3.Kisah Nabi Nuh As.
Nabi Nuh a.s. adalah
Nabi ketiga sesudah Adam, Syith dan Idris dan keturunan ke sembilan dari Nabi Adam AS.
Ayahnya adalah Lamik bin Metusyalih bin Idris.
Berlalulah beberapa tahun dari kematian Nabi Adam AS,banyak hal
berubah di muka bumi dan bertepatan dengan fitrah Manusia itu sendiri, terjadilah
ke alpa’an terhadap wasiat Nabi Adam.
Kesalahan yang dahulu kembali berulang,seperti mana ketika Nabi
Adam AS dan Hawa melupakan ketetapan Tuhan untuk menjauhi pohon di dalam
syurga, seperti itulah Manusia melupakan ajaran ilahi yang di langsungkan di muka
bumi selepas turun dari syurga.
Sebelum lahirnya kaum Nabi Nuh, telah hidup lima orang sholeh dari
datuk-datuk kaum Nabi Nuh,mereka hidup selama beberapa zaman kemudian mereka
mati.
Nama-nama mereka adalah Wadd, Suwa’, Yaghut s, Ya’uq dan Nasr.
“Dan mereka berkata:
“Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan)
Tuhan-Tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd,
dan jangan pula suwaa’, yaghuts, ya’uq dan nasr”.
~ Surah Nuh ayat 23″
Setelah kematian mereka, orang-orang membuat patung-patung dari
mereka,dalam rangka menghormati mereka dan sebagai peringatan terhadap mereka.
Kemudian berlalulah waqtu, lalu orang-orang yang memahat patung itu
mati,lalu datanglah anak-anak mereka, kemudian anak-anak itu mati, dan
datanglah cucu- cucu mereka,kemudian timbullah berbagai dongeng dan khurafat
yang membelenggu akal Manusia di mana di sebutkan bahwa patung-patung itu
memiliki kekuatan khusus.
Dalam situasi seperti ini, Allooh SWT mengutus Nuh a.s untuk
membawa ajaran ilahi kepada kaumnya.
Nabi Nuh adalah seorang hamba yang akalnya tidak terpengaruh oleh
ke ada’an sekeliling, yang menyembah selain Allooh SWT .
Allooh SWT memilih hamba-Nya Nuh dan mengutusnya di tengah-tengah
kaumnya.
Da’wah Nabi Nuh kepada Kaumnya;
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada
kaumnya, lalu ia berkata:
“Hai kaumku, sembahlah oleh kamu Allooh, (karena)
sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia.
“Maka mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?”
~ Surah Al-Mu’minun ayat 23″
Nabi Nuh a.s menjelaskan kepada kaumnya bahawa mustahil terdapat
selain Allooh Yang Maha Esa sebagai Pencipta,ia memberikan pengertian kepada
mereka, bahwa dunia telah lama menipu mereka dan telah tiba waqtunya untuk
menghentikan tipuan ini, Nuh menyampaikan kepada mereka, bahwa Allooh SWT telah
memuliakan Manusia:
Dia telah menciptakan mereka,memberi mereka rezeqi,dan menganugerahi
akal dan tubuh yang sehat kepada mereka,Manusia mendengarkan da’wahnya dengan
penuh minat,da’wah Nabi Nuh cukup menggoncangkan jiwa mereka.
Nabi Nuh menarik perhatian kaumnya agar melihat alam semesta yang
di ciptakan oleh Allooh berupa langit dengan matahari, bulan dan bintang_bintang
yang menghiasinya, bumi dengan kekaya’an yang ada di atas dan di bawahnya,
berupa tumbuh-tumbuhan dan air yang mengalir yang memberi kenikmatan hidup
kepada Manusia, pengantian malam menjadi siang dan sebaliknya yang kesemua itu
menjadi bukti dan tanda nyata akan adanya ke Esa’an Tuhan yang harus di sembah
dan bukan berhala-berhala yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri. di
samping itu Nabi Nuh juga memberitakan kepada mereka bahwa akan ada ganjaran
yang akan di terima oleh manusia atas segala amalannya di dunia yaitu syurga
bagi amalan kebajikan dan neraka bagi segala pelanggaran terhadap perintah Agama
yang berupa kemungkaran dan kemaksiatan.
Nabi Nuh yang di kurniakan Allooh dengan sifat -sifat yang patut
di miliki oleh seorang Nabi, fasih dan tegas dalam kata-katanya, bijaksana dan
sabar dalam tindak-tanduknya melaksanakan tugas risalahnya kepada kaumnya dengan
penuh kesabaran dan kebijaksanaan dengan cara yang lemah lembut mengetuk hati
nurani mereka dan kadang kala dengan kata-kata yang tajam dan nada yang kasar
bila menghadapi pembesar-pembesar kaumnya yang keras kepala yang enggan menerima
hujjah dan dalil-dalil yang di kemukakan kepada mereka yang tidak dapat mereka
membantahnya atau mematahkannya.
Akan tetapi walaupun Nabi Nuh telah berusaha sekuat tenaganya
berda’wah kepada kaumnya dengan segala kebijaksana’an, kecakapan dan kesabaran dan
dalam setiap kesempatan, siang maupun malam dengan cara berbisik_bisik atau
cara terang dan terbuka ternyata hanya sedikit sekali dari kaumnya yang dapat
menerima da’wahnya dan mengikuti ajakannya, yang menurut sementara riwayat tidak
melebihi bilangan seratus orang, mereka pun terdiri dari orang-orang yang miskin
berkedudukan sosial lemah,sedangkan orang yang kaya-raya, berkedudukan tinggi
dan terpandang dalam masyarakat ,yang merupakan pembesar-pembesar dan penguasa-penguasa
tetap membangkang, tidak mempercayai Nabi Nuh mengingkari da’wahnya dan
sesekali tidak merelakan melepas Agamanya dan kepercaya’an mereka terhadap
berhala-berhala mereka, bahkan mereka berusaha dengan mengadakan persekongkolan
hendak melumpuhkan dan menggagalkan usaha da’wah Nabi Nuh.
Berkata mereka kepada Nabi Nuh:
“Bukankah engkau hanya seorang dari pada kami dan
tidak berbeda dari pada kami sebagai Manusia biasa.
“Jikalau betul Allooh akan mengutuskan seorang Rosul
yang membawa perintah-Nya, nescaya ia akan mengutuskan seorang malaikat yang patut
kami dengarkan kata-katanya dan kami ikuti ajakannya dan bukan Manusia biasa
seperti engkau hanya dapat di ikuti orang-orang rendah kedudukan sosialnya seperti
para buruh petani orang-orang yang tidak berpenghasilan yang bagi kami mereka
seperti sampah masyarakat.
“Pengikut-pengikutmu itu adalah orang-orang yang
tidak mempunyai daya fikiran dan ketajaman otak, mereka mengikutimu secara buta
tuli tanpa memikirkan dan menimbangkan masak-masak benar atau tidaknya da’wah
dan ajakanmu itu.
“Coba Agama yang engkau bawa dan ajaran -
ajaran yang engkau sadurkan kepada kami itu
betul-betul benar, nescaya kamilah dulu mengikutimu dan bukannya orang-orang
yang mengemis pengikut-pengikutmu itu.
“Kami sebagai pemuka-pemuka masyarakat yang pandai berfikir,
memiliki kecerdasan otak dan pandangan yang luas dan yang di pandang masyarakat
sebagai pemimpin-pemimpinnya, tidaklah mudah kami menerima ajakanmu dan da’wahmu.
“Engkau tidak mempunyai kelebihan di atas kami
tentang soa-soal kemasyarakatan dan pergaulan hidup,kami jauh lebih pandai dan
lebih mengetahui dari padamu tentang hal itu semuanya.
“Anggapan kami terhadapmu, tidak lain dan tidak
bukan, bahwa engkau adalah pendusta belaka.
Nuh berkata menjawab ejekan dan olok-olokan kaumnya:
“Adakah engkau mengira bahwa aku dapat memaksa kamu
mengikuti ajaranku atau mengira bahwa aku mempunyai kekuasaan untuk menjadikan
kamu orang_orang yang beriman jika kamu tetap menolak ajakan ku dan tetap
membuta-tuli terhadap bukti-bukti kebenaran da’wahku dan tetap mempertahankan
pendirianmu yang tersesat yang di ilhamkan oleh kesombongan dan kecongkakan
karena kedudukan dan harta-benda yang kamu miliki.
“Aku hanya seorang manusia yang mendapat amanah dan
di beri tugas oleh Allooh untuk menyampaikan risalah-Nya kepada kamu.
“Jika kamu tetap berkeras kepala dan tidak mahu
kembali ke jalan yang benar dan menerima agama Allooh yang di utuskan-Nya
kepada ku maka terserahlah kepada Allooh untuk menentukan hukuman-Nya dan
ganjaran-Nya ke atas diri kamu.
"Aku hanya pesuruh dan Rosul-Nya yang di perintahkan
untuk menyampaikan amanah-Nya kepada hamba-hamba-Nya.
“Dialah yang berkuasa memberi hidayah kepadamu dan
mengampuni dosamu atau menurunkan azdab dan siksa’an-Nya di atas kamu sekalian
jika Ia kehendaki.
“Dialah pula yang berkuasa menurunkan siksa dan azdab-nya
di dunia atau menangguhkannya sampai hari kemudian.
“Dialah Tuhan pencipta alam semesta ini, Maha Kuasa
,Maha Mengetahui, Maha pengasih dan Maha Penyayang.
Kaum Nuh mengemukakan syarat dengan berkata:
“Wahai Nuh! Jika engkau menghendaki kami
mengikutimu dan memberi sokongan dan semangat kepada kamu dan kepada Agama yang engkau bawa, maka jauhkanlah para
pengikutmu yang terdiri dari orang-orang petani, buruh dan hamba_hamba sahaya
itu.
“Usirlah mereka dari pengaulanmu karena kami tidak
dapat bergaul dengan mereka duduk berdampingan dengan mereka mengikut cara
hidup mereka dan bergabung dengan mereka dalam suatu Agama dan kepercaya’an.
“Dan bagaimana kami dapat menerima satu Agama yang menyamaratakan
para bangsawan dengan orang awam, penguasa dan pembesar dengan buruh-buruhnya dan
orang kaya yang berkedudukan dengan orang yang miskin dan papa.
Nabi Nuh menolak pensyaratan kaumnya dan berkata:
“Risalah dan Agama yang aku bawa adalah untuk semua
orang tiada pengecualian,yang pandai mahupun yang bodoh, yang kaya maupun
miskin, majikan ataupun buruh ,di antara penguasa dan rakyat biasa semuanya
mempunyai kedudukan dan tempat yang sama terhadap agama dan hukum Allooh.
“Andai kata aku memenuhi pensyaratan kamu dan
meluluskan ke inginanmu menyingkirkan para pengikutku yang setia itu, maka
siapakah yang dapat ku harapkan akan meneruskan da’wahku kepada orang ramai dan
bagaimana aku sampai hati menjauhkan dari padaku orang-orang yang telah beriman
dan menerima da’wahku dengan penuh keyaqinan dan ke ikhlasan di kala kamu
menolaknya serta mengingkarinya,orang-orang yang telah membantuku dalam tugasku
di kala kamu menghalangi usahaku dan merintangi da’wahku.
“Dan bagaimanakah aku dapat mempertanggung jawabkan
tindakan pengusiranku kepada mereka terhadap Allooh bila mereka mengadu bahwa
aku telah membalas kesetia'an dan keta'atan mereka
dengan sebaliknya semata-mata untuk memenuhi
perminta’anmu dan tunduk kepada pensyaratanmu yang tidak wajar dan tidak dapat
di terima oleh akal dan fikiran yang sehat.
“Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang bodoh
dan tidak berfikiran sehat.
Pada akhirnya, karena merasa tidak berdaya lagi mengingkari
kebenaran kata_kata Nabi Nuh dan merasa kehabisan alasan dan hujjah untuk
melanjutkan dialog dengan beliau, maka berkatalah mereka:
“Wahai Nabi Nuh!
“Kita telah banyak bermujadalah dan berdebat dan cukup berdialog
serta mendengar da’wahmu yang sudah menjemukan itu,Kami tetap tidak akan
mengikutimu dan tidak akan sesekali melepaskan kepercaya’an dan adat -istiadat
kami sehingga tidak ada gunanya lagi engkau mengulang-ulangi da’wah dan
ajakanmu dan bertegang lidah dengan kami.
“Datangkanlah apa yang engkau benar-benar orang yang menepati
janji dan kata-katanya.
“Kami ingin melihat kebenaran kata-katamu dan ancamanmu dalam
kenyata’an.
“Karena kami masih tetap belum mempercayaimu dan tetap meragukan
da’wahmu.
Nabi Nuh berputus asa dari kaumnya;
Nabi Nuh berada di tengah-tengah kaumnya selama sembilan ratus
lima puluh tahun berda’wah menyampaikan risalah Tuhan, mengajak mereka meninggalkan
penyembahan berhala dan kembali menyembah dan beribadah kepada Allooh Yang maha
Kuasa memimpin mereka keluar dari jalan yang sesat dan gelap ke jalan yang
benar dan terang, mengajar mereka hukum-hukum syari’at dan Agama yang di
Wahyukan oleh Allooh kepadanya, mengangkat derajat Manusia yang tertindas dan
lemah ke tingkat yang sesuai dengan fitrah dan qudratnya dan berusaha
menghilangkan sifat -sifat sombong dan congkak yang melekat pada para pembesar
kaumnya dan medidik agar mereka berkasih sayang, tolong-menolong di antara
sesama Manusia,akan tetapi dalam waqtu yang cukup lama itu, Nabi Nuh tidak
berhasil menyedarkan dan menarik kaumnya untuk mengikuti dan menerima da'wahnya
beriman,berTauhid dan beribadat kepada Allooh kecuali sekelompok kecil kaumnya
yang tidak mencapai seramai seratus orang, walaupun ia telah melakukan tugasnya
dengan segala daya-usahanya dan sekuat tenaganya dengan penuh kesabaran dan
kesulitan menghadapi penghina’an, ejekan dan cerca’an makian kaumnya, karena ia
mengharapkan akan datang masanya di mana kaumnya akan sadar diri dan datang
mengakui kebenarannya dan kebenaran da’wahnya. Harapan Nabi Nuh akan kesadaran
kaumnya ternyata makin hari makin berkurangan dan bahwa sinar Iimaan dan taqwa
tidak akan menebus ke dalam hati mereka yang telah tertutup rapat oleh ajaran
dan bisikan Iblis.
Hal mana Nabi Nuh berupa berfirman Allooh yang bermaksud:
“Sesungguhnya tidak akan seorang dari pada kaumnya
mengikutimu dan beriman kecuali mereka yang telah mengikutimu dan beriman lebih
dahulu, maka janganlah engkau bersedih hati karena apa yang mereka perbuatkan.
Dengan penegasan firman Allooh itu, lenyaplah sisa harapan Nabi
Nuh dari kaumnya dan habislah kesabarannya,ia memohon kepada Allooh agar
menurunkan Azdab-Nya di atas kaumnya yang berkepala batu seraya berseru:
”Ya Allooh! Janganlah Engkau biarkan seorang pun daripada
orang-orang kafir itu hidup dan tinggal di atas bumi ini.
“Mareka akan berusaha menyesatkan hamba-hamba-Mu, jika Engkau biarkan
mereka tinggal dan mereka tidak akan melahirkan dan menurunkan selain anak-anak
yang berbuat maksiat dan anak-anak yang kafir seperti mereka.
Do’a Nabi Nuh di kalbulkan oleh Allooh dan permohonannya di luluskan
dan tidak perlu lagi menghiraukan dan mempersoalkan kaumnya, karena mereka itu
akan menerima hukuman Allooh dengan mati tenggelam.
Nabi Nuh membuat kapal;
Setelah menerima perintah Allooh untuk membuat sebuah kapal,
segeralah Nabi Nuh mengumpulkan para pengikutnya dan mulai mereka mengumpulkan bahan
yang di perlukan untuk maksud tersebut ,kemudian dengan mengambil tempat di
luar dan agak jauh dari kota dan keramaiannya mereka dengan rajin dan tekun
bekerja siang dan malam menyelesaikan pembina’an kapal yang di perintahkan itu.
Walaupun Nabi Nuh telah menjauhi kota dan masyarakatnya,agar dapat
bekerja dengan tenang tanpa gangguan bagi menyelesaikan
pembina’an kapalnya namun ia tidak luput dari ejekan dan cemo’ohan
kaumnya yang kebetulan atau sengaja melalui tempat kerja membina kapal itu,mereka
mengejek dan mengolok-olok dengan mengatakan:
“Wahai Nuh!
“Sejak engkau telah menjadi tukang kayu dan pembuat kapal?
“Bukankah engkau seorang Nabi dan Rosul menurut pengakuanmu,
kenapa sekarang menjadi seorang tukang kayu dan pembuat kapal.
“Dan kapal yang engkau buat itu di tempat yang jauh dari air ini
adalah maksudmu untuk di tarik oleh kerbau ataukah mengharapkan angin yang akan
menarik kapalmu ke laut ?
Dan lain_lain kata ejekan yang di terima oleh Nabi Nuh dengan
sikap dingin dan tersenyum seraya menjawab:
”Baiklah tunggu saja sa’atnya nanti, jika kamu sekarang mengejek
dan mengolok-olok kami maka akan tibalah masanya kelak bagi kami untuk mengejek
kamu dan akan kamu ketahui kelak untuk apa kapal yang kami siapkan ini.
“Tunggulah sa’atnya azdab dan hukuman Allooh menimpa atas diri
kamu.
Setelah selesai pekerja’an pembuatan kapal yang merupakan alat pengangkutan
laut pertama di dunia, Nabi Nuh menerima Wahyu dari Allooh:
”Siap-siaplah engkau dengan kapalmu, bila tiba perintah-Ku dan terlihat
tanda-tanda daripada-Ku maka segeralah angkut bersamamu di dalam kapalmu dan
kerabatmu dan bawalah dua pasang dari setiap jenis makhluk yang ada di atas
bumi dan belayarlah dengan izin-Ku.
Kemudian tercurahlah dari langit dan memancur dari bumi air yang
deras dan dahsyat yang dalam sekelip mata telah menjadi banjir besar melanda
seluruh kota dan desa menggenangi daratan yang rendah maupun yang tinggi sampai
mencapai puncak bukit-bukit sehingga tiada tempat berlindung dari air bah yang
dahsyat itu kecuali kapal Nabi Nuh yang telah terisi penuh dengan para orang Mu’min
dan pasangan makhluk yang di selamatkan oleh Nabi Nuh atas perintah Allooh.
Dengan iringan;
“Bismillahi majreha wa mursaha”
{Berlayarlah kapal Nabi Nuh dengan lajunya menyusuri lautan air,
menentang angin yang kadang kala lemah lembut dan kadang kala ganas dan ribut
,di kanan kiri kapal terlihatlah orang-orang kafir bergelut melawan gelombang
air yang menggunung berusaha menyelamatkan diri dari cengkaman maut yang sudah
sedia menerkam mereka di dalam lipatan gelombang-gelombang itu.
Tatkala Nabi Nuh berada di atas geladak kapal memperhatikan cuaca
dan melihat -lihat orang-orang kafir dari kaumnya sedang bergelimpangan di atas
permuka’an air, tiba-tiba terlihatlah olehnya tubuh putera sulungnya yang bernama
“Kan’aan” timbul tenggelam di permainkan oleh gelombang yang tidak menaruh
belas kasihan kepada orang-orang yang sedang menerima hukuman Allooh itu.
Pada saat itu,tanpa di sadari, timbullah rasa cinta dan kasih
sayang seorang ayah terhadap putera kandungnya yang berada dalam ke ada’an
cemas menghadapi maut di telan gelombang.
Nabi Nuh secara spontan, terdorong oleh suara hati kecilnya berteriak
dengan sekuat suaranya memanggil puteranya:
“Wahai anakku! Datanglah kemari dan gabungkan dirimu bersama
keluargamu.
“Berthaubatlah engkau dan berimanlah kepada Allooh agar engkau
selamat dan terhindar dari bahaya maut yang engkau menjalani hukuman Allooh.
Kan’aan, putera Nabi Nuh, yang tersesat dan telah terkena racun
rayuan Syaitan dan hasutan kaumnya yang sombong dan keras kepala itu menolak
dengan keras ajakan dan panggilan ayahnya yang menyayanginya dengan kata-kata
yang menentang:
”Biarkanlah aku dan pergilah, jauhilah aku, aku tidak sudi
berlindung di atas geladak kapalmu aku akan dapat menyelamatkan diriku sendiri
dengan berlindung di atas bukit yang tidak akan di jangkau oleh air bah ini.
Nuh menjawab:
”Percayalah bahwa tempat satu-satunya yang dapat menyelamatkan
engkau ialah bergabung dengan kami di atas kapal ini.
Masa tidak akan ada yang dapat melepaskan diri dari hukuman Allooh
yang telah di timpakan ini kecuali orang-orang yang memperolehi Rahmat dan ke ampunan-Nya.
Setelah Nabi Nuh mengucapkan kata-katanya tenggelamlah Kan’aan di sambar
gelombang yang ganas dan lenyaplah ia dari pandangan mata ayahnya,
tergelincirlah ke bawah lautan air mengikut kawan-kawannya dan pembesar-pembesar
kaumnya yang durhaka itu.
Nabi Nuh bersedih hati dan berduka cita atas kematian puteranya
dalam ke ada’an kafir tidak beriman dan belum mengenal Allooh.
Beliau berkeluh-kesah dan berseru kepada Allooh:
”Ya Tuhanku, sesungguhnya puteraku itu adalah darah dagingku dan
adalah bagian dari keluargaku dan sesungguhnya janji-Mu adalah janji benar
dan Engkaulah Maha Hakim yang Maha Berkuasa.
Kepadanya Allooh berfirman:
”Wahai Nuh! Sesungguhnya dia puteramu itu tidaklah termasuk
keluargamu, karena ia telah menyimpang dari ajaranmu, melanggar perintahmu
menolak da’wahmu dan mengikuti jejak orang-orang yang kafir daripada kaummu.
“Coretlah namanya dari daftar keluargamu.
“Hanya mereka yang telah menerima da’wahmu mengikuti jalanmu dan
beriman kepada-Ku dapat engkau masukkan dan golongkan ke dalam barisan
keluargamu yang telah Aku janjikan perlindungannya dan terjamin keselamatan jiwanya.
“Adapun orang-orang yang mengingkari risalahmu,mendustakan da’wahmu
dan telah mengikuti hawa nafsunya dan tuntutan
Iblis, pastilah mereka akan binasa menjalani hukuman yang telah
Aku tentukan walau mereka berada di puncak gunung.
“Maka janganlah engkau sesekali menanyakan tentang sesuatu yang
engkau belum ketahui.
“Aku ingatkan janganlah engkau sampai tergolong ke dalam golongan
orang-orang yang bodoh.
Nabi Nuh sadar segera setelah menerima teguran dari Allooh bahwa
cinta kasih sayangnya kepada anaknya telah menjadikan ia lupa akan janji dan
ancaman Allooh terhadap orang-orang kafir termasuk puteranya sendiri,ia sadar
bahwa ia tersesat pada sa’at ia memanggil puteranya untuk menyelamatkannya dari
bencana banjir yang di dorong oleh perasa’an naluri darah yang menghubungkannya
dengan puteranya padahal sepatutnya cinta dan ta’at kepada Allooh harus
mendahului cinta kepada keluarga dan harta-benda,ia sangat sesalkan kelalaian
dan ke alpa’annya itu dan menghadap kepada Allooh memohon ampun dan maghfirohnya
dengan berseru:
”Ya Tuhanku aku berlindung kepada-Mu dari goda’an Syaitan yang
terla’nat , ampunilah kelalaian dan ke alpa’anku sehingga aku menanyakan sesuatu
yang aku tidak mengetahuinya.
“Ya Tuhanku bila Engkau tidak memberi ampun dan maghfiroh serta
menurunkan Rahmat bagiku, nescaya aku menjadi orang yang rugi.
Setelah air bah itu mencapai puncak keganasannya dan habis
binasalah kaum Nuh yang kafir dan zdolim sesuai dengan kehendak dan hukum
Allooh, surutlah lautan air di serap bumi kemudian bertambatlah kapal Nuh di
atas bukit ” Judie ” dengan iringan perintah Allooh kepada Nabi Nuh:
”Turunlah wahai Nuh ke darat engkau dan para Mu’min yang menyertaimu
dengan selamat di limpahi barakah dan inayah dari sisi-Ku bagimu dan bagi Umat
yang menyertaimu.
Zaman Antediluvian;
Perkata’an Antedulivian
adalah satu perkata’an yang di ambil
dari perkata’an Latin (syn.Prediluvian) yang bermaksud “Sebelum Banjir Besar” seperti yang terdapat dalam Injil.
Perkata’an ini merujuk zaman Manusia yang hidup sebelum kejadian
banjir besar pada ketika zaman Nabi Nuh.
Penulis seperti William Whist on (A New T heory of t he Eart h
1696) dan Henry Morris (T he Genesis Flood 1961) menggambarkan zaman antediluvian
adalah seperti berikut :
Umur seseorang Manusia adalah lebih panjang dari umur Manusia hari
ini yaitu sekitar 700-950 tahun, seperti yang di tulis dalam Genealogies of Genesis.
Jumlah populasi Manusia pada ketika itu adalah lebih ramai
berbanding pada tahun 1696 .
Perkira’an Whiston menggambarkan lebih kurang 500 juta Manusia
berkemungkinan telah lahir dalam zaman antediluvian, berdasarkan jangka hayat
yang panjang dan fertility rates.
Tidak wujud awan dan hujan,muka bumi hanya menerima air dari embun
yang terhasil dari proses pemewalpan dan sejatan siang dan malam.
Lautan dan sungai pula sememangnya telah semula jadi wujud dan menjadi
sumber kahidupan harian Manusia.
Gambaran dari Injil (New Testament ) juga mengatakan wujudnya
makhluk_makhluk pelik dan ajaib seperti gergasi, Manusia berkepak burung
(Nephilim) dan beberapa jenis makhluk yang tidak tergambar oleh fikiran Manusia
hari ini,tetapi kesemunya telah musnah di telan gelombang dan arus dari banjir
besar.
Apa yang dapat kita lihat hari ini hanyalah makhluq dan binatang
yang telah naik ke kapal Nabi Nuh.
Kisah Nabi Nuh dalam Al-Qur’an;
Al-Qur’an mencerit akan kisah Nabi Nuh dalam 43 ayat dari 28 surah
di antaranya surah Nuh dari ayat 1 sehinga 28, juga dalam surah “Hud” ayat 27 sehingga
48 yang mengisahkan dialog Nabi Nuh dengan kaumnya dan perintah pembuatan kapal
serta ke ada’an banjir yang menimpa di atas mereka.
Pengajaran dari Kisah Nabi Nuh;
Bahawasanya hubungan ant ara Manusia yang terjalin karena ikatan Persama’an
kepercaya’an atau penama’an aqidah dan pendirian adalah lebih erat dan lebih berkesan
dari pada hubungan yang terjalin karena ikatan darah atau kelahiran.
Kan’aan yang walaupun ia adalah anak kandung Nabi Nuh, oleh Allooh
s.w.t .di keluarkan dari bilangan keluarga ayahnya karena ia menganut kepercaya’an
dan Agama berlainan dengan apa yang di anut dan di da’wahkan oleh ayahnya
sendiri, bahkan ia berada di pihak yang memusuhi dan menentangnya.
Maka dalam pengertian inilah dapat di fahami firman Allooh dalam
Al-Qur’an yang bermaksud:
”Sesungguhnya para Mu’min itu adalah bersaudara.
Demikian pula hadits Rosulullooh s.a.w.yang bermaksud:
”Tidaklah sempurna Iimaan seseorang kecuali jika ia menyintai
saudaranya yang beriman sebagaimana ia menyintai dirinya sendiri.
Juga peribahasa yang berbunyi:
”Adakalanya engkau memperolehi seorang saudara yang tidak di
lahirkan oleh ibumu.
Walloohu A’lam.
_______/|\______
¨¨¨¨¨¨¨˜°♥°˜¨¨¨¨¨¨
SALAAM
SILIWANGI