Minggu, 15 September 2019

3.Kisah Nabi Nuh As




3.Kisah Nabi Nuh As.
Nabi Nuh a.s. adalah Nabi ketiga sesudah Adam, Syith dan Idris dan keturunan ke sembilan dari Nabi Adam AS.
Ayahnya adalah Lamik bin Metusyalih bin Idris.
Berlalulah beberapa tahun dari kematian Nabi Adam AS,banyak hal berubah di muka bumi dan bertepatan dengan fitrah Manusia itu sendiri, terjadilah ke alpa’an terhadap wasiat Nabi Adam.
Kesalahan yang dahulu kembali berulang,seperti mana ketika Nabi Adam AS dan Hawa melupakan ketetapan Tuhan untuk menjauhi pohon di dalam syurga, seperti itulah Manusia melupakan ajaran ilahi yang di langsungkan di muka bumi selepas turun dari syurga.
Sebelum lahirnya kaum Nabi Nuh, telah hidup lima orang sholeh dari datuk-datuk kaum Nabi Nuh,mereka hidup selama beberapa zaman kemudian mereka mati.
Nama-nama mereka adalah Wadd, Suwa’, Yaghut s, Ya’uq dan Nasr.
“Dan mereka berkata:
“Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Tuhan-Tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwaa’, yaghuts, ya’uq dan nasr”.
~ Surah Nuh ayat 23″
Setelah kematian mereka, orang-orang membuat patung-patung dari mereka,dalam rangka menghormati mereka dan sebagai peringatan terhadap mereka.
Kemudian berlalulah waqtu, lalu orang-orang yang memahat patung itu mati,lalu datanglah anak-anak mereka, kemudian anak-anak itu mati, dan datanglah cucu- cucu mereka,kemudian timbullah berbagai dongeng dan khurafat yang membelenggu akal Manusia di mana di sebutkan bahwa patung-patung itu memiliki kekuatan khusus.
Dalam situasi seperti ini, Allooh SWT mengutus Nuh a.s untuk membawa ajaran ilahi kepada kaumnya.
Nabi Nuh adalah seorang hamba yang akalnya tidak terpengaruh oleh ke ada’an sekeliling, yang menyembah selain Allooh SWT .
Allooh SWT memilih hamba-Nya Nuh dan mengutusnya di tengah-tengah kaumnya.

Da’wah Nabi Nuh kepada Kaumnya;
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia berkata:
“Hai kaumku, sembahlah oleh kamu Allooh, (karena) sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia.
“Maka mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?”
~ Surah Al-Mu’minun ayat 23″
Nabi Nuh a.s menjelaskan kepada kaumnya bahawa mustahil terdapat selain Allooh Yang Maha Esa sebagai Pencipta,ia memberikan pengertian kepada mereka, bahwa dunia telah lama menipu mereka dan telah tiba waqtunya untuk menghentikan tipuan ini, Nuh menyampaikan kepada mereka, bahwa Allooh SWT telah memuliakan Manusia:
Dia telah menciptakan mereka,memberi mereka rezeqi,dan menganugerahi akal dan tubuh yang sehat kepada mereka,Manusia mendengarkan da’wahnya dengan penuh minat,da’wah Nabi Nuh cukup menggoncangkan jiwa mereka.
Nabi Nuh menarik perhatian kaumnya agar melihat alam semesta yang di ciptakan oleh Allooh berupa langit dengan matahari, bulan dan bintang_bintang yang menghiasinya, bumi dengan kekaya’an yang ada di atas dan di bawahnya, berupa tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir yang memberi kenikmatan hidup kepada Manusia, pengantian malam menjadi siang dan sebaliknya yang kesemua itu menjadi bukti dan tanda nyata akan adanya ke Esa’an Tuhan yang harus di sembah dan bukan berhala-berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri. di samping itu Nabi Nuh juga memberitakan kepada mereka bahwa akan ada ganjaran yang akan di terima oleh manusia atas segala amalannya di dunia yaitu syurga bagi amalan kebajikan dan neraka bagi segala pelanggaran terhadap perintah Agama yang berupa kemungkaran dan kemaksiatan.
Nabi Nuh yang di kurniakan Allooh dengan sifat -sifat yang patut di miliki oleh seorang Nabi, fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana dan sabar dalam tindak-tanduknya melaksanakan tugas risalahnya kepada kaumnya dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut mengetuk hati nurani mereka dan kadang kala dengan kata-kata yang tajam dan nada yang kasar bila menghadapi pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala yang enggan menerima hujjah dan dalil-dalil yang di kemukakan kepada mereka yang tidak dapat mereka membantahnya atau mematahkannya.
Akan tetapi walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat tenaganya berda’wah kepada kaumnya dengan segala kebijaksana’an, kecakapan dan kesabaran dan dalam setiap kesempatan, siang maupun malam dengan cara berbisik_bisik atau cara terang dan terbuka ternyata hanya sedikit sekali dari kaumnya yang dapat menerima da’wahnya dan mengikuti ajakannya, yang menurut sementara riwayat tidak melebihi bilangan seratus orang, mereka pun terdiri dari orang-orang yang miskin berkedudukan sosial lemah,sedangkan orang yang kaya-raya, berkedudukan tinggi dan terpandang dalam masyarakat ,yang merupakan pembesar-pembesar dan penguasa-penguasa tetap membangkang, tidak mempercayai Nabi Nuh mengingkari da’wahnya dan sesekali tidak merelakan melepas Agamanya dan kepercaya’an mereka terhadap berhala-berhala mereka, bahkan mereka berusaha dengan mengadakan persekongkolan hendak melumpuhkan dan menggagalkan usaha da’wah Nabi Nuh.

Berkata mereka kepada Nabi Nuh:
“Bukankah engkau hanya seorang dari pada kami dan tidak berbeda dari pada kami sebagai Manusia biasa.
“Jikalau betul Allooh akan mengutuskan seorang Rosul yang membawa perintah-Nya, nescaya ia akan mengutuskan seorang malaikat yang patut kami dengarkan kata-katanya dan kami ikuti ajakannya dan bukan Manusia biasa seperti engkau hanya dapat di ikuti orang-orang rendah kedudukan sosialnya seperti para buruh petani orang-orang yang tidak berpenghasilan yang bagi kami mereka seperti sampah masyarakat.
“Pengikut-pengikutmu itu adalah orang-orang yang tidak mempunyai daya fikiran dan ketajaman otak, mereka mengikutimu secara buta tuli tanpa memikirkan dan menimbangkan masak-masak benar atau tidaknya da’wah dan ajakanmu itu.
“Coba Agama yang engkau bawa dan ajaran -
ajaran yang engkau sadurkan kepada kami itu betul-betul benar, nescaya kamilah dulu mengikutimu dan bukannya orang-orang yang mengemis pengikut-pengikutmu itu.
“Kami sebagai pemuka-pemuka masyarakat yang pandai berfikir, memiliki kecerdasan otak dan pandangan yang luas dan yang di pandang masyarakat sebagai pemimpin-pemimpinnya, tidaklah mudah kami menerima ajakanmu dan da’wahmu.
“Engkau tidak mempunyai kelebihan di atas kami tentang soa-soal kemasyarakatan dan pergaulan hidup,kami jauh lebih pandai dan lebih mengetahui dari padamu tentang hal itu semuanya.
“Anggapan kami terhadapmu, tidak lain dan tidak bukan, bahwa engkau adalah pendusta belaka.

Nuh berkata menjawab ejekan dan olok-olokan kaumnya:
“Adakah engkau mengira bahwa aku dapat memaksa kamu mengikuti ajaranku atau mengira bahwa aku mempunyai kekuasaan untuk menjadikan kamu orang_orang yang beriman jika kamu tetap menolak ajakan ku dan tetap membuta-tuli terhadap bukti-bukti kebenaran da’wahku dan tetap mempertahankan pendirianmu yang tersesat yang di ilhamkan oleh kesombongan dan kecongkakan karena kedudukan dan harta-benda yang kamu miliki.
“Aku hanya seorang manusia yang mendapat amanah dan di beri tugas oleh Allooh untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kamu.
“Jika kamu tetap berkeras kepala dan tidak mahu kembali ke jalan yang benar dan menerima agama Allooh yang di utuskan-Nya kepada ku maka terserahlah kepada Allooh untuk menentukan hukuman-Nya dan ganjaran-Nya ke atas diri kamu. 
"Aku hanya pesuruh dan Rosul-Nya yang di perintahkan untuk menyampaikan amanah-Nya kepada hamba-hamba-Nya.
“Dialah yang berkuasa memberi hidayah kepadamu dan mengampuni dosamu atau menurunkan azdab dan siksa’an-Nya di atas kamu sekalian jika Ia kehendaki.
“Dialah pula yang berkuasa menurunkan siksa dan azdab-nya di dunia atau menangguhkannya sampai hari kemudian.
“Dialah Tuhan pencipta alam semesta ini, Maha Kuasa ,Maha Mengetahui, Maha pengasih dan Maha Penyayang.

Kaum Nuh mengemukakan syarat dengan berkata:
“Wahai Nuh! Jika engkau menghendaki kami mengikutimu dan memberi sokongan dan semangat kepada kamu dan kepada Agama yang engkau bawa, maka jauhkanlah para pengikutmu yang terdiri dari orang-orang petani, buruh dan hamba_hamba sahaya itu.
“Usirlah mereka dari pengaulanmu karena kami tidak dapat bergaul dengan mereka duduk berdampingan dengan mereka mengikut cara hidup mereka dan bergabung dengan mereka dalam suatu Agama dan kepercaya’an.
“Dan bagaimana kami dapat menerima satu Agama yang menyamaratakan para bangsawan dengan orang awam, penguasa dan pembesar dengan buruh-buruhnya dan orang kaya yang berkedudukan dengan orang yang miskin dan papa.

Nabi Nuh menolak pensyaratan kaumnya dan berkata:
“Risalah dan Agama yang aku bawa adalah untuk semua orang tiada pengecualian,yang pandai mahupun yang bodoh, yang kaya maupun miskin, majikan ataupun buruh ,di antara penguasa dan rakyat biasa semuanya mempunyai kedudukan dan tempat yang sama terhadap agama dan hukum Allooh.
“Andai kata aku memenuhi pensyaratan kamu dan meluluskan ke inginanmu menyingkirkan para pengikutku yang setia itu, maka siapakah yang dapat ku harapkan akan meneruskan da’wahku kepada orang ramai dan bagaimana aku sampai hati menjauhkan dari padaku orang-orang yang telah beriman dan menerima da’wahku dengan penuh keyaqinan dan ke ikhlasan di kala kamu menolaknya serta mengingkarinya,orang-orang yang telah membantuku dalam tugasku di kala kamu menghalangi usahaku dan merintangi da’wahku.
“Dan bagaimanakah aku dapat mempertanggung jawabkan tindakan pengusiranku kepada mereka terhadap Allooh bila mereka mengadu bahwa aku telah membalas kesetia'an dan keta'atan mereka
dengan sebaliknya semata-mata untuk memenuhi perminta’anmu dan tunduk kepada pensyaratanmu yang tidak wajar dan tidak dapat di terima oleh akal dan fikiran yang sehat.
“Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sehat.

Pada akhirnya, karena merasa tidak berdaya lagi mengingkari kebenaran kata_kata Nabi Nuh dan merasa kehabisan alasan dan hujjah untuk melanjutkan dialog dengan beliau, maka berkatalah mereka:
“Wahai Nabi Nuh!
“Kita telah banyak bermujadalah dan berdebat dan cukup berdialog serta mendengar da’wahmu yang sudah menjemukan itu,Kami tetap tidak akan mengikutimu dan tidak akan sesekali melepaskan kepercaya’an dan adat -istiadat kami sehingga tidak ada gunanya lagi engkau mengulang-ulangi da’wah dan ajakanmu dan bertegang lidah dengan kami.
“Datangkanlah apa yang engkau benar-benar orang yang menepati janji dan kata-katanya.
“Kami ingin melihat kebenaran kata-katamu dan ancamanmu dalam kenyata’an.
“Karena kami masih tetap belum mempercayaimu dan tetap meragukan da’wahmu.

Nabi Nuh berputus asa dari kaumnya;
Nabi Nuh berada di tengah-tengah kaumnya selama sembilan ratus lima puluh tahun berda’wah menyampaikan risalah Tuhan, mengajak mereka meninggalkan penyembahan berhala dan kembali menyembah dan beribadah kepada Allooh Yang maha Kuasa memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat dan gelap ke jalan yang benar dan terang, mengajar mereka hukum-hukum syari’at dan Agama yang di Wahyukan oleh Allooh kepadanya, mengangkat derajat Manusia yang tertindas dan lemah ke tingkat yang sesuai dengan fitrah dan qudratnya dan berusaha menghilangkan sifat -sifat sombong dan congkak yang melekat pada para pembesar kaumnya dan medidik agar mereka berkasih sayang, tolong-menolong di antara sesama Manusia,akan tetapi dalam waqtu yang cukup lama itu, Nabi Nuh tidak berhasil menyedarkan dan menarik kaumnya untuk mengikuti dan menerima da'wahnya beriman,berTauhid dan beribadat kepada Allooh kecuali sekelompok kecil kaumnya yang tidak mencapai seramai seratus orang, walaupun ia telah melakukan tugasnya dengan segala daya-usahanya dan sekuat tenaganya dengan penuh kesabaran dan kesulitan menghadapi penghina’an, ejekan dan cerca’an makian kaumnya, karena ia mengharapkan akan datang masanya di mana kaumnya akan sadar diri dan datang mengakui kebenarannya dan kebenaran da’wahnya. Harapan Nabi Nuh akan kesadaran kaumnya ternyata makin hari makin berkurangan dan bahwa sinar Iimaan dan taqwa tidak akan menebus ke dalam hati mereka yang telah tertutup rapat oleh ajaran dan bisikan Iblis.
Hal mana Nabi Nuh berupa berfirman Allooh yang bermaksud:
“Sesungguhnya tidak akan seorang dari pada kaumnya mengikutimu dan beriman kecuali mereka yang telah mengikutimu dan beriman lebih dahulu, maka janganlah engkau bersedih hati karena apa yang mereka perbuatkan.

Dengan penegasan firman Allooh itu, lenyaplah sisa harapan Nabi Nuh dari kaumnya dan habislah kesabarannya,ia memohon kepada Allooh agar menurunkan Azdab-Nya di atas kaumnya yang berkepala batu seraya berseru:
”Ya Allooh! Janganlah Engkau biarkan seorang pun daripada orang-orang kafir itu hidup dan tinggal di atas bumi ini.
“Mareka akan berusaha menyesatkan hamba-hamba-Mu, jika Engkau biarkan mereka tinggal dan mereka tidak akan melahirkan dan menurunkan selain anak-anak yang berbuat maksiat dan anak-anak yang kafir seperti mereka.
Do’a Nabi Nuh di kalbulkan oleh Allooh dan permohonannya di luluskan dan tidak perlu lagi menghiraukan dan mempersoalkan kaumnya, karena mereka itu akan menerima hukuman Allooh dengan mati tenggelam.

Nabi Nuh membuat kapal;
Setelah menerima perintah Allooh untuk membuat sebuah kapal, segeralah Nabi Nuh mengumpulkan para pengikutnya dan mulai mereka mengumpulkan bahan yang di perlukan untuk maksud tersebut ,kemudian dengan mengambil tempat di luar dan agak jauh dari kota dan keramaiannya mereka dengan rajin dan tekun bekerja siang dan malam menyelesaikan pembina’an kapal yang di perintahkan itu.
Walaupun Nabi Nuh telah menjauhi kota dan masyarakatnya,agar dapat bekerja dengan tenang tanpa gangguan bagi menyelesaikan
pembina’an kapalnya namun ia tidak luput dari ejekan dan cemo’ohan kaumnya yang kebetulan atau sengaja melalui tempat kerja membina kapal itu,mereka mengejek dan mengolok-olok dengan mengatakan:
“Wahai Nuh!
“Sejak engkau telah menjadi tukang kayu dan pembuat kapal?
“Bukankah engkau seorang Nabi dan Rosul menurut pengakuanmu, kenapa sekarang menjadi seorang tukang kayu dan pembuat kapal.
“Dan kapal yang engkau buat itu di tempat yang jauh dari air ini adalah maksudmu untuk di tarik oleh kerbau ataukah mengharapkan angin yang akan menarik kapalmu ke laut ?
Dan lain_lain kata ejekan yang di terima oleh Nabi Nuh dengan sikap dingin dan tersenyum seraya menjawab:
”Baiklah tunggu saja sa’atnya nanti, jika kamu sekarang mengejek dan mengolok-olok kami maka akan tibalah masanya kelak bagi kami untuk mengejek kamu dan akan kamu ketahui kelak untuk apa kapal yang kami siapkan ini.
“Tunggulah sa’atnya azdab dan hukuman Allooh menimpa atas diri kamu.
Setelah selesai pekerja’an pembuatan kapal yang merupakan alat pengangkutan laut pertama di dunia, Nabi Nuh menerima Wahyu dari Allooh:
”Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan terlihat tanda-tanda daripada-Ku maka segeralah angkut bersamamu di dalam kapalmu dan kerabatmu dan bawalah dua pasang dari setiap jenis makhluk yang ada di atas bumi dan belayarlah dengan izin-Ku.
Kemudian tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi air yang deras dan dahsyat yang dalam sekelip mata telah menjadi banjir besar melanda seluruh kota dan desa menggenangi daratan yang rendah maupun yang tinggi sampai mencapai puncak bukit-bukit sehingga tiada tempat berlindung dari air bah yang dahsyat itu kecuali kapal Nabi Nuh yang telah terisi penuh dengan para orang Mu’min dan pasangan makhluk yang di selamatkan oleh Nabi Nuh atas perintah Allooh.
Dengan iringan;
“Bismillahi majreha wa mursaha”
{Berlayarlah kapal Nabi Nuh dengan lajunya menyusuri lautan air, menentang angin yang kadang kala lemah lembut dan kadang kala ganas dan ribut ,di kanan kiri kapal terlihatlah orang-orang kafir bergelut melawan gelombang air yang menggunung berusaha menyelamatkan diri dari cengkaman maut yang sudah sedia menerkam mereka di dalam lipatan gelombang-gelombang itu.
Tatkala Nabi Nuh berada di atas geladak kapal memperhatikan cuaca dan melihat -lihat orang-orang kafir dari kaumnya sedang bergelimpangan di atas permuka’an air, tiba-tiba terlihatlah olehnya tubuh putera sulungnya yang bernama “Kan’aan” timbul tenggelam di permainkan oleh gelombang yang tidak menaruh belas kasihan kepada orang-orang yang sedang menerima hukuman Allooh itu.
Pada saat itu,tanpa di sadari, timbullah rasa cinta dan kasih sayang seorang ayah terhadap putera kandungnya yang berada dalam ke ada’an cemas menghadapi maut di telan gelombang.
Nabi Nuh secara spontan, terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak dengan sekuat suaranya memanggil puteranya:
“Wahai anakku! Datanglah kemari dan gabungkan dirimu bersama keluargamu.
“Berthaubatlah engkau dan berimanlah kepada Allooh agar engkau selamat dan terhindar dari bahaya maut yang engkau menjalani hukuman Allooh.
Kan’aan, putera Nabi Nuh, yang tersesat dan telah terkena racun rayuan Syaitan dan hasutan kaumnya yang sombong dan keras kepala itu menolak dengan keras ajakan dan panggilan ayahnya yang menyayanginya dengan kata-kata yang menentang:
”Biarkanlah aku dan pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi berlindung di atas geladak kapalmu aku akan dapat menyelamatkan diriku sendiri dengan berlindung di atas bukit yang tidak akan di jangkau oleh air bah ini.
Nuh menjawab:
”Percayalah bahwa tempat satu-satunya yang dapat menyelamatkan engkau ialah bergabung dengan kami di atas kapal ini.
Masa tidak akan ada yang dapat melepaskan diri dari hukuman Allooh yang telah di timpakan ini kecuali orang-orang yang memperolehi Rahmat dan ke ampunan-Nya.
Setelah Nabi Nuh mengucapkan kata-katanya tenggelamlah Kan’aan di sambar gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari pandangan mata ayahnya, tergelincirlah ke bawah lautan air mengikut kawan-kawannya dan pembesar-pembesar kaumnya yang durhaka itu.
Nabi Nuh bersedih hati dan berduka cita atas kematian puteranya dalam ke ada’an kafir tidak beriman dan belum mengenal Allooh.
Beliau berkeluh-kesah dan berseru kepada Allooh:
”Ya Tuhanku, sesungguhnya puteraku itu adalah darah dagingku dan adalah bagian dari keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu adalah janji benar dan Engkaulah Maha Hakim yang Maha Berkuasa.
Kepadanya Allooh berfirman:
”Wahai Nuh! Sesungguhnya dia puteramu itu tidaklah termasuk keluargamu, karena ia telah menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu menolak da’wahmu dan mengikuti jejak orang-orang yang kafir daripada kaummu.
“Coretlah namanya dari daftar keluargamu.
“Hanya mereka yang telah menerima da’wahmu mengikuti jalanmu dan beriman kepada-Ku dapat engkau masukkan dan golongkan ke dalam barisan keluargamu yang telah Aku janjikan perlindungannya dan terjamin keselamatan jiwanya.
“Adapun orang-orang yang mengingkari risalahmu,mendustakan da’wahmu dan telah mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan
Iblis, pastilah mereka akan binasa menjalani hukuman yang telah Aku tentukan walau mereka berada di puncak gunung.
“Maka janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang engkau belum ketahui.
“Aku ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke dalam golongan orang-orang yang bodoh.
Nabi Nuh sadar segera setelah menerima teguran dari Allooh bahwa cinta kasih sayangnya kepada anaknya telah menjadikan ia lupa akan janji dan ancaman Allooh terhadap orang-orang kafir termasuk puteranya sendiri,ia sadar bahwa ia tersesat pada sa’at ia memanggil puteranya untuk menyelamatkannya dari bencana banjir yang di dorong oleh perasa’an naluri darah yang menghubungkannya dengan puteranya padahal sepatutnya cinta dan ta’at kepada Allooh harus mendahului cinta kepada keluarga dan harta-benda,ia sangat sesalkan kelalaian dan ke alpa’annya itu dan menghadap kepada Allooh memohon ampun dan maghfirohnya dengan berseru:
”Ya Tuhanku aku berlindung kepada-Mu dari goda’an Syaitan yang terla’nat , ampunilah kelalaian dan ke alpa’anku sehingga aku menanyakan sesuatu yang aku tidak mengetahuinya.
“Ya Tuhanku bila Engkau tidak memberi ampun dan maghfiroh serta menurunkan Rahmat bagiku, nescaya aku menjadi orang yang rugi.
Setelah air bah itu mencapai puncak keganasannya dan habis binasalah kaum Nuh yang kafir dan zdolim sesuai dengan kehendak dan hukum Allooh, surutlah lautan air di serap bumi kemudian bertambatlah kapal Nuh di atas bukit ” Judie ” dengan iringan perintah Allooh kepada Nabi Nuh:
”Turunlah wahai Nuh ke darat engkau dan para Mu’min yang menyertaimu dengan selamat di limpahi barakah dan inayah dari sisi-Ku bagimu dan bagi Umat yang menyertaimu.

Zaman Antediluvian;
Perkata’an Antedulivian adalah satu perkata’an yang di ambil dari perkata’an Latin (syn.Prediluvian) yang bermaksud “Sebelum Banjir Besar” seperti yang terdapat dalam Injil.
Perkata’an ini merujuk zaman Manusia yang hidup sebelum kejadian banjir besar pada ketika zaman Nabi Nuh.
Penulis seperti William Whist on (A New T heory of t he Eart h 1696) dan Henry Morris (T he Genesis Flood 1961) menggambarkan zaman antediluvian adalah seperti berikut :
Umur seseorang Manusia adalah lebih panjang dari umur Manusia hari ini yaitu sekitar 700-950 tahun, seperti yang di tulis dalam Genealogies of Genesis.
Jumlah populasi Manusia pada ketika itu adalah lebih ramai berbanding pada tahun 1696 .
Perkira’an Whiston menggambarkan lebih kurang 500 juta Manusia berkemungkinan telah lahir dalam zaman antediluvian, berdasarkan jangka hayat yang panjang dan fertility rates.
Tidak wujud awan dan hujan,muka bumi hanya menerima air dari embun yang terhasil dari proses pemewalpan dan sejatan siang dan malam.
Lautan dan sungai pula sememangnya telah semula jadi wujud dan menjadi sumber kahidupan harian Manusia.
Gambaran dari Injil (New Testament ) juga mengatakan wujudnya makhluk_makhluk pelik dan ajaib seperti gergasi, Manusia berkepak burung (Nephilim) dan beberapa jenis makhluk yang tidak tergambar oleh fikiran Manusia hari ini,tetapi kesemunya telah musnah di telan gelombang dan arus dari banjir besar.
Apa yang dapat kita lihat hari ini hanyalah makhluq dan binatang yang telah naik ke kapal Nabi Nuh.

Kisah Nabi Nuh dalam Al-Qur’an;
Al-Qur’an mencerit akan kisah Nabi Nuh dalam 43 ayat dari 28 surah di antaranya surah Nuh dari ayat 1 sehinga 28, juga dalam surah “Hud” ayat 27 sehingga 48 yang mengisahkan dialog Nabi Nuh dengan kaumnya dan perintah pembuatan kapal serta ke ada’an banjir yang menimpa di atas mereka.

Pengajaran dari Kisah Nabi Nuh;
Bahawasanya hubungan ant ara Manusia yang terjalin karena ikatan Persama’an kepercaya’an atau penama’an aqidah dan pendirian adalah lebih erat dan lebih berkesan dari pada hubungan yang terjalin karena ikatan darah atau kelahiran.
Kan’aan yang walaupun ia adalah anak kandung Nabi Nuh, oleh Allooh s.w.t .di keluarkan dari bilangan keluarga ayahnya karena ia menganut kepercaya’an dan Agama berlainan dengan apa yang di anut dan di da’wahkan oleh ayahnya sendiri, bahkan ia berada di pihak yang memusuhi dan menentangnya.
Maka dalam pengertian inilah dapat di fahami firman Allooh dalam Al-Qur’an yang bermaksud:
”Sesungguhnya para Mu’min itu adalah bersaudara.
Demikian pula hadits Rosulullooh s.a.w.yang bermaksud:
”Tidaklah sempurna Iimaan seseorang kecuali jika ia menyintai saudaranya yang beriman sebagaimana ia menyintai dirinya sendiri.
Juga peribahasa yang berbunyi:
”Adakalanya engkau memperolehi seorang saudara yang tidak di lahirkan oleh ibumu.


Walloohu Alam.

     _______/|\______
  ¨¨¨¨¨¨¨˜°°˜¨¨¨¨¨¨
    SALAAM SILIWANGI