Minggu, 01 September 2019

Adab Berbicara Mendengar Dan Berdebat Dalam Islaam




Adab Berbicara Mendengar Dan Berdebat Dalam Islaam

“Sesungguhnya Seorang Hamba Mengucapkan Satu Kata Yang Di Ridhoi Allooh Shubhanahu Wa Ta’ala Yang Ia Tidak Mengira Yang Akan Mendapatkan Demikian Sehingga Di Catat Oleh Allooh Shubhanahu Wa Ta’ala Keridhoan-Nya Bagi Orang Tersebut Sampai Nanti Hari Qiamat.

“ Dan Seorang Lelaki Mengucapkan Satu Kata Yang Di Murkai Allooh Shubhanahu Wa Ta’ala Yang Tidak Di Kiranya Akan Demikian, Maka Allooh Shubhanahu Wa Ta’ala Mencatatnya Yang Demikian Itu Sampai Hari Qiamat.

(Hr Tirmidzi Dan Ia Berkata Hadits Hasan Shohih; Juga Di Riwayatkan Oleh Ibnu Majah)


ADAB BERBICARA
1. Semua pembicara’an harus kebaikan.
 (QS 4/114, dan QS 23/3).
Dalam hadits Nabi Sholollloohu ‘Alaihi Wasalam di sebutkan:
“Barang siapa yang beriman pada ALLOOH dan hari akhir maka hendaklah berkata baik atau lebih baik diam.
(HR Bukhori Muslim)
2. Berbicara harus jelas dan benar, sebagaimana dalam hadits Aisyah Rodhiyalloohu ‘anha:
“Bahwasanya perkata’an Rosulullooh Sholollloohu ‘Alaihi Wasalam itu selalu jelas sehingga bisa di fahami oleh semua yang mendengar.
 (HR Abu Daud)
3. Seimbang dan menjauhi bertele-tele, berdasarkan sabda Nabi Sholollloohu ‘Alaihi Wasalam:
“Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku nanti di hari Qiamat ialah orang yang banyak omong dan berlagak dalam berbicara..
 Maka di katakan:
“ Wahai Rosulullooh kami telah mengetahui arti ats-tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa makna al-mutafayhiqun?
Maka jawab Nabi Sholollloohu ‘Alaihi Wasalam:
 “Orang-orang yang sombong.
(HR Tirmidzi dan di hasankannya)
4. Menghindari banyak berbicara, karena kuatir membosankan yang mendengar, sebagaimana dalam hadits yang di riwayatkan oleh Abu Wa’il:
Adalah Ibnu Mas’ud Rodhiyalloohu ‘anhu senantiasa mengajari kami setiap hari Kamis, maka berkata se’orang lelaki:
 Wahai abu Abdurrahman (gelar Ibnu Mas’ud)!
“Seandainya anda mau mengajari kami setiap hari?
 Maka jawab Ibnu Mas’ud :
“Sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku memenuhi ke inginanmu, hanya aku kuatir membosankan kalian, karena akupun pernah meminta yang demikian pada Nabi Sholollloohu ‘Alaihi Wasalam dan beliau menjawab kuatir membosankan kami.
 (HR Muttafaq ‘alaih)
5. Mengulangi kata-kata yang penting jika di butuhkandari Anas Rodhiyalloohu ‘anhu bahwa adalah Nabi Sholollloohu ‘Alaihi Wasalam jika berbicara maka beliau Shololllohu ‘Alaihi Wasalam mengulanginya 3 kali sehingga semua yang mendengarkannya menjadi faham, dan apabila beliau Sholollloohu ‘Alaihi Wasalam mendatangi rumah sese’orang maka beliau Sholollloohu ‘Alaihi Wasalam pun mengucapkan salam 3 kali. 
(HR Bukhori)
6. Menghindari mengucapkan yang bathil, berdasarkan hadits Nabi Sholalllohu ‘Alaihi Wasalam:
“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang di Ridhoi ALLOOH Shubhanahu Wa Ta’ala yang ia tidak mengira yang akan mendapatkan demikian sehingga di catat oleh ALLOOH Shubhanahu Wa Ta’ala keridhoan-NYA bagi orang tersebut sampai nanti hari Qiamat.
“Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata yang di murkai ALLOOH Shubhanahu Wa Ta’ala yang tidak di kiranya akan demikian, maka ALLOOH Shubhanahu Wa Ta’ala mencatatnya yang demikian itu sampai hari Qiamat.
(HR Tirmidzi dan ia berkata hadits hasan shohih; juga di riwayatkan oleh Ibnu Majah)
7. Menjauhi perdebatan sengit, berdasarkan hadits Nabi Sholollloohu ‘Alaihi Wasalam:
“Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapatkan hidayah untuk mereka, melainkan karena terlalu banyak berdebat.”
(HR Ahmad dan Tirmidzi)
Dan dalam hadits lain di sebutkan sabda Nabi Sholoolllohu ‘Alaihi Wasalam:
“Aku jamin rumah di dasar surga bagi yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah di tengah surga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin rumah di puncak surga bagi yang baik akhlaqnya.”
(HR Abu Daud)
8. Menjauhi kata-kata keji, mencela, mela’nat, berdasarkan hadits Nabi Sholollloohu ‘Alaihi Wasalam:
“Bukanlah se’orang Mu’min jika suka mencela, mela’nat dan berkata-kata keji.
 (HR Tirmidzi dengan sanad shohih)
9. Menghindari banyak canda, berdasarkan hadits Nabi Shololloohu ‘Alaihi Wasalam:
“Sesungguhnya seburuk-buruk orang di sisi ALLOOH Shubhanahu Wa Ta’ala di hari Qiamat kelak ialah orang yang suka membuat manusia tertawa.
 (HR Bukhori)
10. Menghindari menceritakan aib orang dan saling memanggil dengan gelar yang buruk, berdasarkan QS 49/11, juga dalam hadits Nabi Shololloohu ‘Alaihi Wasalam:
“Jika se’orang menceritakan suatu hal padamu lalu ia pergi, maka ceritanya itu menjadi amanah bagimu untuk menjaganya.
(HR Abu Daud dan Tirmidzi dan ia menghasankannya)
11. Menghindari dusta, berdasarkan hadits Nabi Shololloohu ‘Alaihi Wasalam:
“Tanda-tanda munafik itu ada 3, jika ia bicara berdusta, jika ia berjanji mengingkari dan jika di beri amanah ia khianat.
(HR Bukhori)
12. Menghindari ghibah dan mengadu domba, berdasarkan hadits Nabi Shololloohu ‘Alaihi Wasalam:
“Janganlah kalian saling mendengki, dan janganlah kalian saling membenci, dan janganlah kalian saling berkata-kata keji, dan janganlah kalian saling menghindari, dan janganlah kalian saling meng-ghibah satu dengan yang lain, dan jadilah hamba-hamba ALLOOH yang bersaudara.
 (HR Muttafaq ‘alaih)
13. Berhati-hati dan adil dalam memuji, berdasarkan hadits Nabi Shololloohu ‘Alaihi Wasalam dari Abdurrahman bin abi Bakroh dari bapaknya berkata:
“Ada se’orang yang memuji orang lain di depan orang tersebut, maka kata Nabi Shololloohu ‘Alaihi Wasalam:
Celaka kamu, kamu telah mencelakakan saudaramu!
“Kamu telah mencelakakan saudaramu!” (2 kali), lalu kata beliau Shololloohu ‘Alaihi Wasalam:
 “Jika ada sese’orang ingin memuji orang lain di depannya maka katakanlah:
“Cukuplah si fulan, semoga ALLOOH mencukupkannya, kami tidak mensucikan se’orangpun di sisi ALLOOH, lalu barulah katakan sesuai kenyata’annya.
(HR Muttafaq ‘alaih dan ini adalah lafzh Muslim)
Dan dari Mujahid dari Abu Ma’mar berkata:
“ Berdiri sese’orang memuji se’orang pejabat di depan Miqdad bin Aswad secara berlebih-lebihan, maka Miqdad mengambil pasir dan menaburkannya di wajah orang itu, lalu berkata:
“ Nabi Shololloohu ‘Alaihi Wasalam memerintahkan kami untuk menaburkan pasir di wajah orang yang gemar memuji.
 (HR Muslim)
ADAB MENDENGAR
1. Diam dan memperhatikan (QS 50/37)
2. Tidak memotong/memutus pembicara’an
3. Menghadapkan wajah pada pembicara dan tidak memalingkan wajah darinya sepanjang sesuai dengan syariat (bukan berbicara dengan lawan jenis)
4. Tidak menyela pembicara’an saudaranya walaupun ia sudah tahu, sepanjang bukan perkata’an dosa.
5. Tidak merasa dalam hatinya bahwa ia lebih tahu dari yang berbicara
ADAB MENOLAK / TIDAK SETUJU
1. Ikhlash dan menghindari sifat senang menjadi pusat perhatian
2. Menjauhi ingin tersohor dan terkenal
3. Penolakan harus tetap menghormati dan lembut serta tidak meninggikan suara
4. Penolakan harus penuh dengan dalil dan taujih
5. Menghindari terjadinya perdebatan sengit
6. Hendaknya di mulai dengan menyampaikan sisi benarnya lebih dulu sebelum mengomentari yang salah
7. Penolakan tidak bertentangan dengan syari’at
8. Hal yang di bicarakan hendaknya merupakan hal yang penting dan dapat di laksanakan dan bukan sesuatu yang belum terjadi
9. Ketika menolak hendaknya dengan memperhatikan tingkat ilmu lawan bicara, tidak berbicara di luar kemampuan lawan bicara yang di kuatirkan menjadi fitnah bagi diri dan agamanya
10. Sa’at menolak hendaknya menjaga hati dalam ke ada’an bersih, dan menghindari kebencian serta penyakit hati.
Wamaa taufiiqi illaa billaah, ‘alaihi tawakkaltu wa ilaihi uniib.

            ___/|\___
            ¨¨¨˜°♥°˜¨¨¨
Walloohu Alam.