadah dan berbuat amal-amal kebajikan yang di perintahkan oleh agama.
Demikianlah hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun namun adat kebiasa’an mensucikan hari Sabtu tetap di pertahankan turun temurun dan generasi demi generasi.
Pada masa Nabi Daud berkuasa di suatu desa bernama “Ailat ” satu di antara beberapa desa yang terletak di tepi Laut Merah bermukim
sekelompok kaum dari keturunan Bani Isro’il yang sumber percariannya adalah dari penangkapan ikan, perdagangan dan pertukangan yang di lakukannya setiap hari kecuali hari Sabtu.
Sebagai akibat dari perintah mensucikan hari Sabtu di mana tiada seorang malakukan urusan dagangan atau penangkapan ikan, maka pasar-pasar dan tempat -2 perniagaan di desa itu menjadi sunyi senyap pada tiap hari dan malam sabtu, sehingga ikan-2 di laut tampak terapung-apung di atas permuka’an air, bebas berpesta ria mengelilingi dua buah batu besar berwarna putih terletak di tepi laut dekat desa Ailat .
Ikan-ikan itu seolah-olah sudah terbiasa bahwa pada tiap malam dan hari Sabtu terasa aman bermunculan di atas permuka’an air tanpa
mendapat gangguan dari para nelayan tetapi begitu matahari terbenam pada Sabtu senja menghilanglah ikan-ikan itu kembali ke perut dan dasar laut sesuai dengan naluri yang di miliki oleh tiap binatang makhluk Allooh.
Para nelayan desa Ailat yang pada hari-hari biasa tidak pernah melihat ikan begitu banyak terapung-apung di atas permuka’an air, bahkan sukar mendapat menangkap ikan sebanyak yang di harapkan, menganggap adalah kesempatan yang baik dan menguntungkan sekali bila mereka melakukan penangkapan ikan pada tiap malam dan hari Sabtu.
Fikiran itu tidak di sia-siakan dan tanpa menghiraukan perintah agama dan adat kebiasa’an yang sudah berlaku sejak Nabi Musa memerintahkannya,pergilah mereka ramai-ramai ke pantai menangkap ikan di malam dan hari yang terlarang itu, sehingga berhasillah mereka menangkap ikan sepuas hati mereka dan sebanyak yang mereka harapkan, berbeda jauh dengan hasil mereka di hari-hari biasa.
Para penganut yang setia dan para Mu’min yang sholeh datang menegur para orang fasiq yang telah berani melanggar kesucian hari Sabtu.
Mereka di beri nasehat dan peringatan agar menghentikan perbuatan mungkar mereka dan kembali menta’ati perintah agama serta
menjauhkan diri dari semua larangannya, supaya menghindari murka Allooh yang dapat mencabut kurnia dan nikmat yang telah di berikan kepada mereka.
Nasehat dan peringatan para Mu’min itu tidak di hiraukan oleh para nelayan yang membangkang itu bahkan mereka makin giat melakukan pelanggaran secara demonstratif karena sayang akan kehilangan ke untungan material yang besar yang mereka peroleh dan penangkapan ikan di hari-hari yang suci.
Akhirnya pemuka-pemuka Agama terpaksa mengasingkan mereka dari pergaulan dan melarangnya masuk ke dalam kota dengan menggunakan senjata kalau perlu.
Berkata para nelayan pembangkang itu memprotes:
“Sesungguhnya kota Ailat adalah kota dan tempat tinggal kami bersama kami mempunyai hak yang sama seperti kamu untuk tinggal menetap di sini dan sesekali kamu tidak berhak melarang kami memasuki kota kami ini serta melarang kami menggali sumber-2 kekaya’an yang terdapat di sini bagi kepentingan hidup kami.
“Kami tidak akan meninggalkan kota kami ini dan pergi pindah ke tempat lain.
“Dan jika engkau enggan bergaul dengan kami maka sebaiknya kota Ailat ini di bagi menjadi dua bagian di pisah oleh sebuah tembok pemisah, sehingga masing-2 pihak bebas berbuat dan melaksanakan usahanya tanpa di ganggu oleh mana-mana pihak lain.
Dengan adanya garis pemisah antara para nelayan pembangkang yang fasiq dan pemeluk-pemeluk Agama yang ta’at bebaslah mereka
melaksanakan usaha penangkapan ikan semau hatinya secara besar_besaran pada tiap-tiap hari tanpa berkecuali.
Mereka membina saluran-2 air bagi mengalirkan air laut ke dekat rumah-2 mereka dengan mengadakan bendungan-2 yang mencegah kembalinya ikan-2 ke laut bila matahari terbenam pada setiap petang
Sabtu pada waktu mana biasanya ikan-2 yang terapung-apung itu meluncur kembali ke dasar laut .
Para nelayan yang makin manjadi kaya karena ke untungan besar yang meeka peroleh dari hasil penangkapan ikan yang bebas menjadi makin berani melakukan maksiat dan pelanggaran perintah-2 Agama yang menjurus kepada kerusakkan akhlaq dan moral mereka.
Sementara para pemuka Agama yang melihat para nelayan itu makin berani melanggar perintah Allooh dan melakukan kemungkaran dan kemaksiat an di daerah mereka sendiri masih rajin mendatangi mereka dari masa ke semasa memperingatkan mereka dan memberi nasehat ,kalau-2 masih dapat di tarik ke jalan yang benar dan berthaubat dari perbuatan maksiat mereka.
Akan tetapi kekaya’an yang mereka peroleh dari hasil penangkapan yang berganda menjadikan mata mereka buta untuk melihat cahaya kebenaran, telinga mereka pekak untuk mendengar nasehat -2 para pemuka Agama dan lubuk hati mereka tersumbat oleh nafsu kemaksiatan dan kefasiqan, sehingga menjadikan sebagian dari pemuka dan penganjur Agama itu berputus asa dan berkata kepada sebagian yang masih menaruh harapan:
“Mengapa kamu masih menasehati orang-orang yang akan di binasakan oleh Allooh dan akan di timpahi hati orang-orang yang akan di binasakan oleh Allooh dan akan di timpahi azdab yang sangat keras.
Demikianlah pula Nabi Daud setelah melihat bawa segala nasehat dan peringatan kepada kaumnya hanya di anggap sebagai angin lalu atau se’akan suara di padang pasir belaka dan melihat tiada harapan lagi bahwa mereka akan sadar dan insaf kembali maka berdo’alah beliau memohon kepada Allooh agar menggajar mereka dengan siksa’an dan
azdab yang setimpal.
Do’a Nabi Daud di kabulkan oleh Allooh dan terjadilah suatu gempa bumi yang dahsyat yang membinasakan orang-orang yang telah
membangkang dan berlaku zdolim terhadap diri mereka sendiri dengan mengabaikan perintah Allooh dan perintah para hamba-Nya yang sholeh.
Sementara mereka yang Mu’min dan sholeh mendapat perlindungan Allooh dan terhindarlah dari malapetaka yang melanda itu.

5. Beberapa Karunia Allooh Kepada Nabi Daud;
1. Allooh mengutusnya sebagai Nabi dan Rosul mengurniainya nikmat kesempurna’an ilmu, ketelitian amal perbuatan serta kebijaksana’an
dalam menyelesaikan perselisihan.
2. Kepadanya di turunkan kitab “Zabur”, kitab suci yang menghimpunkan qosidah-2 dan sajak-2 serta lagu-2 yang mengandungi tashbih dan pujian-pujian kepada Allooh, kisah Umat -2 yang dahulu dan berita Nabi-Nabi yang akan datang, di antaranya berita tentang datangnya Nabi Muhammad s.a.w.
3. Allooh menundukkan gunung-2 dan memerintahkannya bertashbih mengikuti tashbih Nabi Daud tiap pagi dan senja.
4. Burung-2 pun turut bertashbih mengikuti tashbih Nabi Daud berulang ulang.
5. Nabi Daud di beri peringatan tentang maksud suara atau bahasa burung-2.
6. Allooh telah memberinya kekuatan melunakkan besi, sehingga ia dapat membuat baju-baju dan lingkaran-2 besi dengan tangannya tanpa pertolongan api.
7. Nabi Daud telah di berikannya kesempatan menjadi raja memimpin Keraja’an yang kuat yang tidak dapat di kalahkan oleh musuh,
bahkan sebaliknya ia selalu memperolehi kemenangan di atas semua musuhnya.
8. Nabi Daud di kurniakan suara yang merdu oleh Allooh yang enak di dengar sehingga kini ia menjadi kiasan bila seseorang bersuara
merdu di katakan bahwa ia memperoleh suara Nabi Daud.
Kisah Nabi Daud dan kisah Sabtunya Bani Isro’il terdapat dalam Al-Qur’an surah “Saba’” ayat 11, surah “An-Nisa’” ayat 163, surah “Al-Isro’’” ayat 55,surah “Shood” ayat 17 sehingga ayat 26 dan surah “Al-’Aaroof ” ayat 163 sehingga ayat 165.

C. Beberapa Pelajaran Yang Dapat Di Ambil Dari Kisah Nabi Daud A.S;
1. Allooh telah memberikan contoh bahwa seseorang yang bagaimana pun besar dan perkasanya yang hanya menyandarkan diri kepada kekuatan jasmaninya dapat di kalahkan oleh orang yang lebih lemah dengan hanya sesuatu benda yang tidak berarti sebagaimana Daud yang muda usia dan lemah fizikal mengalahkan Jalout yang perkasa itu dengan bersenjatakan batu saja.
2. Seorang yang lemah dan miskin tidak patut berputus asa mencari hasil dan memperoleh kejaya’an dalam usaha dan perjuangannya selama ia bersandarkan kepada taqwa dan Iimaan kepada Allooh yang akan melindunginya.
3. Kemenangan Daud atas Jalout tidak menjadikan dia berlaku sombong dan takabbur, bahkan sebaliknya ia bersikap rendah hati dan lemah lembut terhadap kawan maupun lawan.

Walloohu Alam.

     _______/|\______
  ¨¨¨¨¨¨¨˜°°˜¨¨¨¨¨¨
    SALAAM SILIWANGI