Sabtu, 21 September 2019

DESA WISATA DI JATIGEDE MASIH WACANA DI BICARAKAN



DESA WISATA DI JATIGEDE MASIH WACANA DI BICARAKAN
Perencanaan Pemerintah daerah sumedang dan pemprov jabar dalam pembangunan daerah wisata dikawasan bendungan jati gede dinilai masyarakat yang terkena dampak kurang cepat tanggap dalam penaggulanan dan pemulihan ekonomi dikawsan bendungan jati gede ini, pasalnya pasca penggenangan area bendungan jati gede stidaknya ada 4 desa yang akan dijadikan area Sebagai Kawasasan Ekonomi Khusus pada sector wisata diantaranya Desa KArangpakuan, Desa Jeunjing, Desa Paku alam dan Desa Jema, banyak sekali masyarakay yang kehilangan mata pencaharian sebagai petani local.
Dalam acara FGD yang digelar di kantor Pemerintah Sumedang pada tanggal 29 agustus 2019, Kemenpar dan BBWS memaparkan sejumlah Site plan tentang rencana design Parawisata, Namun dalam diskusi tersebut banyak menuai kritikan dari berbagai perwakilan Desa salah satunya adalah dari Tokoh Muda yang mewakili kalangan pemuda karang taruna salah satunya dari sdr Giwang yang memaparkan sejumlah kendala dan dampak hari ini mengenai kondisi dari bendungan jatigede. “ saya sangat prihatin dengan kondisi wilayah yang jadi dampak, karena kita yang digenang, sama air tapi  malah area wilayah desa kami yang kesulitan Air, dan dampaknya pengairan nya justru dirasakan oleh mereka yang dihilir.”
Selain itu Giwang juga memaparkan sejumlah ide dan gagasan mengenai perencanaan tentang desa parawisata bersama Kepala desa Karangpakuam yang rencananya punya potensi destinasi seperti Raja Ampat yang akan dijadikan area wisata Alam yang diberi nama “ WISATA PANGUPUKAN”,
“ Kendala yang dirasakan untuk membangun desa wisata di kami adalah Branding karena ada beberapa lokasi yang sudah dibangun dikawasan menjadi desa wisata melalaui Dana Desa, seperti Tempat wisata Panenjoan yang semakin kurang pengunjungnya karena peran media social yang kurang dan pendokumentasian yang minim serta dukungan maintance dari pemda setempat.
Desa karangpakuan berencana akan membuat desa wisata buatan di daerah pangupukan meskipun arahan dari pemda menuju kepada Agrowisata. “ mau dibangun agrowisata gimana desa kami itu daerah tandus, meskipun depannya waduk tapi sangat sulit air bercocok tanam, jangankan untuk bercocok tanam,untuk mandi saja sulit, ujar Giwang. “ kita punya potensi untuk bias memiliki tempat wisata harusnya pemerintah mendukung pemdes untuk merealisasikan inovasi yang dikembangkan oleh anak anak milenial, ujar giwang yang menjuarai design pawai Reflika pawai pembangunan Wisata Pangupukan. Peran pemerintah harus bias mendorong supaya gimana caranya desa yang berpotensi  menjadi tempat wisata dapat di branding dan dikemas dengan baik.