4.Kisah Nabi Huud As.
A. Pendahuluan
Hud (Bahasa
Arab هود , Aubir, Ubayr, Neber) (sekitar
2450-2320 SM) adalah seorang Nabi yang di utus untuk Kaum ‘Ad yang tinggal di
al-Ahqaf , Rubu’ al-Kholi-Yaman.
Hud di kenal dalam ajaran Agama Islaam, Yahudi dan Kristen.
Dalam kitab Perjanjian Lama di kenal sebagai Eber.
Namanya di sebutkan sebanyak 7 kali dalam Al-Qur’an.
Umat Muslim percaya bahwa Nabi Hud hidup sekit ar 150 tahun dan di
utus menjadi Rosul pada tahun 2400 SM.
Di riwayatkan ia wafat di Timur Hadhramaut , Yaman.
Hud bin Abdullah bin Ribah bin Khulud bin Ad bin Aus bin Irim bin
Syam bin Nuh.
Ia menikahi seorang wanita yang bernama Melka binti Madai bin
Japeth (Yaf as).
B. Kisah Nabi Hud;
“Aad” adalah nama bapa suatu suku yang hidup di jazirah Arab
di suatu tempat bernama “Al-Ahqof ” terletak di utara Hadramaut antara Yaman
dan Umman dan termasuk suku yang tertua sesudak kaum Nabi Nuh serta terkenal
dengan kekuatan jasmani dalam bentuk tubuh-tubuh yang besar dan sasa.
Mereka
di kurniai oleh Allooh tanah yang subur dengan sumber-sumber airnya yang
mengalir dari segala penjuru sehinggakan memudahkan mereka bercocok tanam untuk
bahan makanan mereka dan memperindah tempat tinggal mereka dengan kebun-kebun
bunga yang indah-indah.
Berkat kurnia Tuhan itu mereka hidup menjadi makmur,sejahtera dan
bahagia serta dalam waqtu yang singkat mereka berkembang biak dan menjadi suku
yang terbesar di antara suku-suku yang hidup di sekelilingnya.
Sebagaimana dengan kaum Nabi Nuh kaum Hud ialah suku
Aad ini adalah penghidupan rohaninya tidak mengenal Allooh Yang Maha Kuasa
Pencipta Alam Semesta.
Mereka membuat patung-patung yang di beri nama ”Shamud” dan ”
Alhattar” dan itu yang di sembah sebagai tuhan mereka yang menurut kepercaya’an
mereka dapat memberi kebahagia’an, kebaikan dan ke untungan serta dapat menolak
kejahatan, kerugian dan segala musibah.
Ajaran dan Agama Nabi Idris dan Nabi Nuh sudah tidak berbekas
dalam hati,jiwa serta cara hidup mereka sehari-hari.
Kenikmatan hidup yang mereka sedang tenggelam di dalamnya berkat tanah
yang subur dan menghasilkan yang melimpah ruah menurut anggapan mereka adalah
kurnia dan pemberian kedua berhala mereka yang mereka sembah.
Karenanya mereka tidak putus-putus sujud kepada kedua berhala itu
mensyukurinya sambil memohon perlindungannya dari segala bahaya dan mushibah
berupa penyakit atau kekeringan.
Sebagai akibat dan buah dari aqidah yang sesat itu pergaulan hidup
mereka menjadi di kuasai oleh tuntut an dan pimpinan Iblis, di mana nilai-nilai
moral dan akhlaq tidak menjadi dasar penimbangan atau kelakuan dan tindak-tanduk
seseorang tetapi kebenda’an dan kekuatan lahiriahlah yang menonjol sehingga timbul
kerusuhan dan tindakan sewenang-wenang di dalam masyarakat di mana yang kuat
menindas yang lemah yang besar memperkosa yang kecil dan yang berkuasa memeras
yang di bawahnya.
Sifat -sifat sombong,congkak, iri-hati, dengki, hasut dan
benci-membenci yang di dorong oleh hawa nafsu merajalela dan menguasai
penghidupan mereka sehingga tidak memberi tempat kepada sifat -sifat belas kasihan,
sayang menyayang, jujur, amanat dan rendah hati. Demikianlah gambaran
masyarakat suku Aad tatkala Allooh mengutus Nabi Hud sebagai Nabi dan Rosul kepada mereka.
1. Nabi Hud Berda'wah Di
Tengah-tengah Sukunya;
Sudah menjadi sunnah Allooh sejak di turunkannya Adam Ke bumi
bahawa dari masa ke semasa jika hamba-hamba-Nya sudah berada dalam kehidupan
yang sesat sudah jauh menyimpang dari ajaran-ajaran agama yang di bawa oleh
Nabi-Nabi-Nya di utuslah seorang Nabi atau Rasul yang bertugas untuk menyegarkan
kembali ajaran-ajaran Nabi-Nabi yang sebelumnya mengembalikan masyarakat yang
sudah tersesat ke jalan lurus dan benar dan mencuci bersih jiwa Manusiadari
segala tahayul dan syirik menggant inya dan mengisinya dengan Iimaan Tauhid dan
aqidah yang sesuia dengan fitrah.
Demikianlah maka kepada suku Aad yang telah di mabukkan oleh kesejahtera’an hidup dan kenikmat an duniawi sehingga tidak
mengenalkan Tuhannya yang mengurniakan itu semua,di utuskan kepada mereka Nabi Hud seorang
daripada suku mereka sendiri dari keluarga yang terpandang dan berpengaruh terkenal
sejak kecilnya dengan kelakuan yang baik budi pekerti yang luhur dan sangat
bijaksana dalam pergaulan dengan kawan-kawannya.
Nabi Hud memulai da’wahnya dengan menarik perhatian kaumnya suku Aad
kepada tanda-tanda wujudnya Allooh yang berupa alam sekeliling mereka dan bahwa
Alloohlah yang menciptakan mereka semua dan mengurniakan mereka dengan segala
kenikmatan hidup yang berupa t anah yang subur, air yang mengalir serta
tubuh-tubuhan yang tegak dan kuat .
Dialah yang seharusnya mereka sembah dan bukan patung-patung yang
mereka perbuat sendiri,mereka sebagai Manusia adalah makhluk
Tuhan paling mulia yang tidak sepatutnya merendahkan diri sujud menyembah batu-batu yang sewaktunya dapat mereka hancurkan sendiri
dan memusnahkannya dari pandangan.
Di terangkan oleh Nabi Hud bahwa dia adalah pesuruh Allooh SWT yang
di beri tugas untuk membawa mereka ke jalan yang benar beriman kepada Allooh
yang menciptakan mereka menghidup dan mematikan mereka memberi rezeqi atau
mencabutnya daripada mereka,ia tidak mengharapkan upah dan menuntut balas jasa
atas usahanya memimpin dan menuntut mereka ke jalan yang benar,ia hanya
menjalankan perintah Allooh dan memperingatkan mereka bahwa jika mereka tetap
menutup telinga dan mata mereka menghadapi ajakan dan da’wahnya mereka akan di
timpa azdab dan di binasakan oleh Allooh sebagaimana terjadinya atas kaum Nuh yang
mati binasa tenggelam dalam air bah akibat kecongkakan dan kesombongan mereka
menolak ajaran dan dakwah Nabi Nuh seraya bertahan pada pendirian dan kepercaya’an
mereka kepada berhala dan patung-patung yang mereka sembah dan puja itu.
Bagi kaum Aad seruan dan da’wah Nabi Hud itu
merupakan barang
yang tidak pernah mereka dengar ataupun menduga,mereka melihat bahwa ajaran yang di bawa oleh Nabi Hud itu akan mengubah sama
sekali cara hidup mereka dan membongkar peraturan dan adat
istiadat yang telah mereka kenal dan warisi dari nenek moyang mereka.
Mereka tercengang dan merasa haeran bahwa seorang dari suku
mereka sendiri telah berani berusaha merombak tata cara hidup mereka dan menggantikan
agama dan kepercaya’an mereka dengan sesuatu yang baru yang mereka tidak kenal
dan tidak dapat di mengertikan dan di terima oleh akal fikiran mereka,dengan
serta-merta di tolaklah oleh mereka da’wah Nabi Hud itu dengan berbagai alasan
dan tuduhan kosong terhadap diri beliau serta ejekan-ejekan dan hina’an yang di
terimanya dengan kepala dingin dan penuh kesabaran.
Berkatalah kaum Aad kepada Nabi Hud:
”Wahai Hud…!
“Ajaran dan Agama apakah yang engkau hendak anjurkan kepada kami…?
“Engkau ingin agar kami meninggalkan persembahan kami kepada tuhan-tuhan
kami yang berkuasa ini dan menyembah tuhanmu yang tidak dapat kami jangkau
dengan pancaindera kami dan tuhan yang menurut kata kamu tidak bersekutu.
Cara persembahan yang kami lakukan ini ialah yang telah kami
warisi dari nenek moyang kami dan tidak sesekali kami tidak akan meninggalkannya
bahkan sebaliknya engkaulah yang seharusnya kembali kepada at uran nenek
moyangmu dan jgn mencederai kepercaya’an dan Agama mereka dengan memebawa suatu
agama baru yang tidak kenal oleh mereka dan tentu tidak akan di restuinya.”
“Wahai kaumku…! jawab Nabi Hud;
“Sesungguhnya Tuhan yang aku serukan ini kepada kamu untuk
menyembah-Nya walaupun kamu tidak dapat menjangkau-Nya dengan pancainderamu
namun kamu dapat melihat dam merasakan wujudnya dalam diri kamu sendiri sebagai
cipta'annya dan dalam alam semest a yang mengelilingimu beberapa langit dengan
matahari bulan dan bintang-bintangnya bumi dengan gunung-ganangnya sungai
tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang yang kesemuanya dapat bermanfa’at bagi
kamu sebagai Manusia dan menjadi kamu dapat menikmati kehidupan yang sejahtera
dan bahagia.
“Tuhan itulah yang harus kamu sembah dan menundukkan kepala kamu
kepada-Nya.
“Tuhan Yang Maha Esa tiada bersekutu tidak beranak dan di peranakan
yang walaupun kamu tidak dapat menjangkau-Nya dengan pancainderamu,Dia dekat daripada
kamu mengetahui segala gerak-gerik dan tingkah lakumu mengetahui isi hatimu
denyut jantungmu dan jalan fikiranmu.
Tuhan itulah yang harus di sembah oleh Manusia dengan kepercaya’an
penuh kepada Ke Esa’an-Nya dan ke Kuasa’an-Nya dan bukan patung-patung yang
kamu perbuat pahat dan ukir dengan tangan kamu sendiri kemudian kamu sembah sebagai tuhan padahal ia suatu barang yang
pasif tidak dapat berbuat sesuatu yang menguntungkan atau
merugikan kamu.
“Alangkah bodohnya dan dangkalnya fikiranmu jika kamu tetap mempertahankan agamamu yang sesat itu dan menolak ajaran dan Agama yang telah di Wahyukan kepadaku oleh Allooh Tuhan Yang Maha Esa
itu.
Wahai Hud…! jawab kaumnya
”Gerangan apakah yang menjadikan engkau berpandangan dan berfikiran
lain daripada yang sudah menjadi pegangan hidup kami sejak dahulu kala dan
menjadikan engkau meninggalkan Agama nenek moyangmu sendiri bahkan sehingga
engkau menghina dan merendahkan martabat tuhan-tuhan kami dan memperbodohkan
kami dan menganggap kami berakal sempit dan berfikiran dangkal…?
“Engkau mengaku bahwa engkau terpilih menjadi Rosul pesuruh oleh Tuhanmu
untuk membawa Agama dan kepercaya’an baru kepada kami dan mengajak kami keluar
dari jalan yang sesat menurut pengakuanmu ke jalan yang benar dan lurus.
“Kami merasa heran dan tidak dapat menerima oleh akal kami sendiri
bahwa engkau telah di pilih menjadi pesuruh Tuhan.
“Apakah kelebihan kamu di atas seseorang daripada kami ,engkau
tidak lebih tidak kurang adalah seorang Manusia biasa seperti kami hidup makan minum
dan tidur tiada bedanya dengan kami, mengapa engkau yang di pilih oleh Tuhanmu?
"Sungguh engkau menurut anggapan kami seorang pendusta besar atau
mungkin engkau berf ikiran tidak sihat terkena kutukan tuhan-tuhan kami yang
selalu engkau ejek hina dan cemo’ohkan.”
Wahai kaumku…! jawab Nabi Hud
“Aku bukanlah seorang pendusta dan fikiranku tetap waras dan sehat
tidak kurang sesuatu pun dan ketahuilah bahwa patung-patungmu yang kamu pertuhankan
itu tidak dapat mendatangkan sesuatu gangguan atau penyakit bagi bandaku atau fikiranku.
“Kamu kenal aku, sejak lama aku hidup di tengah-tengah kamu bahawa
aku tidak pernah berdusta dan bercakap bohong dan sepanjang pergaulanku dengan
kamu tidak pernah terlihat pada diriku tanda-t anda ketidak wajaran perlakuanku
atau tanda-tanda yang meragukan kewarasan fikiranku dan kesempurnaan akalku.
“Aku adalah benar pesuruh Allooh yang di beri amanat untuk
menyampaikan wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang sudah tersesat kemasukan
pengaruh ajaran Iblis dan sudah jauh menyimpang dari jalan yang benar yang di ajar
oleh Nabi-Nabi yang terdahulu karena Allooh tidak akan membiarkan hambahamba-Nya terlalu
lama terlantar dalam kesesat an dan hidup dalam kegelapan tanpa di utuskan
seorang Rosul yang menunt un mereka ke jalan yang benar dan penghidupan yang di
Ridhoi-Nya.
“Maka percayalah kamu kepada ku gunakanlah akal fikiran kamu
berimanlah dan bersujudlah kepada Allooh Tuhan seru sekalian alam Tuhan yang mencipt
akan kamu mencipt akan langit dan bumi menurunkan hujan bagi menyuburkan tanah
ladangmu, menumbuhkan tumbuh_tumbuhan bagi meneruskan hidupmu.
Menyembahlah kepada-Nya dan mohonlah ampun atas segala perbuatan
salah dan tindakan sesatmu, agar Dia menambah rezeqimu dan kemakmuran hidupmu
dan terhindarlah kamu dari azdab dunia sebagaimana yang telah di alami oleh
kaum Nuh dan kelak azdab di akhirat .
“Ketahiulah bahwa kamu akan di bangkitkan kembali kelak dari qubur
kamu dan di mintai bertanggung jawab atas segala perbuatan kamu di dunia ini
dan di beri ganjaran sesuai dengan amalanmu yang baik dan sholeh mendapat ganjaran
baik dan yang hina dan buruk akan di ganjarkan dengan api neraka.
Aku hanya menyampaikannya risalah Allooh kepada kamu dan dengan
ini telah memperingati kamu akan akibat yang akan menimpa kepada dirimu jika
kamu tetap mengingkari kebenaran da’wahku.”
Kaum Aad menjawab:
”Kami bertambah yaqin dan tidak ragu lagi bahwa engkau telah mendapat
kutukan tuhan-tuhan kami sehingga menyebabkan fikiran kamu kacau dan akalmu
berubah menjadi sinting.
“Engkau telah mengucapkan kata-kata yang tidak masuk akal bahwa
jika kami mengikuti Agamamu, akan bertambah rezeqi dan kemakmuran hidup kami
dan bahwa kami akan dibangkit kan kembali dari kubur kami dan menerima segala
ganjaran atas segala amalan kami.
“Adakah mungkin kami akan di bangkitkan kembali dari qubur kami
setelah kami mati dan menjadi tulang-belulang.
“Dan apakah azdab dan siksa’an yang engkau selalu menakut-nakuti
kami dan mengancamkannya kepada kami…?
Semua ini kami anggap kosong dan ancaman kosong belaka.
Ketahuilah bahwa kami tidak akan menyerah kepadamu dan mengikuti ajaranmu karena bayangan azdab dan siksa yang engkau baying_bayangkannya
kepada kami bahkan kami menentang kepadamu datangkanlah apa yang engkau
janjikan dan ancamkan itu jika engkau
betul-betul benar dalam kata-katamu dan bukan seorang pendusta.
Baiklah! jawab Nabi Hud
”Jika kamu meragukan kebenaran kata-kataku dan tetap berkeras
kepala tidak menghiraukan da’wahku dan meninggalkan persembahanmu kepada
berhala-berhala itu maka tunggulah sa’at tibanya pembalasan Tuhan di mana kamu
tidak akan dapat melepaskan diri dari bencananya.
Allooh menjadi saksiku bahwa aku telah menyampaikan risalah-Nya
dengan sepenuh tenagaku kepada mu dan akan tetap berusaha sepanjang hayat
kandung bandaku memberi penerangan dan tuntunan kepada jalan yang baik yang telah
di gariskan oleh Allooh bagi hamba-hamba-Nya.
2. Pembalasan Allooh Atas Kaum Aad;
Pembalasan Tuhan terhadap kaum Aad yang kafir dan tetap membangkang itu di turunkan dalam dua peringkat .
Tahap pertama berupa kekeringan yang melanda ladang-ladang dan
kebun-kebun mereka,sehingga menimbulkan kecemasan dan kegelisahan, kalau-kalau
mereka tidak memperolehi hasil dari ladang-ladang dan kebun-kebunnya seperti biasanya.
Dalam ke ada’an demikian Nabi Hud masih berusaha meyakinkan mereka
bahwa kekeringan itu adalah suatu permula’an siksa'an dari Allooh yang di
janjikan dan bahwa Allooh masih lagi memberi kesempatan kepada mereka untuk sadar
akan kesesatan dan kekafiran mereka dan kembali beriman kepada Allooh dengan
meninggalkan persembahan mereka yang bathil kemudian berthaubat dan memohon ampun kepada Allooh agar segera hujan turun kembali dengan lebatnya dan terhindar mereka dari bahaya kelaparan yang mengancam.
Akan tetapi mereka tetap belum mahu percaya dan menganggap janji
Nabi Hud itu adalah janji kosong belaka,mereka bahkan pergi menghadap berhala-berhala
mereka memohon perlindungan ari musibah yang mereka hadapi.
Tentang mereka terhadap janji Allooh yang di Wahyukan kepada Nabi Hud segera mendapat jawaban dengan datangnya pembalasan tahap
kedua yang di mulai dengan terlihatnya gumpalan awan dan mega hitam
yang tebal di atas mereka yang di sambut nya dengan sorak-sorai
gembira, karena di kiranya bahwa hujan akan segera turun membasahi ladang-ladang dan menyirami kebun-kebun mereka yang sedang
mengalami kekeringan.
Melihat sikap kaum Aad yang sedang bersuka ria itu berkatalah Nabi
Hud dengan nada mengejek:
“Mega hitam itu bukanlah mega hitam dan awam Rahmat bagi kamu tetapi
mega yang akan membawa kehancuran kamu sebagai pembalasan Allooh yang telah ku
janjikan dan kamu di nanti-nanti untuk membuktikan kebenaran kata-kataku yang
selalu kamu sangkal dan kamu dusta.
Sejurus kemudian menjadi kenyata'anlah apa yang di ramalkan oleh
Nabi Hud itu bahwa bukan hujan yang turun dari awan yang tebal itu tetapi
angin taufan yang dahsyat dan kencang di sertai bunyi gemuruh yang mencemaskan
yang telah merusakkan bangunan-bangunan rumah dari dasarnya membawa
berterbangan semua perabot-perabot dan milik harta benda dan melempar jauh binatang-binatang ternak.
Ke ada’an kaum Aad menjadi panik mereka berlari kesana sini hilir
mudik mencari perlindungan ,suami tidak tahu di mana isterinya berada dan ibu
juga kehilangan anaknya sedang rumah-rumah menjadi sama rata dengan tanah.
Bencana angin taufan itu berlangsung selama delapan hari tujuh malam sehingga sempat menyampuh bersih kaum Aad yang congkak itu
dan menamatkan riwayatnya dalam ke ada’an yang menyedihkan itu untuk menjadi pengajaran dan ibrah bagi Umat-Umat yang akan datang.
Adapun Nabi Hud dan para sahabat nya yang beriman telah mendapat perlindungan Allooh dari bencana yang menimpa kaumnya yang kacau
bilau dan tenang seraya melihat ke ada’an kaumnya yang kacau bilau mendengar gemuruhnya angin dan bunyi pohon-pohon dan bangunan_bangunan
yang berjatuhan serta teriakan dan tangisan orang yang meminta tolong dan mohon
perlindungan.
Setelah ke ada’an cuaca kembali tenang dan tanah ” Al-Ahqof ”
sudah menjadi sunyi senyap dari kaum Aad pergilah Nabi Hud meninggalkan
tempatnya berhijrah ke Hadramaut , di mana ia tinggal menghabiskan sisa hidupnya sampai ia wafat dan di makamkan di sana di mana
hingga
sekarang makamnya yang terletak di atas sebuah bukit di suatu tempat
lebih kurang 50 km dari kota Siwun di kunjungi para penziarah yang datang
beramai-ramai dari sekitar daerah itu, terutamanya dan bulan Sya’ban pada setiap
tahun.
3. Kisah Nabi Hud Dalam Al-Qur’an;
Kisah Nabi Hud di ceritakan oleh 68 ayat dalam 10 surah di antaranya surah Hud, ayat 50 hingga 60 , surah ” Al-Mu’minun ” ayat 31
sehingga
ayat 41 , surah ” Al-Ahqoof ” ayat 21 sehingga ayat 26 dan surah ”
Al-Haaqqoh ” ayat 6 ,7 dan 8.
C. Pelajaran Akhlaq Yang Dapat Di Ambil Dari Kisah Nabi
Hud A.S.
Nabi Hud telah
memberi contoh dan sistem yang baik yang patut di tiru dan di ikuti oleh juru
da’wah dan ahli penerangan Agama.
Beliau menghadapi kaumnya yang sombong dan keras kepala itu dengan
penuh kesabaran,ket abahan dan kelapangan dada,ia tidak sesekali membalas
ejekan dan kata_kata kasar mereka dengan serupa tetapi menolaknya dengan
kata-kata yang halus yang menunjukkan bahwa beliau dapat menguasai emosinya dan
tidak sampai kehilangan akal atau kesabaran.
Nabi Hud tidak
marah dan tidak gusar ket ika kaumnya mengejek dengan menuduhnya telah menjadi
gila dan sinting,ia dengan lemah lembut menolak tuduhan dan ejekan itu dengan
hanya mengata:
”Aku tidak gila dan bahwa tuhan-tuhanmu yang kamu sembah tidak
dapat menggangguku atau mengganggu fikiranku sedikit pun tetapi aku ini adalah
Rosul pesuruh Allooh kepadamu dan betul-betul aku adalah seorang penasehat yang
jujur bagimu menghendaki kebaikanmu dan kesejahtera’an hidupmu dan agar kamu terhindar
dan selamat dari azdab dan siksa’an Allooh di dunia mahupun di akhirat .
Dalam berdialog dengan kaumnya,Nabi Hud selalu berusaha mengetok
hati nurani mereka dan mengajak mereka berfikir secara rasional, menggunakan
akal dan fikiran yang sehat dengan memberikan bukti-bukti yang dapat di terima
oleh akal mereka tentang kebenaran da’wahnya dan kesesatan jalan mereka namun
hidayah iu adalah dari Allooh, Dia akan memberinya kepada siapa yang Dia
kehendakinya.
Walloohu A’lam.
_______/|\______
¨¨¨¨¨¨¨˜°♥°˜¨¨¨¨¨¨
SALAAM
SILIWANGI